Waiting For Love - Bab 56 Seorang Pria Tidak Mungkin Bersikap Baik Kepada Seorang Wanita Tanpa Alasan Tertentu

Hari ini pemain dan kru membuat sebuah film diluar ruangan. Dalton Fang menjadi pemain utama laki-laki yang mengungkapkan perasaannya kepada Elsa Mo di sebuah jalanan yang panjang. Jalanan sudah ditutup dari awal oleh kru film, ahli pencahayaan dan juru kamera sudah siap diposisi, tim perlengkapan sedang sibuk mendekorasi tempat kejadian.

Sebelum mulai merekam, sutradara memandu sebaris orang untuk mengunjungi tempat kejadian, Clarice Lu awalnya berjalan bersama orang-orang tersebut, namun karena menerima telepon, jadinya ia pelan-pelan berjalan sampai ke belakang, sehingga terpisah dari rombongan orang-orang.

Dia dan David Luo sama-sama tidak berada di perusahaan, bagian departemen pemasaran mengalami masalah yang tidak besar juga tidak kecil, Clarice Lu sedang bertelepon dengan kepala bagian departemen pemasaran, konsentrasinya terpaku kesana, sehingga tidak menyadari posisi berdirinya sekarang agak sedikit berbahaya, disebelahnya, ahli perlengkapan sedang memanjat tangga untuk memasangkan papan bertulisan di sebuah toko.

“Senior Wang, ditempat mu sudah selesai? Kesini bantu saya sebentar.” Ada yang berteriak kepadanya.

“Segera kesana.” Setelah selesai memasang papan bertulisan, ia dengan terburu-buru menuruni tangga, karena terlalu terburu-buru, tidak hati-hati tersandung kabel listrik di bawah kakinya, karena terinjak, maka kabel tersebut tergerak dan mengait ke satu sisi tangga, sehingga tangga menjadi miring dan menabrak papan bertulisan, papan tersebut tidak terpasang terlalu kokoh, setelah bergoyang beberapa kali, menjadi goyah.

Dan saat ini, Clarice Lu tepat berdiri di bawah papan bertulisan tersebut, membelakangi sambil menelepon. Sama sekali tidak melihat tangga yang tumbang dan papan bertulisan yang berat tersebut akan jatuh menimpanya.

David Luo adalah orang pertama yang melihat Clarice Lu dalam bahaya, raut wajahnya berubah, dengan keras berteriak, “Clarice Lu, hati-hati!”

Clarice Lu melihat kearah datangnya suara, melihat dengan tampang tidak tahu apa-apa, di belakang kepalanya kan tidak ada mata, ia masih tidak menyadari apa yang terjadi.

David Luo dengan tergesa-gesa ingin kesana, namun, ada sesosok lain yang lebih cepat selangkah sampai ke tempat Clarice Lu. Saat tangga dan papan bertulisan yang berat tersebut jatuh, ia melindungi Clarice Lu dengan erat di dalam pelukannya, menggunakan punggungnya menggantikan Clarice Lu melewati bahaya.

Saat Lewis Tang jatuh di depan Clarice Lu, Clarice Lu terkejut dengan mata terbelalak, dalam sekejap kepalanya terasa kosong.

Setelah itu, orang-orang menjadi ribut, Felix Ang dan kru film datang mengelilingi, ada yang memeriksa luka, ada yang buru-buru menelepon 120.

Disaat orang-orang mengelilingi Lewis Tang, Elsa Mo justru menarik Clarice Lu ke samping, dengan gugup memeriksanya mengalami luka atau tidak.

“Kamu berdarah?” Elsa Mo melihat noda darah dibajunya, suaranya terdengar bergetar.

Clarice Lu menjadi seperti orang bodoh, berdiri diam disana, setelah itu perlahan-lahan baru mulai sadar. Dia menundukkan kepala melihat bajunya terkena darah segar, ia merasa mata nya seperti tertusuk dan sakit melihat hal tersebut.

“Bukan darahku.” Dia menggelengkan kepala, melihat kearah Lewis Tang yang terjatuh dilantai,walaupun luka di kepalanya ditekan menggunakan kain kasa putih, namun tetap saja darah segar tidak berhenti mengalir keluar, sebagian besar mukanya menjadi tidak jelas karena noda darah, tidak tau seberapa parah luka yang dialaminya, tetapi ia masih pingsan tidak menyadarkan diri.

Ambulan segera tiba ke tempat pemotretan, Lewis Tang di angkat petugas medis ke dalam ambulan, kru film ingin ikut ke rumah sakit, tetapi Felix Ang menolaknya.

Mereka kan bukan dokter, ikut pergi juga tidak ada gunanya, malah mungkin bisa menambah kekacauan. Kalau media mendengar kabar ini dan datang kemari, memberitakan yang tidak-tidak, masalah Lewis Tang terluka sangat mungkin akan mengguncang harga saham perusahaan.

Dalam situasi yang begitu kacau dan mencemaskan, Felix Ang tetap dapat mempertahankan sikap yang tenang, ia memang pantas menjadi orang kepercayaan yang berada disamping Lewis Tang.

Dia menolak semua orang, malah berbicara langsung kepada Clarice Lu, “Direktur Lu, merepotkan anda untuk ke rumah sakit bersama saya, bagaimana kondisi luka Direktur Tang masih tidak tahu, kalau dirawat inap, mungkin perlu ada yang menemani untuk menjaganya, kalau hanya saya seorang takutnya tidak sanggup.

Pandangan orang-orang yang berada ditempat kejadian semua menuju ke Clarice Lu, Clarice Lu merasa dirinya seperti akan ditembak, tapi dia tidak sempat untuk mempertimbangkan bagaimana pemikiran orang lain lagi. Lewis Tang terluka karena dia, Felix Ang mengajukan agar dia ikut ke rumah sakit, kalau dia menolaknya, maka akan kelihatan tidak berprikemanusiaan.

Terakhir, Clarice Lu dan Felix Tang mereka berdua mengikuti ambulan menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan, Lewis Tang sadar satu kali.

Karena kehilangan banyak darah, mukanya sangat pucat, matanya yang hitam terus melihat Clarice Lu, dan menjulurkan telapak tangan, memegang tangan Clarice Lu yang kecil dan lembut.

Clarice Lu ingin melepaskannya. Namun, Lewis Tang malah memegangnya lebih erat lagi, bahkan sedang sakit, tenaganya tetap sangat kuat.

“Jangan bergerak sembarangan, darahnya mengalir berbalik ke infusnya.” Dokter tiba-tiba berkata.

Tangan Lewis Tang masih terpasang infus, bergerak sembarangan dapat menyebabkan darah mengalir berbalik. Dan dia sama sekali tidak bergerak, sepasang matanya yang hitam terus melihat nya, kekuatan genggamannya tidak berkurang.

Clarice Lu tidak berani bergerak lagi, membiarkan Lewis Tang menggenggam tangannya, mukanya terasa sedikit panas.

Dan Felix Ang duduk disebelah seperti tidak terjadi apa-apa. Sebagai asisten dari Direktur Tang, dia sangat mengerti akan kondisi saat itu.

Lewis Tang di dorong masuk ke dalam ruang operasi, mengalami geger otak ringan, dahinya dijahit sebanyak tujuh jahitan, untungnya posisi lukanya tidak terlalu jelas, jikalau tidak mukanya bisa jelek akibat bekas luka.

Sejak saat ia di dorong masuk kedalam ruang operasi, sampai dipindahkan ke kamar pasien, Clarice Lu selalu menemani. Felix Ang pergi mengurus prosedur rawat inap, di dalam kamar pasien hanya tersisa Clarice Lu dan Lewis Tang berdua saja.

Di dalam kamar terasa sangat tenang dan sepi, Clarice Lu merasa sangat tidak leluasa.

“Asisten Ang pergi mengurus prosedur rumah sakit kenapa belum kembali?” sudah menunggu lama Felix Ang masih belum muncul, Clarice Lu tidak dapat menahannya lagi dan berkata.

“Urusan kantor agak banyak, dia seharusnya sudah kembali ke kota B.” Lewis Tang menjawab dengan nada datar sambil terbaring di ranjang.

Felix Ang sudah lama bekerja untuknya, kalau sampai hal seperti ini pun tidak mengerti, tinggal disana untuk menjadi pengganggu, maka ia sudah perlu mempertimbangkan untuk ganti orang.

Clarice Lu tercengang, tiba-tiba muncul perasaan seperti sudah terpukul oleh Felix Ang.

“Tuangkan segelas air untukku. ” Lewis Tang terbaring di ranjang, nada bicaranya sangat alami.

Karena lingkungan pertumbuhannya, Clarice Lu memiliki sedikit sifat seperti nona besar, tidak suka diperintah oleh orang lain. Tetapi Lewis Tang adalah pasien yang baru keluar dari ruang operasi dan ia terluka juga disebabkan olehnya.

Maka Clarice Lu tidak bisa menolaknya, hanya bisa mengikuti dan menuangkan air untuk diberikan kepadanya. Dia hanya melihat, tetapi tidak menerima air tersebut.

“Tidak pernah merawat orang sakit? Suapi aku minum.” Lewis Tang berkata sambil mengerutkan dahi, namun di alisnya tidak menampakkan sesuatu yang tidak menyenangkan, namun sebaliknya tersimpan sedikit kelicikan, seperti sedang mengganggunya.

Clarice Lu menaikkan sisi atas ranjang, hanya memberinya minum tidak sampai setengah gelas, “Kurangi minum air, biar tidak perlu ke toilet.”

Clarice Lu memberinya minum saja masih merasa terpaksa, apalagi kalau memintanya untuk mengantarnya ke toilet untuk buang air kecil, dia pasti tidak sanggup melakukannya.

Dan Lewis Tang tentu dapat menebak apa yang dipikirkan olehnya, melihatnya dengan tatapan dingin, lalu berkata: “Saya terluka dibagian kepala, belum sampai ke tahap gak bisa bergerak.

Clarice Lu berpikir dalam hati: Lelaki ini pada dasarnya penuh niat jahat untuk memanfaatkan, bisa mengurus sendiri masih menyuruh orang untuk memberinya minum.

Walaupun luka Lewis Tang tidak terlalu parah, tetapi masih harus tinggal di rumah sakit untuk diperiksa beberapa hari. Saat malam hari, awalnya Clarice Lu ingin mencari orang untuk menjaga Lewis Tang, namun karena mereka berada di sebuah rumah sakit distrik yang terletak di kota kabupaten bagian dari kota tingkat tiga, petugas yang menjaga terbatas, walaupun Clarice Lu mempunyai uang, juga tidak bisa karena hal seperti ini memojokkan orang lain.

Dia tidak menemukan petugas untuk menjaga, akhirnya dia sendiri yang tinggal untuk menjaga Lewis Tang, untungnya ia tidak sulit dijaga, tidak terlalu banyak memerintah.

Saat malam setelah lampu kamar pasien dimatikan, Clarice Lu beristirahat di atas ranjang klinik yang disewa.

Dan setelah reaksi obat biusnya lewat, luka di dahi Lewis Tang terasa sakit sehingga ia tidak dapat tidur, dia terbaring di atas ranjang pasien, meminjam sinar rembulan yang tipis, diam-diam melihat muka tidur Clarice Lu yang seperti anak kecil.

Saat ini, waktu seperti berhenti, ruangan terasa bergerak lamban. Hanya berharap kehidupan sekarang ini stabil, aman, dan damai.

Clarice Lu berada di kamar pasien sepanjang malam, saat pagi hari kedua, Elsa Mo baru datang ke rumah sakit untuk mengantarkan pakaian ganti untuknya.

Saat itu, Lewis Tang masih tidur, dia keluar dari kamar pasien, mengganti pakaian disebuah toilet yang berada di ujung koridor, juga membawa barang kebersihan pribadi sekali pakai untuk mencuci muka dan mulut. Tidak memakai make up, muka nya yang putih dan alami , kelihatan seperti lebih muda dari umur aslinya, seperti mahasiswa yang baru berjalan keluar dari pintu kampus.

Dia mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda, menjulurkan tangan memijit daerah belakang lehernya. Ranjang yang ia tiduri keras dan juga sempit, menyebabkan lehernya menjadi tegang.

“Saya masih harus kembali bekerja bersama kru film, kalau sudah tidak ada masalah saya mau pergi dulu.” Elsa Mo menundukkan kepala melihat jam tangannya, dia harus buru-buru pergi.

Clarice Lu mengantarnya sampai di depan pintu lift, “Hari ini setelah mendapatkan petugas penjaga yang ahli, disini sudah tidak memerlukan saya lagi, kira-kira malam ini saya sudah bisa kembali ke kota B.”

Elsa Mo menganggukkan kepala, menjulurkan tangan memencet tombol lift, ada beberapa hal tidak tahu apakah harus atau tidak harus dikatakan. Namun karena ia adalah orang yang berterus terang, akhirnya ia mengatakannya.

“Clarice Lu, apakah kamu pernah berpikir, seorang pria tidak mungkin bersikap baik kepada seorang wanita tanpa alasan tertentu.”

“Clarice Lu menatapnya dengan tidak mengerti, ia tidak mengerti dengan ucapannya yang tiba-tiba itu.”

Elsa Mo bernapas ringan kemudian berkata, “Kamu jangan berlagak bodoh denganku, aku tidak percaya kamu tidak menyadarinya, kebaikan Lewis Tang terhadapmu sudah berlebihan. Clarice Lu, kalau kamu tidak pernah berencana untuk membiarkannya menidurimu, berhati-hatilah jikalau kelak tidak ada cara untuk mengakhirinya.”

Elsa Mo mengatakannya dengan begitu terus terang, Clarice Lu mendadak tercengang disana, kali ini bukan tidak mengerti, tetapi tidak tahu harus memberikan jawaban yang bagaimana.

Saat ini, terdengar bunyi ting tong tanda pintu lift terbuka, Elsa Mo sudah mengatakan apa yang perlu dikatakan, dengan sepatu hak tingginya ia berjalan memasuki lift.

Clarice Lu tercengang sebentar di depan pintu lift yang sudah tertutup, baru memutar badan berjalan ke arah kamar pasien. Perkataan Elsa Mo menyadarkannya, dia sudah seharusnya menjaga jarak dengan Lewis Tang, kalau tidak dia mungkin tidak bisa mengakhirinya nanti.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu