Waiting For Love - Bab 47 Tidak Ada Status Nama

Walaupun sudah dari awal mengetahui keberadaannya, tapi ini merupakan pertemuan pertama kali diantara keduanya.

David Luo bangun untuk berdiri, tangan di dalam lengan baju telah terkepal tanpa sadar, dengan senyuman yang dibuat-buat berkata, "Untung kemarin ada CEO Tang yang mengantarkan istriku ke rumah sakit, saya tidak tahu harus bagaimana berterima kasih terhadapmu, lain kali aku akan mentraktirmu CEO Tang dan nona Bai pergi makan.

"Tidak perlu, hanya sekedar membantu". Nada bicara Lewis Tang tetap tenang, ekspresi di wajah tampannya tidak bisa dimengerti. Dia meletakkan kotak makan di atas meja, tidak mempedulikan David Luo, pandangan mata yang tenang jatuh kepada Clarice Lu.

"Bubur harus dimakan selagi panas, semoga kamu cepat sembuh".

Tidak menunggu balasan dari Clarice Lu, David Luo telah mneggantikannya menjawab, "Terima kasih atas perhatian dari CEO Tang, aku tentu akan memperhatikan istriku dengan baik, tidak perlu merepotkanmu lagi, hati-hati di jalan, maaf tidak kuantar".

Dia sengaja menekankan perkataannya tadi, dengan jelas memberi peringatan kepadanya.

Pandangan mata yang dingin dari Lewis Tang bertatapan dengan dia untuk sejenak, tapi tidak bersuara. Setelah meletakkan kotak makan, dia membalikkan badan dan pergi.

Pintu kamar pasien terbuka lalu tertutup lagi, Lewis Tang tetap bersikap penuh sopan santun ketika dia pergi, sama sekali tidak kehilangan kendali.

Sedangkan David Luo malah menggigit bibirnya, ekspresi wajahnya kelihatan kurang senang.

Pantes ibu selalu waspada terhadap Lewis Tang, kakak tirinya ini sungguh bukan orang yang sederhana, bahkan bisa setenang ini dalam keadaan tadi.

Suasana tadi bagi David Luo, bagaikan menghempaskan sebuah tonjokan yang kuat, tapi sang lawan malah meremehkannya dan tidak ingin membalasnya, kalau tenaga yang digunakan terlalu besar, tenaga yang membal malah akan melukai diri sendiri.

Dia berjalan membuka kotak makan, bubur telurnya masih panas, dengan sedikit aroma yang manis. David Luo menyadari mereknya di kotak bungkusan tertulis 'Toko Bubur Bersama', dia tertawa setelah melihatnya.

"Dia sungguh mengerti kamu, bahkan mengetahui apa yang kamu sukai".

"Hanya sekedar kebetulan". Clarice Lu berbaring di ranjang, menjawabnya dengan sembarangan. Ini juga merupakan jawaban untuk dirinya sendiri. Dia dan Lewis Tang masih belum begitu dekat sampai tahap bisa saling mengetahui apa kesukaan masing-masing, dia juga tidak pernah mengatakan dirinya menyukai bubur dari Toko Bubur Bersama. Jadi, kemunculan bubur ini, hanya bisa dijelaskan dengan kata 'kebetulan'.

Tapi penjelasan seperti ini sulit untuk bisa meyakinkan David Luo. Di seberang jalan depan rumah sakit juga ada toko bubur, Lewis Tang malah pergi ke tempat yang jauh untuk membelikannya bubur.

Apakah ini hanya kebetulan? Siapa yang akan percaya.

"Kamu tidak memberitahu kepada suamimu sendiri kalau kamu sedang sakit, malah menelpon Lewis Tang untuk meminta bantuan, apakah ini juga kebetulan?"

Perkataannya membuat Clarice Lu kaget, dengan tanpa sadar pergi mengambil ponsel di atas rak samping ranjang, dan melihat riwayat panggilan. Ternyata memang ada sebuah panggilan kepada Lewis Tang darinya, lalu melihat lagi riwayatnya, urutan antara Lewis Tang dan

asistennya berdekatan, saat itu pandangan matanya buram, wajar kalau dia salah menelpon.

Pantas saja yang mengatar dia ke rumah sakit bukanlah asisten dia, malah adalah Lewis Tang.

Tapi Cralice Lu sama sekali tidak menjelaskan alasan ini kepada David Luo. Belum tentu dia akan percaya jika dijelaskan, jadi untuk apa menyia-nyiakan tenaga.

"Bagaimana aku bisa mengetahui di ranjang wanita mana tuan muda Luo tidur waktu itu, aku tidak menghubungimu karena takut akan mengganggu urusanmu". Clarice Lu mengatakannya dengan nada mencemoohkannya.

"Clarice Lu" David Luo memasang muka dingin, baru ingin berbicara, tepat pada saat ini terdengar bunyi ketukan di pintu ruang pasien, Carol Lin memakai baju putih bersih memasuki ruangan, dan menerawang seluruh ruangan. David Luo hanya bisa menelan kembali apa yang ingin dikatakannya tadi.

Di saat yang bersamaan, Lewis Tang menaiki Lift, berjalan sampai tempat parkir di bawah tanah dalam rumah sakit, dia baru saja memasuki kursi tempat pengemudi, langsung ada seseorang yang mengetuk jendela mobil.

Menurunkan jendelanya, kepala Alex masuk ke dalam untuk mendekat, dengan ceria berkata, "CEO Tang, saya datang kesini naik taxi untuk membantu anda mengantarkan baju, kalau searah mohon sekalian antar aku pulang".

Lewis Tang menggenggam setir dan tidak bersuara, Alex langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di samping pengemudi.

Mobil dengan perlahan keluar dari tempat parkir bawah tanah, salah satu jendela terbuka setengah, Alex sambil merokok, sambil bergumam, "Apa gunanya kalau kamu begitu perhatian terhadap yang bermarga Lu, ketika suaminya telah datang, diri sendiri juga tetap harus mundur. Apa ya perkataan yang cocok itu——jika tidak cocok, hal dilakukan tidak akan bagus".

"Akan kuturunkan kamu kalau masih beromong kosong". Jari panjang yang elegan dari Lewis Tang memegang setir dengan sangat lancar, ekspresinya dingin, suaranya yang rendah.

"Baiklah, kalau kamu tidak senang mendengarnya, aku juga malas membicarakannya". Alex mengulurkan setengah tangannya keluar jendela, menjentikakan abu rokok di ujung rokok dalam sela-sela jarinya, lalu berkata lagi, "Tadi aku bertemu dengan Carol Lin di rumah sakit, belakangan ini sepertinya menjadi lebih lemah".

Alex dan Carol Lin bisa dibilang adalah teman dekat, dia bertemu saat sedang berjalan di lorong rumah sakit ketika ingin mengantar baju, dan menanyakan Carol Lin bagaimana keadaannya belakangan ini, Carol Lin berkata sambil tersenyum: Masih seperti biasanya.

Tapi Alex juga tidak bodoh, dengan Carol Lin menjadi selemah itu, dia tahu bahwa kehidupan Carol Lin sama sekali tidak baik.

"Carol Lin bertanggung jawab atas seluruh bidang yang termasuk organ dalam, wajar kalau kelelahan". Lewis Tang mengatakan.

"Aku rasa bukan hanya karena masalah pekerjaan, aku dengar dia juga menjadi wanita simpanan unutk Fendy Jiang yang telah berkeluarga itu, bukankah ini merendahkan harga diri sendiri! Kamu malah tidak mempedulikannya".

"Dia sudah dewasa, tahu apa yang sedang dia lakukan sendiri, tidak perlu kuikut-campurkan". Lewis Tang berkata, tidak terdengar ekspresi apapun dari nada bicaranya.

Alex menggelengkan kepala sambil menghela napas, "Apa sebenarnya yang kurang dari Carol Lin? Kenapa kalian tidak bisa bersatu?"

"Dia sangat baik, tapi bukanlah seseorang yang kuinginkan". Pandangan Lewis Tang fokus terhadap jalan di depan, bola matanya sangatlah gelap.

"Carol Lin terlalu sok kuat, kalau saja bisa bersikap seperti Clarice Lu yang lemah lembut itu, dan bisa menarik perhatian orang, mengerti untuk menjadi wanita yang bersikap lebih lembut untuk bisa mendapatkanmu".

"Bagaimana dengan perkembangan Falcon Jiang?" Lewis Tang tiba-tiba memotongnya, sangat jelas tidak ingin melanjutkan pembicaraan tentang topik itu lagi.

Alex mengerti akan sifatnya, kalau dia terus mengatakan apa yang tidak senang didengar oleh Lewis Tang, resikonya adalah akan ditendang keluar dari mobil.

"Semuanya sesuai dengan yang anda perintahkan dan telah mengutusnya untuk bekerja di bidang investasi, bidang science dan teknologi berada dalam kendali kita, beberapa bidang lainnya juga ada beberapa pegawai dari pihak kita. Keluarga Tang berawal dari investasi perumahan, bidang proyek pembangunan dan bidang keuangan yang paling penting ini tetap dipegang olehmu, yang bagaikan seorang orang besi, ditendang bagaimana pun juga tetap tidak runtuh".

"Tidak perlu buru-buru, besi pun akan meleleh jika bertemu dengan api dengan suhu tinggi". Lewis Tang mengatakannya dengan tenang.

Alex masih saja merasa gelisah, "Mengosongkan perusahaan bukanlah hal yang kecil, bagaimana kalau keadaan ini telah bocor, ini sama saja dengan mengkhianati keluargamu, sebenarnya berapa banyak kepastian yang kamu pegang?"

Lewis Tang tidak menjawabnya secara pasti, hanya mengatakan, "Keadaan menunjukkan hal ini harus dilakukan".

Alex tidak lagi menanyakannya, dia tahu, orang seperti Lewis Tang ini, tidak pernah melakukan hal tanpa suatu perencanaan, juga tidak akan menghadapi peperangan yang tidak memiliki kesempatan untuk menang.

Clarice Lu tinggal di rumah sakit selama setengah bulan, Lewis Tang tidak pernah muncul lagi. Dia mendengar dari suster, bahwa Carol Lin dan Lewis Tang merupakan teman sekolah di perkuliahan, kalau bukan karena kenal dengan Lewis Tang, Direktur Carol juga tidak akan menerima kasus kecil penyakit lambung berdarah ini, menyia-nyiakan kemampuan saja.

Clarice Lu merenungkannya, merasa telah berhutang budi terhadap Lewis Tang. Bukan hanya karena bisa mendapatkan koneksi, jika telponnya saat itu tidak dihiraukan oleh Lewis Tang, sepertinya dia sekarang telah melayang ke langit.

Dia mengambil ponsel, berpikir jika menelpon takut akan mengganggu pekerjaan dia, jadi setelah berpikir sejenak, Clarice mengirimkan pesan yang sangat singkat dan padat kepadanya: Terima kasih.

Tapi, Clarice telah menunggu seharian, tidak menerima balasan apapun sama sekali.

David Luo datang kembali saat sore menjelang malam, setelah menikah selama tiga tahun, dia sekarang baru bersikap sebagai suami yang baik, selain bekerja dan ikut menghadiri pertemuan politik, sisa waktunya selalu berada di rumah sakit menjaganya.

Selain menanyakan tentang keadaan perusahaan, Clarice Lu sama sekali tidak ada topik lain untuk dibicarakan dengannya. Jadi, saat David Luo disana, Clarice Lu selalu memilih untuk tidur, untuk menghindari suasana yang canggung.

Setelah setengah bulan berlalu, akhirnya Carol Lin mengizinkannya untuk keluar dari rumah sakit, dan memberi beberapa saran setelah keluar dari rumah sakit, saran pertama adalah jangan minum anggur.

Saran ini, kalau pun tidak dikatakan oleh Carol Lin, Clarice Lu juga tidak akan berani meminumnya lagi, bagaimana kalau raja neraka suasana hatinya sedang baik dan ingin mencabut nyawanya, Clarice Lu tidak berharap untuk mati muda.

David Luo pergi mengurus prosedur untuk keluar dari rumah sakit, Clarice Lu pergi mengganti baju pasiennya, dan memakai kembali pakaian kerjanya, rambut panjangnya tergerai sampai ke pinggang, dia berdiri di depan cermin dalam ruang ganti, sedang memakai lipstik.

Clarice Lu baru saja memasuki usia 25 tahun, sedang berada pada usia yang paling menawan, seorang wanita yang cantik. Bibir merah dan gigi yang putih, walaupun kulitnya terlihat pucat karena sedang dalam keadaan sakit, tapi tetap bagaikan sebuah giok berharga yang menarik perhatian orang.

Carol Lin berdiri di belakangnya, menatapnya tanpa mengalihkan pandangan. Clarice Lu dalam ingatannya, memang seharusnya berpenampilan menawan seperti ini.

"Direktur Carol, terima kasih atas perhatiannya selama ini". Clarice Lu membalikkan kepalanya, dengan sopan berterima kasih terhadap Carol Lin.

"Jangan sungkan, ini adalah kewajibanku". Carol Lin menjawabnya sambil tersenyum, lalu bertanya seakan-akan penasaran, "Yang keluar dari itu siapa?"

Clarice tahu yang dimaksud dia adalah David Luo, jadi menjawabnya, "Suamiku".

Walaupun sudah mendengarnya dari percakapan para suster, Carol Lin tetap merasa sangat kaget setelah mendengar pengakuan dari Clarice Lu sendiri. Tapi Carol Lin tidak memperlihatkan suasana hatinya itu, masih tersenyum dengan sopan.

Saat ini, David Luo telah selesai mengurus prosedurnya, kembali menjemput Clarice Lu, keduanya bersama-sama pergi meninggalkan kamar pasien di rumah sakit.

Dia mengantar Clarice Lu pulang ke Villa Country Bay, saat Clarice Lu membereskan barangnya, David Luo mondar-mandir ke kamar dan di luar kamar, sama sekali tidak menyadari adanya jejak pernah ditinggali oleh seorang pria, ini telah membuatnya merasa lega.

"Kamu sedang mencari apa?" Clarice Lu tiba-tiba muncul di belakangnya, bersuara untuk menanyakan, nadanya terdengar sedikit menertawakannya, "Jangan menyia-nyiakan tenaga, belum tentu aku berhubungan dengan seorang pria disini".

David Luo memalingkan kepala melihat dia, dengan amarah, "Clarice, kamu tidak bisa berbicara baik-baik denganku?"

"Berbicara baik-baik? Bukankah seharusnya kamu menunjukkan ketulusanmu juga, bagaimana rasanya putus dengan Jasmine Man?" Clarice Lu menundukkan sedikit kepalanya, memainkan jari-jarinya, dengan santai mengatakannya.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu