Waiting For Love - Chapter 160 Orang yang Meninggal di Dalam Penjara

“Kenapa dia berbuat seperti itu?” Tanya Clarice Lu tidak mengerti.

Lewis Tang tertawa dingin, tawanya itu sangat dingin, seperti memancarkan aura dingin yang menusuk tulang, “Dia selalu mencintai ayahku, Lily Jiang menjadi janda ketika suaminya meninggal ketika dia masih muda, dan terus menjanda, dia berpikir, hanya dengan membuat ibuku menjadi seorang yang koma total, ayahku akan menceraikannya,”

“Kalau begitu, apa orang tuamu bercerai?”

Lewis Tang menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menjentikkan abu rokok di ujung jarinya itu, “Tidak pernikahan mereka terkait banyak hubungan kepentingan, bagaimana bisa mereka bercerai hanya dengan mengatakan cerai. Lily Jiang lah yang pikirannya terlalu sederhana. Dan lagi, satu tahun kemudian, ibuku bangun dari komanya.”

Karena seperti itu, rencana Lily Jiang sebaliknya, tidak berhasil sama sekali. Meskipun wanita itu sudah memberikan yang terbaik yang dia punya, bagi pasangan suami istri Tang itu, tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan, setelah Nyonya Tang mendapatkan kesadarannya kembali, Tuan Tang juga tidak meninggalkannya, pasangan suami istri itu masih bisa saling mencintai seperti dulu kala.

Lewis Tang seperti tidak memiliki alasan apapun untuk membenci Lily Jiang.

“Kalau begitu, kamu……”

“Kenapa aku masih mau mencari masalah dengan Lily Jiang?” Lewis Tang seperti selalu bisa menebak dengan tepat apa yang sedang dipikirkan oleh Clarice Lu dalam hatinya itu.

Diwaktu yang sama, ekspresi wajah pria itu berubah datar, hal itu bagaikan sebuah ingatan yang tidak ingin diingat kembali oleh pria itu, namun Lewis Tang juga tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari Clarice Lu.

“Karena, orang yang tidak sengaja mendorong ibuku jatuh dari tangga itu. Pada dasarnya, dia tidak memiliki maksud sama sekali, lalu, karena hasil laporan kesehatan yang sudah dimanipulasi itu, dia yang pada awalnya hanya seorang yang melukai orang lain karena ketidaksengajaan berubah menjadi seorang pembunuh, dia dijatuhi hukuman penjara semumur hidup, yang kemudian meninggal di dalam penjara.”

Mendengar sampai disana, pikiran Clarice Lu masih dipenuhi kabut, dirinya tidak mengerti sama sekali,, hal itu seperti tidak memiliki hubungan yang besar dengan Lewis Tang.

Sebaliknya, perkataan Lewis Tang yang berikutnya, dengan cepat menghapus keraguaannya. Pria itu berkata, “Orang yang meninggal di dalam penjara itu adalah neneknya Dyson dari pihak mamanya.”

Clarice Lu langsung mengerti dalam sekejap, semuanya sudah terjawab.

Neneknya Dyson tidak sengaja mendorong ibunya Lewis Tang jatuh dari tangga, kemudian, karena sebuah laporan kesehatan yang dimanipulasi oleh Lily Jiang itu, neneknya Dyson dijatuhi hukuman penjara, dan menghela napas terakhirnya di dalam penjara. Karena terjadi masalah seperti itu, katakanlah Lewis Tang dan mamanya Dyson saling mencintai, mereka juga tidak mungkin bersama-sama lagi. Karena yang menjadi pembatas diantara mereka itu adalah nyawa seseorang yang benar-benar nyata dan hidup.

Dan orang yang membuat tragedi seperti itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah Lily Jiang. Bagi Lewis Tang yang sakit dan sedih karena kehilangan orang yang dicintainya, pria itu tentu saja membenci Lily Jiang sampai ke tulang-tulangnya.

Setelah mengetahui seluruh kenyataannya, Clarice Lu justru tidak tahu harus berkata apa. Menghibur? Lewis Tang seperti tidak memerlukannya, dan juga Clarice Lu dari awal memang tidak terlalu bisa untuk menghibur orang.

Meskipun Lewis Tang menceritakan kejadian itu dengan biasa saja, tetapi kesakitan dan kepahitan yang pernah dilewatinya itu, hanya takut tidak ada kata-kata yang mampu menjelaskannya. Berikutnya, Lewis Tang bertunangan dengan Vanessa Bai, tujuan akhirnya adalah untuk menyerang Lily Jiang itu, dengan mendekati Vanessa Bai, dia baru bisa mendapatkan bukti-bukti mengenai Lily Jiang, dan dari sana, langsung menyerangnya, memberikan balasan tuntas untuk dendamnya waktu itu.

Mungkin, memanfaatkan Vanessa Bai yang tidak berdosa itu, cara itu terkesan kejam, benar-benar tidak pantas untuk disebut sebagai tindakkan seorang pria sejati. Tetapi, apa yang dilakukan pria itu salah? Dirinya tidak lebih dari seorang pria menyedihkan yang terbutakan oleh dendamnya.

Clarice Lu merasa, kalau yang berada di posisi itu adalah dirinya, hanya takut cara yang digunakannya akan lebih kejam lagi.

Setelah menyantap separuh makanan itu, mereka berdua tidak memiliki nafsu makan lagi.

“Masih mau makan?” Tanya Lewis Tang sambil mengelap-ngelap tangannya dengan tisu.

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepalanya, selanjutnya, Lewis Tang membayar tagihan mereka, lalu mereka berdua bersama-sama meninggalkan restoran teh itu.

Masih Clarice Lu yang menyetir mobil kembali ke vila, Lewis Tang duduk di kursi sebelah kemudi. Pria itu meletakkan tangannya disisi mobil itu, mata gelapnya seperti lautan dalam yang tidak bisa ditembus oleh cahaya matahari, cahaya yang terus jatuh ke dalam dari balik jendela itu, diluar dugaan, juga tidak bisa menerangi kegelapan di balik matanya itu.

Mobil itu berhenti di depan pintu vila, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Lewis Tang langsung membuka pintu dan turun, berjalan masuk ke dalam vila.

Setelah memarkir mobil itu di dalam garasi, Clarice Lu juga masuk ke dalam vila. Lampu ruang tamu di lantai satu itu menyala, Lewis Tang bahkan tidak melepas jasnya, duduk tegap begitu saja di atas sofa besar ruang tamu itu sambil menghisap rokoknya, asap itu menutupi sekelilingnya sampai-sampai ekspresi yang tertera diwajahnya tidak terlihat begitu jelas.

Clarice Lu tidak mempedulikannya dan langsung berjalan naik ke atas. Dom mengikutinya dari belakang sambil menggoyang-goyangkan ekornya, dan akhirnya berbaring di ujung tangga itu, sambil menggerak-gerakkan ekornya yang besar, melihat Clarice naik ke atas dengan penuh semangat.

Dia mandi, berganti ke dalam pakaian tidur yang nyaman, dan berdiri di depan meja rias, ketika dia sedang mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut itu, Lewis Tang tiba-tiba berjalan masuk, menjulurkan tangannya dan memeluk Clarice Lu dari belakang.

Tubuhnya yang dipenuhi aroma tabako yang menyengat itu membuat Clarice Lu mengerutkan alisnya dengan tidak senang, “Lepaskan aku, jangan ganggu aku sekarang, aku sedang mengeringkan rambutku.”

“Sini biarkan aku saja.” Lewis Tang merebut pengering rambut itu dari dalam tangannya, jari panjangnya itu menyisir rambutnya yang lembut dan tebal itu, mengeringkan rambutnya dengan serius menggunakan pengering rambut itu.

Suara pengering rambut itu menggema disebelah telinganya, membuat suara Lewis Tang yang rendah dan serak itu bercampur dengan berisik suara pengering rambut itu, “Maaf, karena mengingat beberapa hal yang lalu, emosiku ikut terpengaruh, dan membuatmu juga merasa tidak bahagia.”

Clarice Lu tersenyum kepadanya dari samping, menunjukkan dirinya tidak mengambil hati sama sekali, “Kamu pergi mandi sana, aroma rokok yang memenuhi tubuhmu itu terlalu menusuk hidung.”

“Ok.” Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, lengannya masih merangkul di atas pinggangnya yang lembut itu, dan mengelusnya pelan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Bibir tipis pria itu yang sedikit dingin itu menempel di samping telinganya, bergumam, “Mau tidak menemaniku mandi sekali lagi?”

“Jangan harap.” Clarice Lu mendorong pria itu, Lewis Tang berjalan masuk ke dalam kamar mandi sambil tertawa.

Setelah mengeringkan rambutnya, Clarice Lu duduk bersandar di bagian kepala tempat tidur itu sambil membaca buku, dia tidak memiliki kebiasaan bekerja setelah pulang ke rumah, buku-buku yang dibacanya adalah buku cerita pendek, buku yang sekarang didalam tangannya itu adalah sebuah novel terkenal belakangan ini, dia hanya membacanya untuk menghabiskan waktu saja sambil beristirahat.

Setelah selesai mandi, Lewis Tang berjalan keluar dari dalam kamar mandi itu dengan sebuah handuk besar yang melilit di pinggangnya, lalu menghentikan langkahnya di pinggir tempat tidur itu. Pria itu menundukkan kepalanya dan melihat buku yang dipegang oleh Clarice Lu itu, kebetulan atau tidak, Clarice Lu sedang membaca sebuah bab dimana tokoh utama pria dan wanita sedang berpelukkan dengan erat ketika bertemu kembali setelah lama berpisah.

“Buku dewasa?” Lewis Tang sedang mengusap rambutnya yang basah itu dengan handuk, sambil mengangkat sudut bibirnya, tersenyum nakal.

Clarice Lu menutup rapat novel dalam tangannya itu, pada awalnya dia tidak merasakan apa-apa ketika membaca buku itu, namun karena ditanya seperti itu oleh Lewis Tang, pipinya malah memerah, ada secamam perasaan bahwa dirinya sudah tertangkap basah.

“Asal bicara saja.”

Lewis Tang melempar handuk di dalam tangannya sambil tertawa, lalu langsung mendorong Clarice Lu jatuh terbaring di atas tempat tidur itu, “Alur cerita apa saja yang barusan kamu lihat? Mau aku temani kamu untuk mempraktikkannya?”

“Lewis Tang, cepat berdiri, aku sudah sesak karena kamu tindih.” Clarice Lu memberontak di bawah tubuh pria itu, tetapi ketika pandangannya bertemu dengan mata hitam gelap yang menatapnya fokus itu, seketika dirinya berhenti, dia merasa dirinya seperti sudah tenggelan dalam mata hitam milik pria itu, bahkan tenaga untuk melawannya saja sudah tidak ada lagi.

Lewis Tang dan dirinya berhadapan tanpa ada jarak sedikitpun diantara mereka, pria itu lalu mencium bibirnya yang merah dan lembut dengan penuh perasaan, “Clarice, aku rindu padamu, aku menginginkan dirimu.”

Pria itu berbisih dan mencium dirinya, kedua orang itu kemudian terikat menjadi satu. Namun, ketika mereka sedang panas-panasnya, di waktu yang sangat tidak pas, nada dering hp itu tiba-tiba berbunyi nyaring.

“Hp ku bunyi.” Kesadaran diri Clarice Lu masih bisa dikatakan jelas, menjulurkan tangannya dan meraih hp di atas meja kecil di sebelah tempat tidur itu, melihatnya sepintas, diluar dugaannya, itu adalah telepon masuk dari Chris Lu.

“Dari Kakakku.” Dirinya mendorong Lewis Tang, duduk dan mengangkat telepon itu.

Ekspresi Lewis Tang yang diganggu di tengah-tengah keasikkannya itu berubah tidak senang lalu membalikkan tubuhnya kesamping. Mendengarkan telepon antara wanita itu dan Chris Lu.

“Kamu tidak di rumah?”

“Oh, aku merasa sedikit bosan, sekarang lagi di sebuah bar di luar.” Clarice Lu melontarkan kebohongan itu dengan cepat, lalu bertanya dengan gugup, “Kak, kamu tidak berada di apartemenku kan?”

“Tidak, aku melewati Country Bay setelah bertemu dengan klien, awalnya ingin berkunjung sebentar ke tempatmu sana, tetapi kamu malah tidak di rumah, jadi aku langsung pulang.” Setelah mengucapkan itu, Chris Lu tidak bisa menahan diri dan mengingatkan, “Sudah selarut ini, cepat sedikit pulang, tidak aman untuk seorang wanita berada di luar seorang diri.”

“Oh, iya, iya.” Clarice Lu baru bisa bernapas lega saat itu.

“Apa ada kabar tentang Elsa Mo belakangan ini?” Tanya Chris Lu lagi.

“Tidak ada.” Jawab Clarice Lu. Sebenarnya, pada kenyataannya, dia baru saja bertelepon dengan Elsa Mo kemarin, saat ini, Elsa Mo sedang menikmati sinar matahari di pantai bersama dengan pria tampat luar negeri yang kekar di Kepulauan Maldives.

Dengan sengaja membuat Chris Lu merasa khawatir.

“Oh, baiklah.” Chris Lu nampak jelas merasa kecewa.

Baru saja Clarice ingin mematikan telepon itu, Lewis Tang tiba-tiba berbalik tubuh dan menindihnya, kemudian pria itu menundukkan kepalanya lalu mengigit dirinya di bagian perutnya yang sensitif, Clarice Lu refleks berteriak karena sakit. Suara itu sampai ditelinga Chris Lu melalui telepon yang masih tersambung itu, pria itu kemudian bertanya dengan panik, “Apa yang terjadi?”

Clarice Lu menatap tajam Lewis Tang yang jahil itu, lalu dengan salah tingkah menjawab suara dibalik telepon itu, “Tidak apa-apa, hanya bertemu dengan orang mabuk.”

Chris Lu tidak curiga sama sekali, setelah memerintahkan dirinya untuk cepat pulang, pria itu menutup teleponnya.

Baru saja Clarice Lu meletakkan hpnya itu, Lewis Tang sudah menempel di atasnya, mencium pipinya. Clarice Lu kesal dengan perbuatan jahilnya yang barusan itu, lalu mengelak ke kanan dan ke kiri, tidak membiarkan pria itu berlaku sesuka hatinya.

Baru saja Lewis Tang menangkap wanita itu, nada dering hp yang berisik itu tiba-tiba berbunyi lagi.

Clarice Lu meraih hp itu, sekali melihatnya, ekspresi wajahnya langsung berubah, dibalik rasa terkejutnya, ada tersisipkan rasa kesal. Meskipun panggilan masuk itu hanya berupa nomor-nomor, namun bagi Clarice Lu, nomor telepon itu bukanlah nomor yang asing, telepon itu berasal dari vila Keluarga Lu.

Setelah ragu sesaat, Clarice Lu tidak mengangkat telepon itu, kemudian, setelah mematikan hp tersebut, dia melempar hp itu ke atas meja kecil itu.

Karena sudah terganggu dua kali berturut-turut, dua orang itu tidak memiliki hasrat lagi. Clarice Lu menyandarkan kepalanya di atas lengan Lewis Tang, pandangannya menatap lurus langit-langit kamar itu, dirinya sedikit merasa bingung.

“Besok-besok, sebelum kita melakukannya, ingat untuk mematikan hpmu, benar-benar berisik.” Lewis Tang memalingkan wajahnya dan mencium kening wanita itu, tidak bertanya sama sekali mengenai telepon yang baru saja tidak dijawab itu.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu