Waiting For Love - Bab 15 Anehnya, Wajah Wanita Ini Tidak Simetris

Tempat ini memang cocok ditinggali anak kecil, dapat dilihat Lewis Tang sangat memperhatikan anak kecil.

“Kakak cantik, aku harus nonton kartun dulu. Sekarang kakak boleh mulai membereskan kamar.” Anak ini gaya yang memerintah, sangat mirip dengan ayahnya.

Clarice Lu mulai mengerti, anak ini sudah menganggapnya sebagai seorang pembantu.

Tapi apa boleh buat, untung saja dia melihat isi kantong ayahnya, mau tidak mau tidak hanya bisa menerima perintahnya.

Clarice Lu seketika seperi barang palsu yang di ganti menjadi barang mahal dan asli, dia adalah nona besar yang di mana jari-jarinya tidak tersentuh oleh cahaya matahari.

Ketika anak itu memberikan baskom yang berisi penuh isi celana dalamnya yang direndam, dengan mata yang polos melihat dia, Clarice Lu melihat baskom itu merasa risih dan gelisah.

“Kakak cantik, boleh tolong bantu cucikan celana dalamku, ini sudah direndam seharian.”

“Bukannya ada mesin cuci?”

Anak itu mengelengkan kepalanya seperti mainan rattle. “Tidak boleh, kata papa pakaian yang menempel di badan, harus di cuci menggunakan tangan, jadi sangat dipakai akan lebih nyaman.”

“Masih banyak permintaan lagi.” Clarice Lu mengomel, dia mengambil baskomnya, lalu jongkong di dalam kamar mandi mencuci pakaian dalam Dyson.

Saat dia mencuci, di baskom dia mengambil pakaian dalam berwarna biru dengan ukuran bukan seperti ukuran anak kecil.

Clarice Lu mengambil celana dalam itu, merasa dalam seperti tersentuh benda yang panas, diambil juga bukan, dibuang juga tidak.

Saat dia sedang kebingungan, dari arah belakangan terdengar langkah kaki yang berat. Dia langsung menyadarinya dan meliihat ke arah belakang, hanya terlihat sosok Lewis Tang yang berdiri di tepan pintu kamar mandi.

Posenya yang santai bersandar di samping pintu, kemejanya setengah terbuka, dapat terlihat dadanya, jasnya tergantung di bahunya, ketika dia melihat Clarice Lu, terlihat pria jangkung.

“Setelah selesai cuci, bawa ke teras lalu jemur, setelah itu nanti makan sama-sama.” Bahkan saat dia berbicara seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Saat menunggu Clarice Lu menjemur, di dapur, meja makan sudah ada sayur disusun oleh Lewis Tang, sedangkan Dyson lehernya sudah diikat dengan serbet kecil. Sudah mulai makan.

Clarice Lu penuh dengan pikiran, karena itu dia tidak ada selera makan, dia tidak tahan untuk buka mulut. “CEO…”

“Saat makan jangan berbicara. Saat makan jangan berbicara, saat tidurpun tidak berbicara, tata krama seperti ini Dyson saja mengerti.” Lewis Tang melihatnya dengan tatapan yang dalam, dalam membuat orang lain sedikit ada menyukainya.

Clarice Lu seperti anak kecil yang telah melakukan kesalahan, tidak tahu harus melakukan apa, berusaha menghindari kontak mata dengannya. Dia sangat takut untuk melihat matanya.

Sedangkan mata Dyson tidak berhenti bergerak, melihat Clarice Lu, lalu melihat ayahnya, sedangkan Lewis Tang hanya satu kali tatapan dia langsung menjadi kalem, menundukkan kepalanya . Sepertinya anak ini takut dengan dia.

Setelah selesai makan, Dyson menarik Clarice ke kamar anak-anak melihat-lihat, seperti dia memberikan harta berharganya, dia berikan kumpulan mainannya ke Clarice Lu.

Dunia anak-anak sangat polos, jika ketemu orang yang disukai, pasti akan berbagi mainan yang paling disukai.

Sedangkan Clarice Lu sama sekali tidak tertarik dengan mainannya, matanya terus tertuju pada bingkat foto yang terletak disamping kasur.

Di dalam bingkai foto terdapat gambar yang Digambar oleh tangan, garis-garis yang tebal, membentuk sosok wanita, anehnya, bentuk wajahnya tidak simetris.

“Itu adalah gambar mama, yang aku gambar sendiri.” Kata Dyson. “Tapi aku tidak pernah melihat wajahnya, jadi aku tidak tahu wajah mama seperti apa.”