Waiting For Love - Bab 246 Mengulang Mimpi Yang Lama

Clarice Lu melepaskan diri dari pelukan Lewis Tang karena merasa tidak enak. Dia duduk di samping meja makan dengan wajah yang merah.

Beberapa makanan perlahan dihidangkan di meja. Clarice Lu melihat hidangan di meja dengan tatapan yang bersinar. Aroma makanan masuk ke hidungnya. Dia merasa cacing-caing di dalam perutnya sudah ribut.

“Semuanya kesukaanku.” Clarice Lu mengambil sumpit dengan senyum. Dia mencoba makanan itu. rasanya memang enak. Bisa juga dikatakan sangat enak.

“Makanan spesial dari restoran ini adalah teripang rebus daun bawang dan ginjal babi goreng.” Jawab Lewis Tang dengan sopan dan tidak menggerakkan sumpit, malah meminum sedikit anggur beras.

Teripang rebus daun bawang dan ginjal babi goreng adalah kesukaan Clarice Lu. Hanya saja, restoran biasa, sekalipun restoran berbintang juga tidak bisa membuat kedua masakan ini dengan sangat enak.

Saat mereka masih bersama, Lewis Tang hanya memesan dua sayur itu setiap kali pergi makan di restoran. Dia pasti akan mencobanya. Kalau rasanya enak, lain kali akan membawa Clarice Lu makan.

Setelah mereka berpisah, kebiasaan ini masih tertinggal padanya. Dalam kurun waktu lima tahun, dia mencoba banyak sekali teripang dan ginjal babi. Rumah makan masakan pribadi ini salah satunya.

Dua jenis sayur dimakan habis oleh Clarice Lu dengan satu kedipan mata. Dan juga merasa masih belum puas dengan menyuruh bos membuat lagi dua porsi dan dibungkus.

Keluar dari rumah makan masakan pribadi itu, Clarice Lu sudah makan dengan kenyang dan puas. Dia menurunkan dudukan di mobil, bersandar dan tertidur dengan cepat.

Mobil Lewis Tang menelusuri malam hari dalam keheningan. Melihat dari spion belakang, dia melihat wanita yang disampingnya tidur dengan tenang. Hatinya merasakan kepuasan.

Dan bagi Clarice Lu, seperti sudah lama tidak tidur setenang ini. Mungkin hanya dengan berada di sisinya, dia baru bisa menemukan rasa aman yang dia inginkan.

Clarice Lu tidur dengan sangat nyenyak, bahkan tidak tahu kapan mobil berhenti. Sampai saat dia bangun, dia melihat jendela mobil yang tersiram air hujan yang deras. Suara hujan tidak hentinya bersentuhan dengan jendela mobil, menghalangi penglihatan, membuat kabur dunia di luar jendela.

“Aku sudah tidur lama, kan?” Dia duduk tegak dan menggunakan pungguna tangannya mengusap matanya.

“Lumayan.” Jawab Lewis Tang. Alisnya yang lembut dan tatapannya yang dalam dialihkan ke dirinya.

“Kenapa kamu tidak membangungaknku?” Gumam Clarice Lu. Dia melepaskan sabuk pengaman, memiringkan badan dan membuka pintu mobil. Saat itu dia baru sadar bahwa pintu mobil ternyata dikunci.

Dia memiringkan kepala melihat ke Lewis Tang. Wajahnya penuh tanya.

“Kamu mau ke mana?” Tanya Lewis Tang dengan senyum.

“Pulang rumah, dong!”

“Jalan kaki pulang? kamu tahu tidak, ini jauh dari rumahmu.” Jawab Lewis Tang padanya dengan serius.

Clarice Lu linglung dari tidurnya. Saat itu dia baru sadar, mobil bukan berhenti di bawah apartemennya. Kegelapan diluar, hujan tidak henti yang mengikuti jendela turun ke bawah, jarak pandang yang pendek.

Tapi Clarice Lu masih bisa melihat dalam kabur. Di luar seharusnya suatu tempat di pinggiran kota, sepi dan tidak berpenghuni. “Lewis Tang, ini di mana?”

“Sudah tidak ingat?” Lewis Tang menghidupkan mobil. Melihatnya dengan senyuman iblis. Clarice Lu melihat ada aura cinta dari mata hitamnya.

Dia memalingkan kepala, perlahan mengerutkan alis, dan melihat ke luar jendela lagi. Setelah beberapa saat, ekspresi matanya berubah.

Saat itu, lengan Lewis Tang datang dari belakang, melingkar di kelembutan dan keteguhan pinggangnya. Dia mencondongkan badan mendekat, menempelkan bibirnya pada samping telinganya yang sensitif. Aura hangat yang mematikan rasa, suara serak yang hampir menggoda. “Sudah ingat, kan? Clarice, ini tempat pertama kali kita bertemu.”

Sesaat, pipi Clarice Lu memerah. Walaupun sudah berlalu lima tahun lamanya, tapi bagi anak perempuan, pertama kali adalah hal yang tidak bisa dilupakan. Tentu saja dia tidak lupa. Lima tahun yang lalu ada adegan yang menyentuh hati dalam mobil. Seperti sudah terukir dalam-dalam di dalam otak.

Dia mendekat, membuat Clarice Lu tidak bisa berdiri lagi. Kedua tangannya berada di dadanya, perlahan memberontak, tapi malah menemukan sabuk pengaman mengikatnya dengan kencang, hampir menjadi belenggu pengikat.

“Lewis Tang, bisa tidak kamu jangan bermain-main.” Clarice Lu mengerutkan alis, menatapnya dengan marah. Tapi, bibirnya yang bersuara itu sama sekali tidak terdengar menakutkan. Malahan membuat orang merasa sangat imut. Ada perasaan ingin menciumnya.

Wajah tampannya perlahan mendekat, langsung menciumnya. Awalnya ingin menyentuh dengan pelan dan merasakannya. Clarice Lu seperti kehilangan raganya dan dipaksa membuka mulutnya oleh Lewis Tang. Lewsi Tang sangat berpengalaman dan beradu bibir dengannya.

Setelah ciuman, tangannya memegang dagunya, menurunkan matanya melihat ke matanya. Ada aura iblis dalam kelembutannya.

“Dari segi apa kamu merasa aku membuat keonaran? Clarice, aku selalu serius padamu.” Jarinya yang lentik dan hangat tidak sengaja mengelus kulit di pipinya. Rasanya enak, seperti memegang sutra.

“Tau tidak mengapa aku mengajakmu kemari? Clarice, aku ingin bersamamu, mengulang mimpi yang lama.” Empat kata terakhir dikatakan olehnya dengan pelan, tapi dengan nada yang memikat. Empat kata itu keluar satu per satu dari mulutnya, membuat Clarice merasa sekujur tubuhnya memanas.

“Lewis Tang!” Dia mendorong dadanya sekuat tenaga.

Dia merasa sejak awal mereka sudah melewati masa-masa muda itu. Bercinta di mobil. Kalau dia ingin, dia juga tidak akan menemaninya bermain.

Clarice Lu memiringkan badannya menarik pintu mobil. Suasana di dalam mobil yang gelisah itu membuatnya tidak bisa bernafas. Hanya saja, saat dia baru saja bergerak, lengannya ditahan oleh Lewis Tang, menariknya kembali ke kursi.

Dia menggunakan tubuhnya langsung menekannya, membuat dirinya tidak bisa bergerak.

Saat itu, tubuh mereka berdua hampir menempel. Clarice Lu menaikkan pandangannya dan langsung bertatapan dengan matanya yang dalam seperti lautan.

Matanya yang dalam seperti ada sebuah kekuatan mempesona yang bisa mengikat orang, membuat orang bisa dengan mudah mati karenanya.

Clarice Lu tenang dalam sejenak. Dalam sinar remang di dalam mobil, mereka saling bertatap dengan dalam. Hanya ada satu sama lain di mata.

Di jendela luar mobil masih hujan. Lalu, momen itu seperti seluruh dunia tenang dan diam. Satu-satunya yang jelas adalah hanya nafas dan detak jantung mereka.

Tangan Lewis Tang mengelus rambut Clarice Lu yang agak berantakan. Gerakannya pelan dan lembut. Sudut bibirnya yang terangkat hampir sempurna. Pria yang berada pada moment itu, dengan watak yang luar biasa, garis wajah yang bagus, wajah yang tampan, masih tidak ingin berbicara.

Clarice Lu menaikkan dagu melihatnya. Pikirannya seperti sudah kacau dan juga seperti kosong. Dia merasa dirinya sendiri sudah diguna-guna sampai bisa tergila-gila dengannya.

“Clarice, tidak perlu turun dari mobil. Tidak perlu tubuh kamu basah, aku juga bisa melakukan dosa.” Biirnya menempel pada samping telinganya, mencium sedikit demi sedikit kulit pada telinganya.

Seperti ada listrik yang perlahan menjalar ke sandaran kursi, keduanya terhanyut ke dalamnya.

Seperti dulu, semuanya terjadi dengan alami. Dia pernah mencium tubuhnya, sehangat itu, seperti sebuah pujaan yang khusyuk.

Saat semuanya berakhir, hujan diluar masih belum berhenti dan mengeluarkan suara gemersik, menambah keriuhan.

Clarice Lu menegakkan tubuhnya, dengan pelan membenarkan kusutan pada pakaiannya. Nafasnya masih tidak beraturan, kepalanya bersandar pada jendela mobil yang dingin, hatinya malah tidak pernah setenang ini sebelumnya.

Dimulai dari mana, dan diakhiri di situ. Dan diakhiri di situ, juga dimulai dari sana. Kehidupan seseorang seperti tidak henti berputar disekitar.

Saat itu, dalam hatinya merasa sangat jelas. Setelah malam ini berlalu, ada halaman baru bagi dia dan Lewis Tang.

“Memikirkan apa?” Lewis Tang mengancing bajunya, mengulurkan lengan dan menariknya dalam pelukan.

Kepala Clarice Lu bersandar pada dadanya, mendengar detak jantungnya yang tenang dan kuat dalam dadanya, dan mengatakan beberapa kata, “Manusia tapi bertindak seperti hewan buas.”

Mendengarnya, Lewis Tang langsung kehilangan senyumnya, menundukkan kepala dan lagi-lagi mencium bibirnya yang mengerucut, menajawab: “Keinginan akan makanan dan hasrat seksual adalah salah satu bagian dari sifat manusia. Menilai seorang pria baik atau tidak bukan dari keinginannya bercinta, tapi seberapa banyak dia pernah bercinta dengan wanita. Seumur hidupku ini aku hanya pernah tidur dengan seorang wanita. Apa ini tidak boleh?”

“Kamu bilang begitu, lalu aku akan percaya begitu saja? Kita sudah berpisah begitu lama, apa yang sudah kamu perbuat juga tidak bisa dibuktikan sekarang.” Clarice Lu mengulurkan tangan mendorongnya dengan sedikit lemah bersandar pada kursi. Masalah bercinta itu, benar-benar hal yang menguras tenaga.

“Clarice, aku tidak pernah berbohong padamu.” Kata Lewis Tang.

“Oh ya?” Alis Clarice Lu mengerut, seperti teringat sesuatu.

Dan tidak menunggu dia berkata lebih lagi, Lewis Tang menggunakan tangan besarnya yang hangat memegang tangannya dengan agak sedikit kuat. Tatapan dalam matanya terlihat sangat sedih, bahkan memberikan sebuah suasana hati yang sedih. Tapi, saat melihatnya, masih saja dengan kasih sayang dan fokus.

“Selain kata-kata putus itu, selain kata-kata bosan itu, kata-kata aku tidak lagi mencintaimu.”

Hujan terus turun seakan seperti tidak akan berhenti

Mobil Lewis Tang yang terkena hujan dan berkabut dikendarai menuju ke area perkotaan. Saat hujan turun, sulit dipungkiri jalanan macet. Saat mereka sampai di apartemen Mable Bay, waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas dini hari.

Mobilnya berhenti di bawah gedung apartemen. Lewis Tang memegang paying, Clarice Lu malah tidak masuk.

“Kamu pulang saja dulu. Aku melihatmu pergi.”

Lewis Tang kehilangan senyumnya. Perempuan ini malah bermain secara hati-hati dengannya. “Kata siapa aku ingin pergi?” Kata Lewis Tang dengan alami.

“Aku tidak menginap.” Tolak Clarice Lu mentah-mentah. Dia sudah bisa memikirkan akhir dari membawa Lewis Tang pulang ke rumah pasti akan menyelesaikannya.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu