Waiting For Love - Chapter 209 Dia Mengasihi Wanita Itu, Benar-Benar Mengasihinya Dengan Dalam (1)

Clarice Lu naik lift khusus yang langsung turun ke lapangan parkir bawah tanah untuk mengambil mobilnya, diluar dugaannya, dirinya juga bisa bertemu dengan David Luo disana.

Pria itu mengendarai sebuah mobil Porsche edisi terbatas dengan didampingi oleh Jasmine Man yang berdandan sangat cantik disebelahnya.

Clarice Lu terkadang harus mengakui bahwa sebenarnya pria itu, David Luo, memiliki perasaan yang dalam untuk pasangannya, meskipun istri yang mendampinginya terus berganti, namun pada akhirnya, kekasihnya masih saja yang itu.

Jarak yang memisahkan mereka itu tidak bisa di bilang jauh, tetapi juga tidak bisa dibilang dekat, David Luo jelas juga melihat dirinya, pandangan matanya terlihat terkejut, tetapi mereka berdua jelas tidak memiliki maksud untuk menyapa satu sama lain, hal itu sama saja seperti membuat malu diri sendiri.

Clarice Lu langsung masuk kedalam mobil dan menyalakan mesinnya, dia ingin meninggalkan tempat itu secepatnya. Namun, ketika mobilnya sampai di pintu masuk tempat parkir itu, mobil David Luo justru menghalangi jalan keluarnya.

Mobil pria itu terus terparkir di depan, tidak bergerak sedikitpun, Clarice Lu terus membunyikan klakson mobilnya, tetapi pria itu tidak memiliki niat sedikitpun untuk berpindah dari sana.

Clarice Lu tidak tahu permainan apa lagi yang ingin dimainkan oleh David Luo, dirinya dengan sedikit kesal meraih hpnya dan mencari nomor telepon David Luo.

Untungnya, setelah bercerai, dirinya tidak langsung menghapus nomor itu.

“CEO Luo, sepertinya tidak terlalu baik untuk dirimu menghalangi jalan orang lain.” Ucap Clarice Lu kepada pria itu setelah teleponnya tersambung.

Terdengar candaan aneh dari balik suara licik David Luo, “Clarice, baik atau buruk hubungan kita sebagai suami istri, nada bicaramu tidak bisa lembut sedikit kah ketika berbicara denganku?”

Clarice Lu menahan amarahnya dan mengulangi lagi perkataannya, “CEO Luo, harap anda memindahkan mobil anda, jangan mengahalangi jalan, ok?”

Tetapi David Luo justru tidak menghiraukan ucapannya dan berkata, “Dulu, sebelum kita bercerai, akulah yang menghalangi masa depanmu yang cerah. Sekarang, tidak ada suami seperti diriku yang menghalangi jalanmu, Lewis Tang juga tidak terlihat seperti memperlakukanmu dengan baik.”

Clarice Lu benar-benar tidak bisa mengerti jalan pikiran David Luo, pernikahan mereka saja sudah berakhir, apa gunanya lagi pria itu memikirkan masalah ini? Dan dia juga tentu saja tidak perlu menjelaskan masalah yang terjadi diantara dirinya dan Lewis Tang kepada pria itu, karena itu, dirinya hanya bisa diam.

Disaat itu, dua mobil lagi-lagi lewat dibelakangnya, satu adalah mobil balap, dan yang satunya lagi adalah sebuah SUV, semuanya adalah mobil terkenal. Orang yang datang ketempat ini rata-rata adalah orang kaya dan ternama.

Karena mobil David Luo terus mengahalangi jalan keluar, semua orang tidak bisa keluar. Mobil dibelakangnya terus-terusan membunyikan klakson, suara nyaring itu benar-benar mengganggu.

Karena membuat macet lalu lintas, penjaga keamanan tempat parkir itu tidak bisa lagi diam, pria itu kemudian menghampiri David Luo dan memberikan penjelasan kepadanya, setelah menunduk dan melontarkan beberapa ucapan dengan halus, David Luo akhirnya memindahkan posisi mobilnya itu.

Clarice Lu lalu menutup teleponnya, setelah melemparkan teleponnya kesamping, kakinya langsung menginjak gas dan mobil itu langsung bergerak lurus keluar.

Setelah ingatannya pulih, pikiran Clarice Lu terus kacau, kemunculan David Luo malam itu, membuat perasaannya semakin campur aduk, sangat sulit untuk memfokuskan pikirannya ketika mengendari mobil.

Dia biasanya akan melewati sebuah jalan satu arah ketika pulang, lampu jalan di jalan itu lebih redup dibandingkan lampu jalan yang biasanya, tetapi tidak banyak mobil maupun orang yang melewati jalan itu, jalan itu juga tidak memiliki batasan kecepatan. Lurus melewati jalan itu adalah pintu utara Komplek Villa Country Bay.

Seperti biasanya, ketika Clarice Lu melewati jalan itu, dia mengendarai mobilnya dengan normal dengan kecepatan seratus kilometer per jam.

Namun, ketika melewati simpang tiga diujung jalan itu, sebuah motor listrik tiba-tiba melintas keluar dari sisi jalan itu, karena sudah malam ditambah dengan Clarice Lu yang sedikit tidak fokus, ketika dirinya tersadar dan menginjak rem, semuanya sudah terlambat.

Hanya terdengar sebuah bunyi tabrakan yang keras, motor listrik itu sudah menabrak sisi kiri kepala mobilnya, orang diatas motor itu langsung terlempar keatas dan jatuh di atas rerumputan disisi jalan.

Mobil Clarice Lu kemudian berhenti, mukanya pucat pasi karena terkejut, dia tahu dirinya sudah menabrak seseorang, dia kemudian turun dari mobil dengan panik untuk melihat, jalan dan kepala mobil itu sudah berlumuran darah, orang yang ditabraknya itu terbaring diatas rerumputan di sisi jalan itu, tidak bergerak sama sekali.

Clarice Lu berdiri di sisi jalan, dia menjulurkan tangannya sambil bergetar, dan menekan 119 untuk memanggil ambulans, kemudian dirinya menelepon ke 110 untuk melapor ke polisi. Meskipun dirinya sangat terkejut, tetapi untungnya dia tidak kehilangan akal pikirannya.

Tidak lama kemudian, mobil ambulans sampai disana disusul oleh mobil polisi yang sampai setelahnya, orang yang terluka itu langsung dibawa pergi ke rumah sakit. Polisi langsung menahan Clarice Lu beserta mobil yang dikendarainya.

“Kamu kan yang melapor ke polisi? Kamu yang menabraknya?”

“Iya.” Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Kalau begitu, anda silahkan ikut kami.” Polisi itu masih bisa dikatakan sopan.

Clarice Lu dibawa ke kantor polisi, seorang polisi wanita menginterogasi dirinya. Pikirannya masih bisa dikatakan jernih, dia menjelaskan kejadian itu secara garis besar.

Sebuah motor elektrik tiba-tiba meluncur keluar secara horisontal dari sisi jalan, jadi orang itu juga bersalah, Clarice Lu tidak bisa dikatakan bertanggung jawab penuh atas kecelakaan itu. Tetapi yang membuat masalah menjadi rumit adalah dia meminum minuman keras sebelumnya, dan mengendarai mobil setelah minum itu membuat semuanya menjadi berbeda.

Clarice Lu langsung ditahan disaat itu juga, dirinya hanya diperbolehkan untuk menghubungi keluarganya.

Chris Lu tidak berada di Kota B, tidak ada gunanya menelepon pria itu sekarang, jadi dirinya hanya bisa menelepon Elsa Mo.

Karena Elsa Mo sedang mengandung, jadi Clarice Lu tidak berani membuat masalah itu terlihat begitu serius, dirinya hanya menyuruh wanita itu untuk menghubungi seorang pengacara.

Setelah menutup telepon itu, dia dibawa ke dalam sebuah sel kecil dengan lampu yang redup dan tanpa jendela, hanya ada sebuah tempat tidur yang keras disana. Clarice Lu duduk di samping tempat tidur itu, dia hanya merasa udara diruangan itu sangat pengap, pengap sampai membuat dirinya sesak napas.

Lampu hemat energi diatas kepalanya itu terus menyala, bergoyang, membuat matanya terasa lelah dan pelipisnya sakit.

Clarice Lu meluruskan punggungnya dan duduk disisi tempat tidur itu, ibu mengandung sangat mudah kelelahan, setelah duduk sebentar, pinggangnya terasa sangat pegal, maka dari itu, dia hanya bisa bersandar di bagian kepala tempat tidur itu.

Tempat tidur itu sangat keras, dan mungkin karena tidak pernah dijemur di bawah sinas matahari, selimut berwarna hijau tua yang terbentang diatas tempat itu itu mengeluarkan bau apek yang membuat Clarice Lu merasa mual.

Tetapi dirinya baru saja muntah setelah bertemu dengan klien, isi perutnya sudah kosong dimuntahkan, sekarang, tidak ada apapun yang bisa dimuntahkan, dirinya hanya merasa lebih tidak nyaman lagi.

Clarice Lu merasa sangat teramat lelah, dirinya sangat ingin tidur, tetapi kondisi tempat itu membuat dirinya tidak bisa tertidur sama sekali.

Dia tiba-tiba merasa menjalani hidup yang mewah bukanlah sesuatu yang bagus, bisa membuat kemampuan beradaptasi orang berubah menjadi sangat buruk.

Karena tidak bisa tertidur, pikirannya justru berubah semakin jernih. Gambaran dirinya yang menabrak orang sampai terlontar diudara itu terus terulang didalam benaknya. Kedua tangan Clarice Lu mencengkram pakaiannya dengan erat. Mengerikan, sangat mengerikan, dia tidak tahu apakah dirinya sudah membunuh seseorang.

Begitulah, dirinya terus terjaga sampai hari berubah terang.

Akhirnya ada seorang polisi berjalan mendekat dan membukakan pintu sel itu, lalu berkata kepadanya, “Nona Lu, pengacaramu sudah datang. Kamu bisa menemuinya sekarang.”

Disaat itulah Clarice Lu baru berdiri dari tempat tidur kayu yang dingin dan keras itu, setelah menjulurkan tangannya dan merapikan rambutnya yang berantakkan, dia berjalan keluar dari sana sambil mengikuti polisi itu dari belakang dengan diam.

Melewati sebuah lorong yang panjang, dirinya dibawa masuk kedalam sebuah ruangan lainnya. Ruangan itu memiliki sebuah jendela, cahaya matahari masuk menyinari dari balik jendela itu, membuat ketidaknyamanan singkat dimatanya.

“Duduk dulu.” Polisi itu menunjuk-nunjuk meja panjang yang terletak ditengah ruangan itu dengan beberapa tempat duduk kayu yang juga terletak disisi-sisinya.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu