Waiting For Love - Chapter 108 Aku Menginginkannya, Tapi Tidak Sekarang (1)

Untuk sesaat, pandangan mereka berdua bertemu, Clarice Lu refleks memalingkan wajahnya. Alisnya yang cantik itu berkerut, dia tiba-tiba merasa jijik dan mual.

Dalton Fang juga merasa sangat canggung ketika bertemu dengan Clarice Lu saat itu, dirinya dengan cepat meninggalkan tempat itu sambil merangkul wanita seksi itu.

Setelah kedua orang itu meninggalkan tempat itu, Clarice Lu mengeluarkan dompet untuk membayar tagihannya. Ketika masih duduk, dia tidak merasa dirinya minum sebegitu banyak, ketika berdiri, dia menyadari kalau dirinya sudah mabuk, setelah beberapa langkah, semuanya mulai berputar-putar.

Dia berjalan dengan berpegangan kepada dinding, terhuyung-huyung, berjalan keluar dari bar itu, tanpa dia sadari langit diluar sudah berubah gelap, juga entah sejak kapan, diluar turun hujan badai, angin besar bercampur air hujan yang dingin itu menerpa dirinya, rasa dingin itu membuat dirinya lebih kurang tersadar kembali.

Hujan itu membuatnya tidak bisa kemana-mana, Clarice Lu menatap kosong sekelilingnya yang dipenuhi air hujan itu, rasa sedih dan kesepian tiba-tiba meluap dihatinya, sakit, sampai-sampai dia ingin menangis, dia menjulurkan tangannya dan memeluk erat tubuhnya, namun dirinya masih tidak berhenti bergetar karena dingin, rasa dingin itu berasal dari hatinya, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Disaat itu, dia hanya ingin menemukan seseorang yang bisa memberikannya sebuah pelukan hangat.

Ditengah-tengah suara hujan itu, nada dering hp nya tiba-tiba berbunyi, Clarice Lu mengangkat telepon itu sambil bergetar, suara dibalik telepon itu adalah milik David Luo, suara itu sama dengan air hujan, terdengar dingin.

“Clarice Lu, apa sebenarnya maksudmu?” Dia masih tidak mengerti dengan kamera tidak berbentuk yang dilemparkan Clarice Lu kepadanya itu.

Sedangkan disisi telepon yang disini, Clarice Lu menggenggam hp ny dengan sangat erat, alis cantiknya itu berkerut, dia terdiam untuk waktu yang cukup lama. Dirinya benar-benar tidak ingin mengingat kembali permainan kotor David Luo itu, terlebih lagi untuk membicarakannya.

Mereka lagi-lagi menemui jalan buntu, hanya terdengar suara statis bercampur dengan suara tetesan air hujan dari balik kedua sisi telepon itu. Clarice Lu yang tidak bersuara sama sekali itu seperti telah membangkitkan kemarahan David Luo, suara pria itu menjadi tambah dingin, dengan nada bicara yang sarkastik dan penuh kemarahan, dia berkata, “kenapa diam, lagi tidak bisa mengangkat telepon? Apakah aku menganggu dirimu dengan CEO Tang?”

Mendengar David Luo yang membalikkan keadaan itu, Clarice Lu seketika naik darah, “David Luo, kamu benar-benar ingin mengatakan kalau aku berselingkuh, baiklah, aku akan mewujudkan keinginanmu, sekarang aku akan membiarkanmu melihat aku berselingkuh!”

Setelah meneriakkan itu, dirinya langsung memutuskan telepon itu. Mungkin karena efek dari alkohol, atau mungkin karena mendengar perkataan David Luo tadi. Tanpa berpikir panjang, dirinya langsung berlari menerobos hujan itu.

Hujan badai mengelilingi satu kota yang gemerlap itu, kilauan lampu yang terang berubah menjadi warna yang buram dibalik hujan itu, menjadikan gemerlapan itu berubah menjadi sebuah kesepian.

Lewis Tang berdiri didepan sebuah pintu geser kaca yang sangat besar, sosoknya yang tinggi itu terlihat kesepian seperti hujan malam yang berada dibalik pintu kaca itu. Sudah sangat lama dia berdiri disana, berdiri diam, bagaikan sebuah patung, tidak ada orang yang bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan saat itu.

Kamar besar itu dikelilingi kesunyian yang sangat dalam, hanya ada dua jarinya yang sedang menggulung sebatang rokok sebagai satu-satunya sumber suara di ruangan itu.

Suara bel pintu rumahnya tiba-tiba berbunyi, memecah kesunyian didalam ruangan itu. Lewis Tang menoleh kebelakang dengan perlahan, alisnya memperlihatkan ekspresi terganggu. Siapa yang tidak memiliki kesadaran diri dan datang berkunjung semalam ini?

Bel itu berbunyi dari ruang tamu lantai satu, pria itu menelusuri tangga kayu, berjalan turun kebawah, langkah kakinya yang stabil itu tidak cepat dan tidak lambat. Sedangkan suara bel itu terus berbunyi, seperti orang yang menekannya di balik pintu itu tidak memiliki kesabaran sama sekali.

Detik ketika pintu itu terbuka, kemunculan Clarice Lu itu membuat dirinya terkejut. Hanya seperti itu, Clarice Lu berdiri diam di luar pintu itu, dari ujung rambut hingga ujung kakinya basah kuyup, bibirnya sedikit kebiruan karena dingin, mukanya pucat, namun sepasang mata miliknya itu terlihat hitam dan dingin, tidak terkesan menyedihkan sedikitpun.

“Clarice?” Firasat Lewis Tang berkata bahwa ada yang salah dengan wanita itu, hanya saja, sebelum dirinya sempat membuka mulutnya untuk bertanya, tanpa disangka-sangka, Clarice Lu mendekatkan dirinya, sepasang lengan lemah lembut itu melingkar dilehernya, dengan berdiri diujung kakinya, wanita itu mengangkat kepala dan mencium dirinya.

Bibir dingin namun lembut milik wanita itu menempel di bibir kakunya yang tipis, tidak ada teknik apa-apa, hanya diam, mengunci bibirnya.

Mata hitam dan dalam bagaikan laut milik Lewis Tang itu bergetar, bukan karena merasa ragu, tatapi karena dirinya benar-benar menikmati inisiatif dan antusiasme Clarice Lu itu, telapak tangannya yang hangat itu mendekap pinggang kecil wanita itu, lalu dia mengambil alih, mencium wanita itu dengan lembut dan penuh gairah.

Clarice Lu masih dalam kondisi yang terhuyung-huyung, tubuhnya yang lemas terus menempel didada kekar pria itu, rasa ciuman itu bisa dibilang memabukkan orang. Rokok yang terjepit diujung jarinya itu masih menyala, udara disana dipenuhi aroma ringan asap tabako itu bercampur dengan aroma khas tubuh pria itu.

Ciuman itu bagaikan sebuah api, membara didalam tubuh mereka, sebuah bara api yang seiring dengan waktu akan terus bertambah besar, dan akhirnya berada diluar kendali mereka.

Lengan Lewis Tang melingkar di atas pinggang wanita itu, telapak tangannya yang hangat menelusuri garis pinggang wanita itu, mengelusnya pelan, perlahan bergerak turun, tempat yang disentuhnya meninggalkan jejak panas, panas membara.

Clarice Lu merinding dan terkejut, tubuh lembut dan menawannya yang menempel di tubuh pria itu tiba-tiba melangkah mundur, tangannya terjulur, mendorong mundur pria itu.

Dia menarik diri setengah langkah dari pria itu, napas Lewis Tang masih berat dan tidak beraturan, sepasang mata hitam dan dalam milik pria itu menatap lurus dirinya, tidak

Dia masih bisa menahannya untuk saat ini, pria seperti Lewis Tang itu, terkadang benar-benar membuat orang takut dengan sikapnya yang tenang itu.

Mungkin karena dirinya berada dalam pengaruh alkohol, Clarice Lu tidak sedkitpun merasa takut terhadap pria itu saat itu, dia hanya merasa tidak sabar untuk menyerap kehangatan dari tubuh pria itu.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu