Waiting For Love - Bab 57 Kalian Tidak Tahu Malu, Saya Sangat Risih

Clarice Lu datang ke depan ruang pasien. Saat ingin membuka pintu, ia mendengar suara dari dalam. Atas dasar sopan santun, ia memutuskan tidak buru-buru masuk dan menunggu di depan terlebih dahulu.

Clarice Lu tidak suka mendengar percakapan orang lain, tetapi ruang pasien rumah sakit jelas tidak kedap suara. Ia bisa mendengar jelas percakapan Alex dan Lewis Tang di dalam.

Lewis Tang bertanya, "Saya waktu itu minta kamu telusuri kondisi terkini hubungan Lily Jiang dengan beberapa produsen obat dan cari tahu sisi lemah kontrak kerjasama pembelian alat medisnya. Bagaimana perkembangannya sekarang?

"Sampai saat ini saya belum menemukan sesuatu yang berharga. Tetapi, sebagai orang yang ada di posisi itu dia jelas tidak bersih. Saya akan terus telusuri dia, cepat atau lambat kita akan menemukan titik lemahnya." Alex duduk di atas sofa sambil menyilangkan kedua kakinya.

Lewis Tang menatap tajam, ia mengingatkan, "Yang jelas jangan sampai kamu ceroboh dalam bertindak, Lily Jiang itu cerdik."

Alex mengangguk sambil tersenyum menyeringai, "Ia memang cerdik, kalau tidak saat kejadian ibumu ia tidak mungkin bisa bertindak serapi itu sampai-sampai kita hingga saat ini belum mampu mencari kesalahannya. Oh iya, Vanessa Bai nampaknya mewarisi kepintaran ibunya. Ia belakangan ini selalu nempel denganmu, bisa jadi ia nanti benar-benar bisa mendapatkanmu."

Lewis Tang mengernyitkan alis, ia diam seribu kata. Ia tidak ingin mengungkit kejadian ibunya waktu itu, juga tidak ingin membicarakan Vanessa Bai, mungkin karena ia takut merasa mual.

“Saya harus segera pulang, nanti siang ada lelang lahan di distrik barat nomor satu," ujar Alex pada Lewis Tang sambil menutup telepon.

“Harga lahan itu sekitar seratus delapan puluh juta yuan. Kita sekarang sudah punya dua perusahaan yang ingin berinvestasi bersama, yakni Silverstar Property dan Universal Investment, jadi saya estimasi harga masih bisa ditekan sekitar dua puluh juta yuan lagi,” ujar Lewis Tang.

Alex mengangguk, “Tenang, saya akan mengurusnya dengan teliti dan tidak akan menambah biaya yang tidak perlu.” Ia kemudian berjalan ke sisi ranjang, menepuk bahu Lewis Tang, lalu melanjutkan kalimatnya, “Kamu masih mau melanjutkan sandiwaramu, CEO Tang? Saya sungguh tidak paham denganmu, kalau kamu ingin meniduri seorang perempuan sebenarnya kamu bisa langsung saja dorong ia ke ranjang lalu tindih. Sandiwaramu ini sangat repot dan boros waktu.”

Lewis Tang melepas tangan Alex dari bahunya dengan dingin. Alex hanyalah seorang pria yang berganti perempuan lebih cepat dari berganti baju, jadi menjelaskan arti “perasaan” padanya pada akhirnya akan sia-sia. Lewis Tang tidak pernah ingin bersandiwara di depan Clarice Lu.

Karena ia tidak rela, tidak rela bersikap seperti itu dengan wanita itu.

Melihat gestur Lewis Tang, Alex sadar dirinya harus diam. Ia sendiri sadar seberapa penting keberadaan Clarice Lu bagi Lewis Tang.

Clarice Lu yang berdiri di luar tidak paham sepenuhnya dengan apa yang terjadi barusan. Ia hanya tahu Lewis Tang tidak mendebat kalimat Alex barusan, jadi ia menganggap pria itu setuju dengan pendapat asistennya.

Clarice Lu kini semakin curiga apakah kejadian kemarin merupakan rekayasa. Kalau jawabannya iya, berarti Lewis Tang memang orang yang sungguh niat.

Sudut bibir Clarice Lu terangkat, ia tersenyum sinis. Ia tidak ingin masuk ruang pasien lagi. Ia memutuskan pergi dari rumah sakit, lalu langsung pulang ke Kota B tanpa memberitahu siapa pun terlebih dahulu.

Dalam perjalanan pulang, ia menerima telepon dari Lewis Tang. Ia langsung mematikan telepon itu, lalu menaruh ponselnya di kursi penumpang depan. Ia agak terusik. Ponselnya tidak berbunyi lagi setelahnya. Lewis Tang punya kehormatan dan harga diri yang tinggi, pria itu jelas tidak akan berlama-lama merecokinya.

Clarice Lu akhirnya tiba di Kota B pada sore hari. Perutnya kini agak sakit karena sepanjang setengah hari tadi sibuk berkendara dan lupa makan. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi ketika ia tiba di Villa Country Bay dan melihat Jasmine Man berdiri di depan apartemennya.

“Kakak Clarice.” Tatapan Jasmine Man yang mengiba terlihat menawan, ia nampaknya orang yang sanggup membuat siapa pun bersimpati. Sepertinya ini juga lah yang membuat David Luo tertarik padanya.

Tetapi Clarice Lu tidak terpancing sama sekali. Tidak peduli seberapa iba ia pada Jasmine Man, ia tidak boleh menunjukkan simpatinya di hadapan orang ketiga perusak pernikahannya ini. Clarice Lu bukan Bunda Maria yang pemaaf.

“Kamu ada urusan apa sampai menghalangi pintu masuk apartemen saya?” Clarice Lu memasang kunci apartemen tetapi membiarkan kunci itu tergantung di lubang kunci. Ia sama sekali tidak berniat mengajak Jasmine Man masuk.

Jasmine Man hari ini tidak terlihat arogan seperti biasanya. Ia daritadi tertunduk lesu seperti seseorang yang habis dimarahi. Kalau ada orang asing melihat pemandangan ini, orang itu pasti akan berpikir Clarice Lu telah melakukan sesuatu yang buruk pada Jasmine Man.

“Kakak Clarice, bolehkah aku masuk dan berbicara sebentar denganmu?” Ia daritadi terus memanggil Clarice Lu dengan sebutan kakak padahal Clarice Lu hanya lebih tua dua bulan.

“Tidak perlu, katakan saja sekarang apa yang ingin kamu katakan,” jawab Clarice Lu dingin.

Jasmine Man menggigit-gigit bibir merahnya. Matanya basah, ia terlihat seperti orang yang ingin menangis. Ia dengan nada serak berkata, “Kakak Clarice, aku hamil.”

Mendengar kata “hamil”, pikiran Clarice Lu langsung hampa. Kehamilan sesudah seorang pria dan wanita naik ke atas ranjang sudah biasa, tetapi ia benar-benar tidak menyangka David Luo se-bajingan ini.

“Hamil? Wah bagus dong, selamat ya, jangan lupa beritahu aku kalau ingin mengadakan pesta, aku pasti akan memberikanmu angpau yang besar.”

Jasmine Man terhenyak mendengar Clarice Lu salah memahami perkataannya. Ia menjelaskan, “Masalahnya yang kukandung ini anak David Luo.”

“Oh ya? Masa sih? Kalau kamu seyakin itu ya kamu pergi lah cari dia, cari aku tidak ada gunanya.” Clarice Lu malas menanggapi wanita itu lagi, ia langsung masuk rumah dan menguncinya.

Jasmine Man bukan orang yang mudah menyerah. Meskipun Clarice Lu mengabaikannya, ia bersikukuh tetap tinggal di depan pintu rumah. Berselang beberapa saat kemudian ia kembali berkata, “Clarice Lu, kamu boleh maki aku, benci aku, bunuh aku, tetapi anak yang ada dalam perutku tidak berdosa. Aku tidak ingin ia tidak punya ayah ketika lahir nanti. Aku dan David Luo sudah bersama sejak usia enam belas tahun. Kami benar-benar saling mencintai, jadi sebenarnya aku tidak pantas disebut orang ketiga.”

Jasmine Man menangis tersedu-sedu. Ia sesekali memukul-mukul pintu rumah, “Kakak Clarice, aku tahu kamu orang baik. Dulu, ketika mamaku sakit, kamulah yang memberi kami uang untuk berobat. Aku mohon, tolong bantu aku sekali lagi oke?”

Clarice Lu hanya bisa berdiri diam tanpa berbuat apa-apa. Kata-kata Jasmine Man tadi terdengar seperti sindiran baginya.

Walaupun David Luo sangat mencintai Jasmine Man, tetapi keputusannya untuk akhirnya menikahi Clarice Lu diambil bukan untuk keuntungan pribadi. Nampaknya kata “cinta” yang disebut-sebut Jasmine Man tadi tidak terlalu penting, setidaknya tidak lebih penting dari keuntungan semata. Dan sekarang Jasmine Man ingin memintanya kembali berkorban, berkorban untuk meninggalkan David Luo agar mereka berdua bisa balikan?

Clarice Lu mengelus-elus dada, ia sangat emosi. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menelepon David Luo.

Telepon itu diangkat. Ia belum bilang apa-apa, namun David Luo langsung menyambar dengan sindiran, “Clarice Lu, nampaknya saya terlalu meremehkan kemampuanmu merayu pria. Sejak kapan Lewis Tang segini perhatiannya dengan kamu sampai rela membahayakan nyawanya sendiri?”

David Luo tidak mengira pria kelas atas seperti Lewis Tang bisa melakukan hal senekat ini. Ia pikir orang itu hanya akan mengganggap wanita sebagai mainan yang bisa seenaknya dibuang.

David Luo berpikir apakah ia harus menyesal memiliki seorang istri dengan daya tarik yang terlalu kuat.

“David Luo, kamu jangan menyerang saya! Kalau kamu benar-benar laki-laki, datanglah ke sini dan bicarakan langsung urusan perceraian dengan saya, saya tidak akan menghalang-halangimu. Jasmine Man sekarang merengek-rengek di depan rumah saya, sebentar lagi akan saya usir. Kalian tidak tahu malu, saya sangat risih,” ujar Clarice Lu yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

David Luo, yang ada di seberang telepon sana, terdiam. Ia benar-benar tidak paham apa yang terjadi. “Saya akan bereskan segera.” Ia kembali mengatakan satu kalimat, kali ini nada bicaranya tidak enak didengar, “Clarice Lu, saya tidak mungkin bercerai denganmu, lupakan rencana ini.”

Clarice Lu refleks mematikan telepon dan membantingnya. David Luo nampaknya ingin membuatnya terjebak dalam pernikahan ini seumur hidup. David Luo tidak mudah melepaskan diri dari pernikahan ini, dan ia akan membiarkan Clarice Lu mengalami hal yang sama.

Clarice Lu duduk bersandar di atas sofa. Hatinya sangat gundah. Ia mengambil satu bungkus rokok yang masih tersegel dari dalam laci. Rokok itu sebenarnya ingin ia berikan pada tukang pipa ketika ia datang ke rumah lalu, tetapi tukang pipa itu tidak berani menerimanya karena takut ketahuan perusahaan.

Ia membuka bungkusnya, lalu mengambil sebatang rokok. Ia menyalakan rokok itu dengan korek api, kemudian menghisapnya dalam-dalam. Karena tidak berpengalaman, paru-parunya langsung sakit. Ia terbatuk tanpa henti, batuknya bahkan sanggup membuat air matanya keluar.

Kejadian tadi sungguh mempersulit situasinya.

Dulu, ketika investasi Johnson Luo gagal, keluarga Luo terancam mengalami kebangkrutan. David Luo saat itu langsung pergi ke banyak bank untuk meminjam uang, namun ia selalu ditolak. Kejadian itu membuat hidupnya langsung jatuh dari atas ke bawah, bahkan Jasmine Man, yang sudah mencintainya begitu lama, juga pergi meninggalkannya.

Kehidupan David Luo baru mulai membaik setelah ia menikahi Clarice Lu dan mendapat investasi sebesar lima puluh juta yuan. Ia mengubah nama perusahaannya menjadi Perusahaan Entertainment HU dan Clarice Lu mendapat sebagian sahamnya. Berkat koneksi dan sumber daya keluarga Lu ini lah David Luo akhirnya bisa meraih kesuksesan besar.

Ketika David Luo sudah kaya lagi, Jasmine Man kembali hadir. Kedatangan wanita ini mengoncang rumah tangga mereka. David Luo akhirnya lebih memilih Jasmine Man yang memang sudah ia kenal lebih dulu. Laki-laki memang binatang murahan.

Apartemen yang ditempati Clarice Lu tidak besar, tetapi ketika ia sendirian ia selalu merasa ruangan itu luas dan sunyi. Sensasi kesepian memang tidak mudah diterima, terutama karena sensasi itu membuat suasana hatinya menjadi buruk.

Telepon kabel di atas meja tiba-tiba berdering memecah kesunyian apartemen yang penuh dengan asap rokok.

Clarice Lu, yang tengah duduk bersandar di atas sofa, mengambil gagang telepon dengan malas.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu