Waiting For Love - Chapter 130 Kamu Dulu Juga Seperti Ini Berhubungan Dengan Mamanya Dyson?

“Kamu tentu saja tidak kekurangan, hanya saja, ini adalah pemberian dariku untukmu.” Jadi, ad arti yang berbeda.

Pandangan mata Lewis Tang yang lembut itu bagaikan air yang tenang, dengan sentuhan memanjakkan. Dan tidak ada sedikitpun jejak kesal dan tidak sabaran karena provokasi dari Clarice Lu.

Dia membuka kotak perhiasan itu, mengeluarkan sebuah kalung berlian yang sangat indah dari dalamnya, lalu mengaitkan kalung itu di atas leher putih panjang milik Clarice Lu itu. Lalu berkata, “Beberapa hari ini aku ada di German, pesawatku baru mendarat siang ini.”

Setelah mendengar itu, Clarice Lu tertegun untuk beberapa detik, baru akhirnya mengerti, diluar dugaannya, pria itu tiba-tiba menjelaskannya kepadanya. Benar-benar sesuatu yang sulit didapat.

Dia sedikit menundukkan kepalanya, jarinya yang ramping itu menyentuh halus liontin berlian yang berkilau itu. Tidak sedikit perhiasan mahal yang pernah dia lihat, liontin berbentuk hati yang sekarang terkait di atas lehernya itu, meskipun tidak memiliki harga semahal itu, namun pengerjaannya sangat rapi dan cantik, setiap detailnya bisa dikatakan sempurna, berkilau dan mempesona, tanpa ada cela sedikitpun.

Sudut bibir Clarice Lu membentuk lengkungan tipis, dia tidak mungkin membohongi dirinya sendiri dan berkata tidak menyukainya. Hanya saja, Lewis Tang meninggalkan dirinya selama ini tanpa alasan yang jelas, dia tidak bisa begitu saja melupakannya.

Pria itu berkata merindukkan dirinya, tapi sebenarnya, dirinya atau tubuhnya? Hati Clarice Lu mengatakan kalau jawabannya adalah yang dibelakang.

“CEO Tang sedang berusaha membujukku setelah meninggalkanku? Kamu dulu juga seperti ini ketika berhubungan dengan mamanya Dyson?” Dia langsung mengucapkannya tanpa berpikir panjang, tetapi, baru saja menyelesaikan ucapannya, dirinya langsung sedikit menyesal.

Dirinya seperti telah menyinggung topik yang tidak seharusnya disinggung, dia juga bukan apa-apanya Lewis Tang, buat apa menghabis-habiskan tenaganya untuk membandingkan diri dengan sebuah masa lalu?

Sementara kata-katanya itu hanya membuat Lewis Tang menaikkan sebelah alisnya, tidak ada perubahan emosi yang besar diatas wajahnya yang terlalu tampan itu. Pria itu dengan santainya melembarkan kotak perhiasan yang kosong itu ke belakang mobil, suaranya yang serak dan memikat itu menjawab dengan pelan, “Kurang lebih iya, dia memiliki karakter keras kepala, tetapi mudah untuk dibujuk. Sebenarnya, jalan pikiran seorang pria dan wanita tidaklah sama. Rindu juga bukan berarti harus menempel bersama setiap hari, rasakan dalam hati saja sudah cukup. Benar tidak?”

Perkataanya membuat Clarice Lu tercengang untuk beberapa saat, bibir merahnya itu bergerak-gerak kecil, namun pada akhirnya juga tidak berkata apa-apa. Dia benar-benar merasa seperti dirinya sendiri yang berpikir terlalu banyak.

Melihat wanita itu tidak berdebat lagi, Lewis Tang menjulurkan tangannya dan mengetuk jendela mobil itu, Sopir yang terus menunggu di luar mobil itu barulah membuka pintu dan naik ke dalam mobil, duduk di kursi kendali.

Lewis Tang mengucapkan alamat sebuah restoran ala barat, lalu mobil itu perlahan-lahan bergerak, memasukki jalanan utama.

Itu adalah sebuah restoran Pranscis dengan rasa otentik yang lumayan memiliki reputasi di area lokal yang kecil itu, Lewis Tang sering datang berkunjung kesana. Hanya saja, diluar dugaannya, David Luo tiba-tiba juga datang kesana untuk makan.

Clarice Lu mengikuti langkah kaki Lewis Tang, berjalan begitu saja melewati David Luo.

Dipimpin seorang penerima tamu wanita, mereka menempati tempat duduk dekat jendela. Tempat itu merupakan posisi yang bagus untuk menikmati pemandangan diluar, dibalik kaca itu adalah permukaan sungai yang berombak, iringan lagu yang lembut, lampu yang gemerlapan, pemandangan yang indah, hal itu membuat Clarice Lu benar-benar merasa puas.

Lewis Tang yang duduk didepannya itu sedang memesan dengan memegang daftar menu di tangannya, ketika mereka sedang makan, dia tidak perlu merasa cemas, semuanya hanya perlu dia serahkan kepada Lewis Tang. Pria itu selalu bisa menyesuaikan pesanannya dengan seleranya, perasaan seperti itu sedikit aneh, tetapi membuat orang merasa nyaman dan tenang.

Lewis Tang selesai memesan, lalu mengembalikkan daftar menu itu kepada pelayan pria itu. Ada keheningan sejenak diantara mereka, kebanyakan waktu, Lewis Tang datar, seorang pria yang tidak banyak berbicara.

Disaat merasa bosan, arah pandangan mata Clarice Lu melirik ke arah David Luo.

Orang yang sedang makan bersama David Luo itu adalah seorang wanita yang kira-kira berumur tiga puluh tahun, rambutnya tersanggul rapi, berpenampilan menengah keatas, tidak bisa dikatakan begitu cantik, namun wajahnya sangat anggun, tubuhnya yang berbalut pakaian kantor itu juga terlihat sangat sopan. Dua orang itu terlihat asik mengobrol.

Bagi Clarice Lu, wanita itu adalah wajah baru, membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk menebak identitas pihak yang berlawanan itu. Klien, atau pasangannya? Semuanya terlihat mungkin.

David Luo terus membelakangi dirinya, Clarice Lu tidak tahu apakah pria itu ada melihat dirinya, setelah memperhatikan untuk beberapa saat, dia membalikkan arah pandangannya. Ketika pandangannya berbalik ke arah Lewis Tang, dia menyadari kalau pria itu justru sedang menatap lurus ke arahnya, tatapannya yang datar itu membuat orang tidak bisa menebak perasaan pria itu.

“Tidak pergi menghampiri untuk menyapanya?” Tanya pria itu mendadak.

Clarice Lu tercengang untuk beberapa saat, menyipitkan mata cantiknya itu, untuk sementara ini dia tidak bisa menebak seberapa serius dan main-main ucapan pria itu.

Untuk sekarang, antara dirinya dan Lewis Tang, mereka belum bisa disebut sepasang kekasih, tetapi mereka pernah melewati hubungan yang paling intim. Pria itu dengan murah hati bertanya kepadanya mau tidak pergi menyapa orang di hadapannya itu, Clarice Lu sedikit tidak bisa memahaminya, Lewis Tang pada dasarnya memang benar-benar berhati besar atau pria itu benar-benar tidak peduli?!

“Aku kesana dan membicarakan masa lalu dengan mantan suamiku, kamu tidak akan merasa cemburu?” Ucap Clarice Lu dengan sedikit menyindir.

Namun Lewis Tang justru menatap matanya, dan menjawab dengan serius, “Kamu adalah milikku seutuhnya, kenapa aku harus cemburu dengannya?”

“……” Hatinya terguncang, menghadapi ekspresi pria itu yang fokus dan tidak ada tanda-tanda bercanda itu, Clarice Lu akhirnya merasa bingung dan salah tingkah.

Perasaan yang diberikan oleh Lewis Tang kepadanya itu selalu tidak jelas, kalau dekat, dekat; kalau jauh, jauh, kadang-kadang dingin, kadang-kadang hangat, dirinya tidak bisa menangkap pikiran pria itu, sebenarnya ingin bermain-main dengannya, atau memiliki rencana untuk kedepannya?

Tetapi diwaktu yang sama, Clarice Lu justru tiba-tiba menyadari, dia sedikit takut kalau Lewis Tang itu sedang serius, kalau pria itu serius berhubungan dengannya, Clarice Lu malah menjadi takut kalau dirinya akan membuat pria itu kecewa.

Ketika seseorang pernah disakiti, dirinya akan mudah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tidak bisa secara penuh mencurahkan hati dan pikirannya lagi untuk kedua kalinya.

Kemudian, pelayan pria itu datang kesana, menyajikan satu-persatu hidangan mewah itu ke atas meja, godaan sajian lezat itu membuat Clarice Lu sementara berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak.

Tidak lama kemudian, David Luo sudah menyelesaikan makanannya, memanggil pelayan untuk membayar tagihan. Lewis Tang memberikan isyarat melalui matanya, bertanya apa benar tidak perlu pergi menyapa kepada Clarice Lu, yang langsung di tolak oleh Clarice Lu.

Masa lalunya juga tidak ada yang bisa dibicarakan, jangan-jangan dia harus berkata ‘jaga kesehatanmu tuan mantan suami’ kepada David Luo?

Kalau dipikir-pikir lagi, benar-benar memalukan.

Sementara itu, diwaktu yang sama, David Luo sudah berjalan sampai ke depan pintu restoran ala barat itu, dengan sangat gentleman membukakan pintu mobil untuk wanita yang datang bersamanya itu, seperti refleks, pandangan matanya tertuju ke arah Lewis Tang dan Clarice Lu.

Kedua orang itu sedang menyantap makanannya, dengan penuh perhatian, Lewis Tang meletakkan daging panggang yang sudah dipotong itu di atas piring Clarice Lu, dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh mereka, hanya bisa melihat Clarice tertawa dengan gembira, matanya tersenyum, pipinya memperlihatkan dua lesung pipit yang samar, pemandangan yang sedikit membuat orang mabuk.

David Luo sudah tidak bisa mengingat lagi sudah berapa lama tidak melihat senyuman seperti itu di wajah wanita itu, tiba-tiba hatinya dipenuhi dengan rasa pahit.

Diluar restoran ala barat itu, warna langit malam itu sangat bagus, bulan yang terang dan langit penuh bintang, permukaan sungai itu memantulkan bayangan bulan sabit.

David Luo mengucapkan selamat tinggal dengan wanita yang menemaninya itu, kedua orang itu berjabat tangan dengan sopan, wanita itu tertawa dan berkata, “David, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik dimasa depan.”

Setelah melihat mobil wanita itu pergi, dirinya baru berjalan ke arah mobilnya sendiri. Dia duduk di atas kursi pengendali, mengangkat kepalanya kebelakang, bersandar di atas sandaran tempat duduk itu, sedikit mengerutkan keningnya, menunjukkan perasaan lelah dan gelisah. Beberapa ingatan terlintas berulang-ulang di dalam pikirannya, tidak bisa dilupakannya.

Setelah beberapa lama diam, ekspresinya kembali diam dan serius seperti biasanya, mengenggam setir mobil itu dengan sebelah tangannya, lalu menyalakan mobil itu.

Mobil itu bergerak, ketika melewati bagian depan restoran ala barat itu, dia masih tidak bisa menahan diri untuk menolehkan kepalanya, pandangannya melihat ke dalam restoran melalui jendela kaca besar itu, dan menangkap dengan akurat bayangan kedua orang itu. David Luo tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah mereka diwaktu itu, tetapi pemandangan itu justru terlihat sangat harmonis sampai-sampai membuat dirinya merasa sakit mata.

Diwaktu yang sama, di dalam restoran.

Clarice Lu sedang menundukkan kepalanya menyantap daging panggang medium-rare yang dipotong oleh Lewis Tang untuknya itu, Karena Lewis Tang terbiasa tidak mengobrol ketika makan, pria itu tidak terlalu banyak berbicara. Hanya ada suara halus pisau dan garpu yang bertumburan dengan piring yang terkadang terdengar.

Tetapi suasana itu masih cukup harmonis, melodi indah dari iringan biola itu bergema pelan di samping telinga. Membuat orang bisa dengan tenang menyantap hidangan itu sambil menikmati music.

Lewis Tang ada makan sewaktu dipesawat, tidak lapar sedikitpun diwaktu itu, setelah menyantap sedikit hidangan itu, dirinya meletakkan pisau dan garpunya.

Postur pria itu sedikit malas-malasan, bersandar diatas sandaran kursi itu, sepasang kaki panjangnya terlipat santai. Tangan kanannya memegang sebuah gelas anggur kristal yang tembus pandang, menggoyangkannya dengan perlahan, sambil mencicipi anggur itu, mata lembutnya menatap lurus wanita mungil di hadapannya itu.

Wanita itu sedang menundukkan kepalanya sambil menyantap pasta, sosoknya yang sedang makan itu terlihat cantik, sehelai rambut terjatuh disamping pipinya, memberikan sentuhan imut dan cantik,

Setelah menyantap selesai pasta porsi kecil didalam piring itu, wanita itu masih meminum separuh gelas jus.

“Sudah selesia makan?” Tanya Lewis Tang.

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya, meletakkan gelas jus itu dan meraih serbetnya lalu menyeka dengan pelan sudut bibirnya,

Lewis Tang memanggil pelayan untuk membayar tagihannya, kartu emasnya tidak memiliki kata sandi, setelah pelayan itu menggesek kartu itu dengan cepat, dia menyerahkan kembali kartu itu bersama nota mereka.

Dua orang itu bersama-sama keluar dari restoran, waktu kebetulan menunjukkan pukul sembilan malam, untuk kota yang memiliki dunia malam yang ramai itu, tidak termasuk pagi, juga tidak termasuk larut.

Mobil Range Rover milik Lewis Tang itu berhenti di seberang jalan, bayangan sopirnya sudah lama tidak terlihat. Bos ingin berkencan, dirinya benar-benar tidak memiliki mat ajika masih berada disana dan menjadi nyamuk.

Lewis Tang memiliki kunci cadangan di dalam tangannya, dia dan Clarice Lu sama-sama naik ke dalam mobil, dia duduk di atas kursi pengendali dan Clarice duduk disampingnya.

Sebelum mesin mobil itu menyala, terdengar bunyi pip……pip…… tanda peringatan.

“Sabuk pengaman.” Pria tiba-tiba mencondongkan tubuhnya mendekat, gerakannya penuh hati-hati, menggantikkan Clarice mengencangkan sabuk pengamannya. Hanya saja, setelah mengencangkan sabuk pengaman itu, pria itu tidak kembali ke posisi semulanya, sebaliknya, melihat Clarice dari dekat.

Detik itu, jarak antara mereka berdua sangat dekat, smapai-sampai Clarice Lu bisa merasakan hangat tubuh yang dipancarkan dari dada kekar pria itu, napas pria itu menyapu kulit pipinya, geli, Clarice Lu hampir membuang mukanya dengan refleks.

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu