Waiting For Love - Chapter 126 Dia Merasa Antara Dirinya dan Lewis Tang, Sudah Seharusnya Ada Sebuah Akhir

Tetapi yang membuat Clarice Lu terkejut adalah, keesokkan harinya, pihak Bank B menghubunginya untuk membicarakan masalah pendanaan, satu minggu kemudian, dana sebesar satu koma empat miliar itu sudah ada pada tempatnya.

Clarice Lu juga bukannya bodoh, dia tentu saja tahu kalau dirinya tidak sehebat itu. Clarice tahu, ini pasti ulahnya Lewis Tang, Melihat keseluruhan Kota B, orang yang memiliki kemampuan ini, dan bersedia berbuat seperti ini, hanya ada Lewis Tang seorang.

Setelah dana itu sampai, proyek dimulai secara resmi, dalam rapat reguler, wajah Natalia Liang yang masam itu membuat Clarice Lu merasa sangat gembira.

Seiring perasaan gembira itu berlalu, menyusul dibelakangnya adalah perasaan kesal.

Dia tidak ingin berhutang apapun kepada Lewis Tang, tetapi semua perkembangan yang terjadi seperti sudah benar-benar lepas dari kendalinya, hutangnya kepada pria itu semakin lama semakin banyak, terlalu banyak sampai-sampai dirinya hampir tidak bisa mengembalikannya.

Lewis Tang memukuli orang lain untuk melindungi dirinya, dan sedikit lagi dituntut, masih ada lagi dana awal proyek sebesar satu koma empat miliar rupiah ini, dia berhutang budi sebesar ini kepada pria itu, kalau menurut perkataannya Elsa Mo, dia mungkin hanya bisa menggunakan tubuhnya untuk membalasnya.

Pikiran Clarice Lu sedikit kacau, pemandangan malam di luar jendela itu terlihat sepi, malam itu lagi-lagi ditakdirkan sebagai malam tanpa tidur,

Keesokkan harinya, dia menerima telepon dari Kendrick Tang, mengabarinya bahwa hasil keputusan kasus itu sudah keluar, menyuruhnya untuk mencari waktu pergi ke pengadilan.

Clarice Lu menelepon ke kantor untuk meminta izin setengah hari, kemudian dia mengendarai mobilnya pergi ke gedung perkantoran dimana firma hukum milik Kendrick Tang berada.

Sekretaris wanita di meja resepsionis itu dengan penuh sopan santun mengantarnya masuk ke dalam kantor Pengacara Tang, dan menyajikan dua cangkir kopi..

Sambil mengenakan rok pensil hitam dan kemeja putih bersih, Clarice Lu duduk di atas sofa di area tamu dengan elegan. Sementara itu, Kendrick Tang duduk di atas kursi kebesarannya di belakang meja kantornya, sikapnya biasa, sepasang mata bulat besar nya itu memperlihatkan senyuman yang ramah ketika melihat orang.

“Hasil keputusan kasusmu sudah keluar, tidak terjadi pemerkosaan, pengadilan menetapkan dua tahun di penjara, karena orang itu masih terbaring di atas tempat tidur, jadi kasus akan ditunda selama setahun. Aku sudah menggantikan dirimu untuk mengajukan ganti rugi yang berhubungan, setelah uang ganti rugi itu keluar, aku akan mentransfernya ke kamu.” Jelas Kendrick Tang singkat, sambil menyerahkan surat keputusan pengadilan itu kepadanya.

Pria itu terlihat seperti sangat sibuk, setelah berbicara selesai, dia kembali memulai pekerjaannya.

Namun, setelah menerima surat keputusan itu, Clarice Lu tidak langsung pergi, sebaliknya, dia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Masih ada yang ingin kamu tanyakan?” Kendrick Tang menaikkan kepalanya dan melihat ke arahnya, wajahnya terlihat bingung.

“Apa masalah dia yang melukai orang itu sudah terselesaikan?” Clarice Lu masih tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya. Tentu saja yang dimaksudnya itu adalah Lewis Tang.

“Jangan-jangan dia tidak ada memberitahumu?”

Clarice Lu menggelengkan kepalanya, dirinya yang sekarang benar-benar tidak dapat menghubungi Lewis Tang.

Hanya perlu berusaha, tidak ada yang namanya sia-sia. Ini benar-benar sifat milik Lewis Tang, tetapi menurut Kendrick Tang, tidak ada gunanya berpura-pura dingin ketika menghadapi seorang wanita. Karena Lewis Tang tidak berbica apa-apa, semuanya terserah dirinya mau berkata apa.

Kendrick Tang tersenyum tipis, dibalik cara bicaranya yang biasa, terpancar sedikit cibiran, “Aku masih mengira kalau dirimu tidak peduli akan hidup dan mati kakak ketiga ku itu. Masalah yang ditimbulkannya tidaklah kecil, lawannya dipukul hingga mengalami luka berat, mereka sudah menuntut dia melakukan itu semua dengan sengaja.”

“Kalau begitu, apa dia akan masuk penjara?” Tanya Clarice Lu cemas, kedua tangannya refleks menggenggam erat tas tangannya itu, memperlihatkan kecemasan dan perasaan gugupnya.

“Tidak ada yang pasti untuk sementara ini.” Jawaban yang diberikan oleh Kendrick Tang itu sangat ambigu.

Setelah meninggalkan kantor itu, pikiran Clarice Lu terus melayang. Dia merasa bersalah terhadap Lewis Tang, juga merasa cemas dan khawatir terhadap pria itu.

Setelah semalaman bolak-balik di atas tempat tidurnya, dia merasa antara dirinya dan Lewis Tang, sudah seharusnya ada sebuah akhir.

Senin, Tang’s Corp.

Dalam rapat reguler pagi yang biasa, CEO Tang hanya menunjukkan ekspresi datar di wajahnya, hanya diam dari awal sampai akhir. Satu ruangan rapat itu dipenuhi semacam tekanan, tekanan yang membuat orang-orang sulit untuk bernapas.

Masing-masing direktur setiap devisi semuanya gemetar karena takut, sampai-sampai tidak ada yang berani mengeluarkan komentar, takut akan menimbulkan masalah. Untungnya, meskipun suasana hatinya sedang tidak bagus, bos besar mereka itu masih mempertahankan ketenangannya seperti biasa, dan tidak menunjukkan kemarahannya sedikitpun.

Setelah rapat itu selesai, Lewis Tang kembali ke kantor pribadinya, namun datang seorang tamu yang tidak disangka-sangka.

Diujung yang satunya, Chris Lu duduk di atas sofa kulit hitam besar di area tamu, tubuhnya berbalut setelan jas buatan tangan berwarna hitam yang sangat rapi, melihat Lewis Tang yang berjalan masuk itu, pria itu tidak menunjukkan reaksi apapun, hanya memandang dirinya dengan tatapan dingin dan datar.

Langkah kaki Lewis Tang terhenti sebentar, lalu memerintahkan sekretaris yang ada dibelakangnya itu, “Pegi buatkan secangkir kopi Kolombia, dengan dua susu dan tanpa gula.”

“Baiklah.” Jawab sekretaris itu dengan hormat.

Untuk sekejap, ekspresi wajah Chris Lu yang duduk di atas sofa itu mengalami sedikit perubahan, bertahun-tahun sudah berlalu, sebuah hal yang langka untuk Lewis Tang masih mengingat kesukaan dan kebiasaan pria itu. Namun sayangnya, kondisi yang ada sudah berubah seiring waktu, triknya untuk membuat pria itu tersentuh sudah tidak memiliki efek sama sekali.

“Tidak perlu repot-repot, aku tahu CEO Tang sangat sibuk, aku tidak akan menghabiskan banyak waktu berharga anda, hanya ada sedikit hal yang ingin aku sampaikan, dan kemudian aku akan pergi.”

Dengan matanya yang hitam gelap itu, Lewis Tang diam, penampilannya terlihat seperti dia bersedia mendengar yang ingin disampaikan oleh pria itu dengan senang hati.

“Dana satu koma empat miliar yang diberikan oleh Bank B itu, pasti tidak lepas dari upaya besar CEO Tang. Hanya saja, ada uang di balik batu, aku ingin tahu apa yang menjadi alasan CEO Tang untuk mengulurkan tangan?”

“Apa alasannya menurutmu? Kamu sedang menghadapi masalah, aku mengulurkan tangan untuk membantu teman lamaku, itu saja.” Jawab Lewis Tang singkat setelah diam beberapa detik.

Chris Lu menganggukkan kepalanya, dia datang bukan hanya untuk mendengar perkataan Lewis Tang itu. Chris Lu berharap masalah itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Clarice, juga berharap Lewis Tang tidak menggunakan itu sebagai ancaman.

“Baiklah, aku juga berharap hanya sebatas itu. Aku, Chris Lu, tidak suka berhutang kepada orang lain, aku pasti akan membayar hutang budi ini kepadamu. Tetapi, Lewis Tang, kita sudah ditakdirkan untuk menjadi musuh sepanjang hidup kita, apapun yang terjadi, hal itu tidak akan berubah. Kamu juga jangan berharap terlalu tinggi.”

Perkataannya cukup sampai disana, dia tidak perlu menjelaskannya lagi, Lewis Tang juga pasti tahu apa yang dimaksud olehnya.

Waktu itu, dirinya menyerahkan kembali Dyson yang baru lahir itu kepada Lewis Tang, karena ingin memutuskan segala hubungan yang dimiliki oleh Lewis Tang dan Clarice Lu.

Setelah Chris Lu pergi, Lewis Tang berdiri di depan jendela kaca besar itu, hanya diam untuk waktu yang lama. Sementara itu, tangan yang tergantung disamping tubuhnya itu perlahan tergenggam erat, menunjukkan urat dibalik tangannya itu.

Dia masih memiliki dua janji dengan klien di malam hari. Diatas bar itu, gelas-gelas berdentingan, orang-orang sibuk menyambut tamu yang datang dan pergi, warna warni lampu yang gemerlapan selalu memberikan orang-orang semacam perasaan seperti mimpi, benar- benar nampak tidak nyata.

Lewis Tang tidak terlalu banyak minum, dirinya terus duduk di sudut ruangan itu dan merokok. Asap rokok yang mengepul itu membuat pria yang selalu tenang itu terlihat semakin misterius dan sulit untuk ditebak.

Diatas panggung, seorang wanita muda dan cantik yang berbalut congsam itu sedang menggerak-gerakkan pinggang kecilnya itu seperti ular sambil menyanyikan sebuah lagu cinta yang menyedihkan. Lewis Tang tidak lebih dari meliriknya dua kali, seorang penyuplai langsung datang mendekat, menunduk dan berbisik, “CEO Tang, apa perlu aku memanggilnya kemari untuk menemani anda mengobrol?”

“Tidak perlu, dia cukup bagus berdiri di atas panggung itu.” Lewis Tang mematikan rokok yang berada diujung jarinya itu di dalam asbak rokok antik di atas meja kopi itu, lalu tangannya meraih jas yang terletak di atas sandaran tangan sofa itu, dan berdiri, hal itu menunjukkan kalau dirinya ingin pergi,

Semua orang yang hadir berusaha menahannya untuk tetap tinggal, dengan berusaha menyanjungnya. Lewis Tang menolak satu-persatu dari mereka dengan sopan. Suasana hatinya hari ini sedang tidak bagus, dan ketika suasana hati tidak bagus, dirinya juga seperti merasa sangat teramat lelah.

Lewis Tang berjalan keluar dari pintu gedung itu, hujan gerimis turun dari langit gelap itu, dari parkiran bawah tanah, datang sebuah mobil Range Rover hitam, lalu berhenti di depan hadapannya.

Dengan sebuah payung biru besar ditangannya, sopir itu turun dengan cepat dari dalam mobil, membukakan pintu belakang mobil dengan hormat. Kaki panjang Lewis Tang melangkah masuk ke dalam mobil, permukaan jasnya membawa beberapa tetesan air hujan.

“CEO Tang, kembali ke apartemen atau?”

Lewis Tang memencet batang hidungnya yang sedikit lelah itu, lalu mengangkat lengan kirinya dan melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya itu, “Sudah terlalu malam, kembali ke vila saja.”

Lebih kurang setengah bulan ini, dia bermalam di vila itu, malam dimana dia memiliki janji dengan klien, atau ketika dirinya perlu bekerja sampai larut malam, kebanyakan dirinya tidak kembali ke Apartemen LinXi, demi menghindari menganggu waktu istirahatnya Dyson.

Mobil itu melaju tenang dibawah hujan, melewati jalan yang dikelilingi pepohonan lebat, mobil itu perlahan memasukki wilayah halaman vila itu.

Lampu jalan yang berhiasan ornamen itu menyala disekeliling vila, melalui jendela mobil, bisa melihat di bawah beranda itu, samar-samar ada bayangan tubuh kecil, cahaya lampu kuning yang remang itu membentuk sebuah bayangan yang panjang dibelakang tubuh wanita itu.

Ekspresi wajah Lewis Tang mendadak berubah kaku, baru saja mobil itu berhenti, dia langsung merebut payung dari genggaman tangan sopir itu dan melangkah cepat ke arah beranda itu.

Sopir itu sudah lama mengikuti Lewis Tang, sekali melihat pemandangan itu, dirinya langsung mengerti, dengan cepat masuk ke dalam mobil untuk menghindar, yang disebut jangan mencampuri urusan yang bukan miliknya. Apa yang tidak seharusnya dia ketahui, lebih baik tidak dia ketahui.

Hujan di malam hari di awal musim gugur menyebabkan suhu turun dengan drastis. Ketika Lewis Tang muncul di depan Clarice Lu, wanita itu sudah dalam posisi memeluk tubuhnya sendiri, sudah kedinginan sampai menggigil.

“Akhirnya kamu kembali, aku datang untuk mengembalikan pakaianmu, sudah lama sekali menunggu.” Clarice Lu menaikkan kepalanya dan menatap ke arah pria itu, sepasang mata jernihnya itu memancarkan pandangan yang menyedihkan.

“Kamu minum minuman keras lagi?” Lewis Tang mengerutkan dahinya dengan dalam, dibalik rintikkan hujan yang dingin itu tercium samar aroma alkohol, yang membuat dirinya marah.

Wanita itu masih berani minum minuman beralkohol.

Clarice Lu mengigit pelan bibirnya yang berubah pucat itu karena dingin, diam sambil menundukkan kepalanya. dia memang ada meminum sedikit alkohol, ada kalanya, beberapa hal memang mengharuskan kita meneguk alkohol agar berani menghadapinya.

“Bicara!” Perlawanannya yang tanpa suara itu membuar ekspresi wajah Lewis Tang semakin muram.

“Lewis Tang, aku dingin. Bisa tidak kita membicarakannya di dalam saja?” Rambut panjang Clarice Lu itu terurai, ujung rambutnya masih meneteskan air, tubuhnya yang ramping itu sedikit gemetaran ditengah-tengah hujan dan angin, benar-benar menyerupai sekuntum bunga yang hampir gugur, membuat orang lain tidak bisa menahan perasaan kasihan.

Lewis Tang hanya bisa merasakan sakit di hatinya, meskipun kemarahannya itu bertambah besar, dia juga tidak sanggup untuk melampiaskannya. Dia dengan cepat membungkus tubuh wanita itu dengan jas yang berada dalam tangannya itu, lalu mengambil kunci dan membuka pintu.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu