Waiting For Love - Chapter 213 Pelukkan Dan Kehangatan Tubuh Pria Itu Adalah Sumber Penghangat Pribadinya

Lewis Tang duduk di atas kursi itu sambil menghisap rokoknya dengan hati yang penat, tetapi di waktu yang tidak tepat seperti itu, hp nya justru berbunyi, dia mengangkat telepon itu. Dibalik telepon itu, pembantu itu menjelaskan kondisi Carol Lin, dirinya sedikit tidak fokus ketika mendengarkannya.

Operasi aborsi yang dilakukan oleh Carol Lin itu sangat berhasil, hanya saja, pemulihannya pasca operasi itu tidak terlalu bagus. Carol Lin sering mengalami pendarahan. Sebagai seorang dokter, wanita itu seharusnya tahu jelas bahwa pendarahan tidak normal seperti itu akan menimbulkan akibat yang serius, tetapi bukan hanya dirinya tidak pergi menemui dokter, dia justru memendamnya sendiri, yang akhirnya menyebabkan pendarahan serius kali ini.

Untungnya, pembantu di rumahnya itu menyadarinya dengan tepat waktu, jadi tidak ada masalah besar apapun yang muncul.

Terkadang, Lewis Tang sampai mencurigai bahwa Carol Lin melakukannya dengan sengaja, sengaja tidak mempedulikan kesehatannya.

Sebelum dirinya pergi kali ini, dia sudah mengatakan semuanya dengan jelas kepada Carol Lin. Sebagai seorang teman, hal yang bisa dilakukannya untuk wanita itu ada batasannya, nyawanya adalah miliknya sendiri, kalau dirinya sendiri saja tidak tahu untuk menghargainya, siapapun itu juga tidak bisa membantunya.

Setelah mendengar ucapan itu, Carol Lin tidak mengucapkan apapun, wanita itu hanya menarik selimut yang menutupi tubuhnya itu sampai menutupi kepalanya, menyembunyikan dirinya sama seperti seekor burung unta.

Untuk beberapa waktu kemudian, Lewis Tang tidak bertemu dengan Clarice Lu. Dia sudah menelepon wanita itu, tetapi selalu tidak ada orang yang mengangkatnya. Dirinya pergi ke apartemen wanita itu dan mengetuk pintunya, tetapi juga tidak ada orang yang membukakannya pintu.

Malamnya, Lewis Tang menghentikan mobilnya di bawah gedung apartemen wanita itu, dan melihat lampu di atas itu menyala. Dirinya tahu bahwa Clarice selalu ada di rumah, wanita itu hanya tidak ingin bertemu dengannya.

Benar, setelah keluar dari rumah sakit, Clarice Lu terus mengurung dirinya di dalam rumah, Chris Lu meminta Kakak Ipar Yue yang berspesialisasi di bidang itu untuk datang dan tinggal bersama serta menjaga Clarice dan Dyson.

Setelah keluar dari rumah sakit, Clarice Lu sering jatuh sakit, dia sering demam tinggi, sebagian besar waktu, dirinya terlihat kosong. Dalam kondisi setengah tersadar dalam tidurnya, dia sering kali berteriak dan menangis tanpa berhenti. Terkadang, dirinya menangis sambil meneriakkan mama, dan terkadang dia bisa meneriakkan nama Lewis Tang.

Setelah menjalani pengobatan selama hampir satu bulan, dirinya barulah perlahan-lahan membaik. Tentu saja, yang pulih itu hanya sebatas tubuhnya saja, sedangkan luka di hatinya itu, meskipun sudah menggunakan seumur hidupnya, juga sudah tidak bisa disembuhkan lagi.

Satu bulan kemudian, Clarice Lu untuk pertama kalinya melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Semenjak kecelakaan mobil terakhir kali itu, dirinya seperti mengalami trauma dan tidak berani lagi menyentuh mobilnya.

Dia memanggil taksi dan pergi ke kantor, ketika melihat dirinya, sekretaris di lobi itu masih menyapanya dengan ramah, semua orang yang ada di dalam perusahaan besar itu adalah orang yang dilahirkan untuk menjadi aktor yang baik, rasa antusias milik sekretaris itu pun sama seperti mereka baru saja bertemu kemarin.

Kantor asisten itu terus kosong, tetapi petugas bersih-bersih selalu datang untuk membersihkannya setiap hari. Permukaan meja itu masih bersih seperti dulu, tanpa ada sebutir debu yang menempel.

Setelah Clarice Lu masuk ke dalam kantor, sekretaris itu juga kemudian ikut masuk bersamanya, dia berkata sambil tersenyum, “CEO Lu, bagaimana mungkin anda bertambah langsing setelah kembali dari berlibur? Kalau di lihat-lihat, anda memang penduduk asli sini.”

“Iya.” Jawabnya dengan asal, dia mengambil cuti panjang untuk satu bulan lebih, dan Chris Lu hanya mengatakan bahwa dirinya pergi berlibur ke luar negeri.

Biasanya, dia hanya perlu berjalan masuk ke dalam kantor itu dan permukaan meja kantor itu pasti sudah penuh dengan tumpukkan dokumen, tetapi hari ini, permukaan meja itu sangat rapi, hanya ada beberapa keperluan dasar kantor saja yang terletak diatasnya.

“Chris Lu?” Tanya Clarice.

“CEO masih rapat.” Jawab sekretaris itu.

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya, tanpa ada urusan yang bisa dia kerjakan, dirinya hanya bisa menunggu Chris Lu di dalam kantor CEO. Siangnya, Chris Lu baru kembali ke dalam kantornya.

“Kenapa dirimu tidak baik-baik saja istirahat di rumah dan malah datang ke kantor?” Chris Lu sedikit terkejut ketika melihat Clarice di kantor. Menurut yang didengarnya dari Elsa Mo, meskipun tidak melahirkan, tetapi wanita yang mengalami keguguran juga harus istirahat dan menjalani pantangan selama satu bulan untuk pemulihan agar kedepannya tidak jatuh sakit.

Clarice Lu tertawa datar, sambil berdiri di depan meja kantor yang besar itu, dirinya dengan santai membalik-balik dan melihat dokumen-dokumen di atas meja itu, “Aku sudah hampir menjadi bodoh karena terlalu lama tinggal dan berdiam diri di rumah. Jadi aku kembali untuk mencari kerjaan.”

Tanpa menunggu penolakkan dari Chris Lu, dirinya langsung melambai-lambaikan dokumen yang dipegangnya sambil berkata, “Kasus ini lumayan, aku akan mengambilnya.”

Chris Lu selalu tidak bisa melawan adik perempuan satu-satunya itu, pria itu hanya bisa menghela napas ringan dan berkata, “Terserah kamu, dan jangan sampai kelelahan.”

“Baiklah, kalau begitu akan mulai bekerja besok.” Dengan memeluk dokumen itu, Clarice Lu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari kantor Chris Lu.

Dia berjanji akan mulai bekerja besok dengan Chris Lu karena hari ini, dia masih mempunyai sebuah urusan yang harus diselesaikannya.

Clarice Lu ingin pergi menemui Lewis Tang, mereka berdua sudah lama mencapai kesepakatan mengenai hak asuh Dyson, tetapi Lewis Tang justru belum menandatanginya sampai sekarang, sangat jelas bahwa pria itu terus mengulur-ulur waktunya.

Tetapi Clarice Lu sama sekali tidak ingin mengulurnya lagi, akhir dari hubungan mereka itu sudah ditetapkan dari lima tahun yang lalu, untuk apa lagi mereka meributkannya lagi sekarang?

Clarice Lu memanggil taksi dan pergi ke Tang’s Corp, setelah sampai disana, dia membayar tagihan taksi itu dan turun. Dirinya berdiri di depan gedung perusahaan Tang’s Corp sambil sedikit mendongakkan kepalanya, melihat gedung tinggi dan besar yang menjulang ke langit itu. Angin dingin tiba-tiba datang menyapu, bertiup ke arahnya sampai membuat diriinya sedikit tidak bisa membuka matanya.

Clarice Lu tidak tahu apakah Lewis Tang ada atau tidak, CEO Tang memiliki jadwal yang sangat padat, dirinya juga hanya bisa datang dan mencoba peruntungannya.

Ketika berjalan masuk ke dalam gedung perusahaan itu, Clarice Lu langsung ditahan oleh orang di lobi. Dia mengeluarkan hpnya dan mencoba menelepon ke nomor pribadi Lewis Tang.

Baru berdering dua kali, telepon itu langsung dengan cepat diangkat.

“Clarice.” Suara seorang pria yang tidak asing dan serak itu memanggil namanya dengan pelan, benar-benar enak untuk didengar.

Clarice Lu sedikit menggigit bibir bawahnya sambil berkata, “Aku ada di lantai satu degung perusahaanmu, apa kamu punya waktu untuk bertemu?”

“Aku sedang rapat di kantor cabang, kamu tunggu aku sebentar.” Jawab Lewis Tang.

Clarice Lu hanya bisa duduk menunggu di atas sofa di dalam lobi itu, sekretaris di lobi itu dengan penuh sopan santun membuatkanya secangkir kopi instan.

Dia tidak menunggu untuk waktu yang terlalu lama, sekitar setengah jam kemudian, Lewis Tang muncul di depan hadapannya.

Sedangkan dalam ingatan Clarice Lu, untuk sampai ke gedung perusahaan Tang’s Corp, dari kantor cabang terdekat juga memerlukan waktu lima puluh menit di perjalanan, dengan syarat kondisi lalu lintas yang baik. Lewis Tang yang bisa kembali hanya dalam wakru setengah jam itu justru membuat dirinya sedikit terkejut.

Tetapi, itu bukanlah hal yang penting baginya. Dia berdiri dan menaikkan kepalanya, melihat ke arah pria itu, pandangan matanya sangat tenang.

“Apa kamu sudah lama menunggu?” Lewis Tang duluan membuka mulutnya, pandangan dalam matanya tertuju ke arah wanita itu, melihat wanita itu mengenakan mantel yang tipis, dia langsung sedikit mengerutkan alisnya.

“Kamu mengenakan pakaian setipis itu di cuaca sedingin ini?” Lewis Tang refleks melepaskan mantel kasmir tebal berwana hitam yang dia kenakan dan menyelimuti pundak Clarice Lu.

Gerakan sederhana seperti itu justru membuat orang di lobi itu terbelalak. Di dalam benak pikiran para pegawai perusahaannya, CEO Tang adalah definisi yang tepat dari yang namanya anggkuh dan dingin, pria itu memang kaya, hal itu tidak bisa dipungkiri, tetapi kehidupan pribadinya justru sangat terkontrol, dirinya adalah seseorang yang sangat disiplin.

Dan sekarang, detik itu, dirinya yang memperlakukan Clarice Lu dengan penuh perhatian dan kelembutan itu, benar-benar seperti seorang pangeran berhati dingin yang dalam waktu sekejap tiba-tiba berubah menjadi lembut, bagaimana mungkin hal itu tidak membuat orang-orang terkejut?

Pundak Clarice Lu tiba-tiba terasa berat, mantel yang membungkus tubuhnya itu masih memiliki aroma khas dan kahangatan tubuh pria itu. Sebelumnya, disetiap musim dingin yang membekukan, pria itu sering melepaskan mantelnya dan membungkus dirinya dengan rapat, atau langsung mendekapnya dalam pelukkannya, pelukannya dan kehagatan tubuhnya adalah sumber penghangat pribadinya.

Sayang, dengan seiring waktu yang berjalan, seluruhnya ikut berubah.

Dia melepaskan mantel yang terletak di pundaknya itu dengan dingin dan mengembalikannya kepada pria itu, “Aku tidak dingin.”

Lewis Tang mengerutkan alisnya sambil menatapnya dengan dalam, pria itu diam dan tidak menjulurkan tangannya untuk mengambil mantel yang dikembalikannya itu.

Clarice Lu tidak memiliki pilihan lain, dirinya hanya bisa meletakkan mantel itu di atas sandaran sofa di sampingnya.

Suasana diantara mereka seketika seperti membeku, sepasang mata hitam Lewis Tang itu menatap Clarice Lu dengan dalam, tanpa memperlihatkan perasaannya sedikitpun, Pria itu seperti hanya memiliki satu penampilan seumur hidupnya, dingin dan tenang.

“Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, kita bisa membicarakannya di atas.” Ucap Lewis Tang setelah diam untuk beberapa saat.

Dia dengan refleks menjulurkan tangannya dan meraih lengan Clarice Lu, tetapi wanita itu justru langsung melepaskannya. Clarice Lu menonaknya untuk kedua kalinya, “Tidak perlu, kita pergi ke kafe di seberang saja untuk membicarakannya.”

“Baiklah.” Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian dia meraih mantel di atas sofa itu dan memakaikannya lagi di tubuh Clarice Lu, sikapnya sedikit memaksa, pria itu tidak sedikitpun mempedulikan perlawanan darinya.

Ada sebuah Kafe Starbucks di seberang gedung perusahaan itu, biasanya, ketika istirahat siang, banyak karyawan perusahan yang suka duduk-duduk disana. Itu juga adalah sumber pemasukkan utama untuk kafe itu.

Dan sekarang, semua karyawan kantor sedang bekerja, kafe itu kosong seperti tidak ada satu orang pun.

Lewis Tang dan Clarice Lu memilih sebuah tempat duduk di sebuah sudut di dekat jendela, jauh dari perhatian orang-orang. Pelayan itu membawakan daftar menu, Lewis Tang kemudian memesan dua cangkir kopi, secangkir Blue Mountain dan secangkir kapucino.

Kapucino adalah jenis kopi yang disukai Clarice Lu dulu. Kopi susu yang harum dan manis, wanita itu masih bisa menambahkan dua bungkus susu dan gula, waktu itu, hidupnya bagaikan dalam sebuah dogeng.

Kopi itu dengan cepat disajikan, cangkir kopi porselen putih yang cantik, cairan kental yang melepaskan asap putih, aroma harum yang semerbaki.

Tetapi kedua orang itu tidak ada yang berniat untuk meminum kopi itu, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri, sibuk dengan bebannya sendiri.

“Kamu sepertinya kurusan banyak belakangan ini.” Lewis Tang lebih dulu membuka mulutnya. Wanita yang berada di hadapannya itu seperti semakin mengurus, lengkungan mata yang bertambah dalam membuat dirinya menjadi sedih.

Tidak peduli apakah wanita itu bersama dengannya atau tidak, Lewis Tang selalu berharap bahwa di baik-baik saja.

Clarice Lu menjulurkan tangannya, jari putih miliknya meraih cangkir perselen putih yang sedikit panas itu, dengan matanya yang melihat ke bawah, dia berkata, “Sedikit kurus juga bukan hal yang buruk, kalau sudah gemuk, nantinya masih harus membuang-buang energi untuk diet.”

Nada bicaranya sengaja dibuat santai, dia kemudian menjulurkan tangannya dan mengelus wajahnya sambil terus berkata, “Dyson juga lumayan baik belakangan ini, hubungan kita juga tidak terbilang buruk. Dan mengenai hak asuhnya, kapan kamu berencana akan menandatangi dan mengurusnya?”

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu