Waiting For Love - Chapter 176 CEO Tang Menemani Kekasih Misteriusnya Melakukan Pemeriksaan Kandungan

Carol Lin langsung memesan tiket untuk penerbangan terdekat, dan langsung terbang kembali ke Kota B.

Ketika dirinya terbaring di atas tempat tidur, diwaktu yang sama, Fendy Jiang seharusnya sedang menghibur istrinya di rumah dan menemani anak mereka.

Carol Lin tidak mencintai Fendy Jiang sedikitpun, jadi tentu saja dirinya juga tidak peduli siapa yang sebenarnya pria itu temani. Dia hanya merasa dirinya menyedihkan, seorang wanita, tidak memiliki kekasih, tidak memiliki anak, juga tidak memiliki keluarga, dari awal hingga akhir, dirinya hanya sendiri.

Carol Lin tiba-tiba merasa sangat lelah, sepasang matanya terasa pedas, pedas dan perih. Karena itu dirinya menutup matanya dengan keras, bulu matanya yang tebal basah karena butiran air mata yang keluar.

Lewis Tang duduk di samping tempat tidur pasien itu sambil melihat wanita itu, alisnya sedikit berkerut, kemudian dirinya menarik dua carik kertas tisu dari dalam kotak tisu itu, dan menghapus air mata yang mengalir sudut mata Carol Lin itu dengan perlahan.

Carol Lin tidak membuka matanya sama sekali, sebaliknya, dia hanya membalikkan tubuhnya, membelakangi pria itu, hanya memberikan Lewis Tang bayangan tubuh yang lemah. Wajahnya yang putih pucat itu terbenam di dalam bantal, air matanya mengalir lebih deras lagi.

Lampu kamar pasien itu hidup sepanjang malam, Carol Lin berbaring di atas tempat tidur itu, terjaga semalaman. Sementara Lewis Tang terus duduk di samping tempat tidur itu, pria itu sangat diam, tidak sedikitpun bertanya kepadanya, bahkan postur duduknya pun tidak berubah sama sekali.

Setelah duduk semalaman, lehernya sedikit pegal dan sakit, tetapi Lewis Tang bahkan tidak mengerutkan alisnya sedikitpun, ekspresi yang terukir di wajah tampannya itu masih sama, dingin dan gelap.

Pukul sembilan pagi, dokter datang dengan tepat waktu untuk melakukan pemeriksaan, luka yang dialami Carol Lin itu tidak serius, pemeriksaan itu juga hanya sebatas beberapa pertanyaan sederhana saja.

Setelah dokter itu pergi, Carol Lin juga tidak bisa berpura-pura tidur lagi, dirinya membuka matanya yang merah dan sembab itu dan melihat pria itu, dia mencoba untuk tersenyum, tetapi senyum itu justru terlihat pahit.

“Kamu sudah semalaman di rumah sakit, pasti lelah. Kamu pulang saja dan istirahat, aku bisa sendirian.”

“Tidak apa-apa, aku tidak lelah.” Jawab Lewis Tang.

“Kalau begitu kamu masih harus berangkat kerja kan? CEO Tang setiap harinya pasti sibuk, jangan hanya karena diriku, pekerjaanmu tertunda.” Carol Lin pada mulanya berniat untuk bercanda, tetapi sekali kata-kata itu terlontar dari mulutnya, lagi-lagi terdengar sangat pahit.

Itu bukanlah sebuah kalimat candaan, melainkan sebuah kenyataan. Carol Lin, siapa dia? Dari segi mana dirinya pantas untuk menerima perlakuan seperti itu dari Lewis Tang?

“Semua jadwalku hari ini sudah diundur.” Jawab Lewis Tang datar, kemudian pria itu mengambil sebuah bantal dan meletakkannya dibawah pinggangnya, membiarkan dirinya merasa lebih nyaman ketika duduk.

Pria itu selalu penuh pemikiran dan perhatian seperti itu, mata Carol Lin lagi-lagi memerah.

“Sudah lapar belum? Aku akan pergi membelikanmu makanan.”

“Iya.” Carol Lin mengangguk-anggukkan kepalanya, pandangannya terus terarah kepada pria itu sampai dia sudah pergi dari kamar pasien itu.

Lewis Tang membeli bubur dan beberapa makanan kecil di sebuah toko sarapan pagi di seberang rumah sakit, ketika kembali ke kamar pasien itu, dia melihat Carol Lin sedang membelakangi dirinya, berdiri di depan jendela sambil menelepon.

Suasana hati wanita itu sangatlah buruk, sampai-sampai dia tidak bisa mengendalikannya. Setelah menutup telepon itu, dia jatuh terduduk di sisi tempat tidur itu dan mulai menangis dengan keras.

Lewis Tang meletakkan kotak makanan itu di atas meja, kemudian berjalan ke samping Carol Lin, lalu menyodorkan secarik kertas tisu ke hadapan wanita itu.

Carol Lin meraih kertas tisu itu, kemudian menyeka air mata yang mengalir di pipinya itu dengan cepat, “Kamu sudah pulang, beli apa? Aku memang sudah sedikit lapar.”

“Bubur labu, masih ada kue kembang sepatu.”

“Semuanya adalah kesukaanku.” Carol Lin mencoba untuk tersenyum dengan sekuat tenanganya, kemudian duduk di samping meja makan itu, lalu membuka kotak bungkusan itu dan mulai menyantapnya.

Lewis Tang duduk di depan wanita itu, matanya yang hitam dan gelap itu terus menatap wanita itu, setelah diam untuk waktu yang cukup lama, dirinya barulah membuka mulut dan berkata, “Carol, kamu lebih baik pisah saja dengannya.”

Tangn Carol Lin yang memegang sumpit itu bergetar hebat untuk beberapa saat, sumpit dalam genggamannya itupun hampir terjatuh ke atas meja. Setelah diam beberapa saat, wanita itu hanya membunyikan ‘en’ tanpa membuka mulutnya sama sekali, kemudian lanjut menyantap makanan itu seperti tidak terjadi apa-apa.

Lewis Tang juga tidak berkata apa-apa lagi, Carol Lin adalah seorang wanita mandiri dan berpendirian, dia sangat jelas dengan apa yang dirinya sendiri lakukan.

Siang harinya, dokter yang bertanggung jawab lagi-lagi mengatur sebuah pemeriksaan lengkap untuk Carol Lin, setelah gambar hasil USG itu keluar, dokter itu menyerahkannya kepada Carol Lin.

Setelah melihat itu, ekspresi wajah Carol Lin seketika berubah muram, “Ini, ini, bagaimana bisa?”

“Janinmu bahkan sudah memiliki detak jantung, tidak mungkin salah. Carol Lin, kamu juga terlalu ceroboh, sudah hamil dua bulan, diri sendiri juga masih tidak tahu.”

Carol Lin hanya merasa pandangannya seketika gelap, dirinya hampir saja jatuh pingsan. Tangannya menekan rahimnya, didalam sana ada seorang anak yang tidak diinginkannya sama sekali.

Tidak, sekarang masih belum bisa dikatakan anak, melainkan hanya sebuah janin saja, tidak lebih dari itu.

“Aku tidak ingin orang lain tahu mengenai masalah ini, kamu bantu aku atur sebuah operasi, aku ingin secepatnya mengeluarkan anak ini.” Kaki Carol Lin lemas, tidak ada tenaga sama sekali, dia hanya bisa menempelkan kedua tangannya di dinding, barusaha keras untuk menahan dirinya.

Dokter yang bertanggung jawab itu adalah temanya, tentu saja mengerti maksud perkataannya itu, “Tenang saja, aku akan secepatnya mengatur semuanya.”

“Terima kasih.”

Carol Lin sendirian kembali ke kamar pasien, sebelum masuk ke dalam kamar itu, dirinya menyobek hasil USG itu menjadi potongan-potongan kecil dan langsung membuangnya ke dalam kotak sampah.

“Sudah selesai?” Tanya Lewis Tang kepada Carol Lin ketika melihat wanita itu kembali, disaat itu dia sedang duduk sambil melihat e-mail dalam hpnya.

“Iya.” Carol Lin mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Kapan kira-kira hasil pemeriksaan itu keluar?” Tanya pria itu lagi.

“Hasil pemeriksaan darah paling cepat juga harus menunggu sampai siang.” Jawab Carol Lin, tetapi dia tidak menungkit sedikitpun mengenai pemeriksaan USG.

Lewis Tang juga tidak banyak tanya, sebagai seorang dokter, dirinya bisa sepenuhnya memutuskan kalau Carol Lin hanya sebatas luka luar saja.

Jam satu siang, hasil pemeriksaan itu keluar, tubuh Carol Lin tidak memiliki masalah besar apapun, sama sekali tidak perlu untuk menginap di rumah sakit, dokter mengijinkan dirinya untuk keluar dari rumah sakit, dan menyuruh Lewis Tang untuk membantunya mengurus keperluan untuk keluar dari rumah sakit.

Keluar dari rumah sakit, Lewis Tang menyetir mobil itu sendiri dan mengantar pulang Carol Lin kembali ke apartemennya.

Tidak ada apa-apa dalam apartemennya, kulkasnya kosong, lemari di dapur itu berisi sekotak mie instan. Carol Lin, apa ini bisa disebut dengan menjalani hidup? Itu sama saja dengan membuang-buang waktu.

“Aku akan pergi membelikanmu beberapa bahan makanan, makanan seperti mie instan ini tidak ada nutrisinya, lebih baik jangan terlalu banyak memakannya.” Lewis Tang baru saja mau keluar, dirinya langsung ditahan oleh Carol Lin.

“Tidak perlu, aku akan memanggil layanan antar untuk makan malam. Besok aku akan pergi ke perusahaan penyedia tenaga kerja untuk mencari seorang pembantu, untuk kedepannya, keseharianku dan makananku tidak akan ada masalah lagi.”

Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, dirinya merasa Carol Lin memang membutuhkan seseorang untuk menjaganya. Dia memberikan telepon ke hotel, lalu memesan makanan, dan memerintahkan mereka untuk mengantarnya ke alamat yang diberikannya itu sebelum pukul lima sore. Kemudian memberikan telepon kepada Felix Ang, memerintahkan pria itu agar mencarikan seseorang yang gesit, ahli masak, dan bisa dipercaya untuk menjadi pembantu Carol Lin.

“Kamu tidak perlu khawatir dengan masalah pembantu, besok akan ada orang yang membawanya datang, kalau belum merasa puas, kamu bisa menyuruh Felix Ang untuk cari lagi.”

“Iya, terima kasih. Aku lagi-lagi merepotkanmu.” Nada bicara Carol Lin benar-benar sopan.

Setelah mengatur semuanya dengan baik, Lewis Tang barulah pergi, dia turun dengan lift, setelah masuk ke dalam mobil, dirinya tidak langsung menyalakan mobil itu, melainkan mengeluarkan hpnya dan menelepon Clarice Lu.

Pergi dengan terburu-buru kemarin malam, dia bahkan tidak sempat untuk berpamitan, juga tidak tahu bagaimana Clarice akan menanggapi hal itu. Tidak tahu apakah wanita itu akan lagi-lagi marah kepada dirinya.

Lewis Tang sedang pusing memikirkan bagaimana dirinya harus menyenangkan hati wanita itu.

Telepon itu dengan cepat diangkat, hal itu membuat hati Lewis Tang sedikit lebih tenang. Kalau sampai teleponnya saja tidak diangkat oleh wanita itu, itu baru menandakan bahwa masalah sudah menjadi serius.

Hanya saja, meskipun telepon itu sudah diangkat, tetapi Clarice sebentar lagi harus pergi rapat, jadi setelah terburu-buru mengucapkan beberapa kata, telepon itu langsung dimatikan.

Malam yang sama, adalah hari ulang tahun perusahaan, sampai Clarice Lu selesai, hari sudah subuh, dia juga tidak kembali ke vila Lewis Tang, dirinya langsung menginap di lantai atas hotel tempat mereka mengadakan perayaan itu. Tidak hanya dirinya, sebagian besar karyawaan kantor juga tidak pulang ke rumah, dan menginap di hotel, termasuk CEO Chris Lu.

Perusahaan itu memesan seluruh bagunan hotel itu.

Mungkin karena sudah lama tidak bersentuhan dengan alkohol, baru saja meminum beberapa gelas anggur saja, Clarice Lu langsung mengalami sakit kepala berat. Ditambah dengan tidak tidur. Dirinya terus menunggu telepon dari Lewis Tang, menunggu penjelasan dari pria itu mengenai kejadian kemarin malam, tetapi pria itu justru sama sekali tidak meneleponnya.

Clarice Lu tidak bisa menahan diri untuk menertawakan dirinya sendiri, mungkin karena dia menganggap dirinya terlalu penting.

Dia melewati malam itu dengan merasa bodoh, keesokkan paginya, masih perlu Chris Lu datang mengetuk pintu, barulah dirinya terbangun.

“Pagi, kak.” Dia pergi membukakan pintu dengan mengenakan pakaian tidur dan rambut yang berantakkan. Sedangkan di balik pintu itu, Chris Lu mengenakan setelan jas yang rapi, mata pria itu memandangi dirinya dengan putus asa.

“Sudah tidak pagi lagi, orang lain sudah kembali ke kantor untuk bekerja, sementara kamu, asisten CEO malah absen.”

Clarice Lu berbalik kembali ke dalam kamar, kemudian meraih jam tangan yang diletakkan di atas meja disamping tempat tidur itu untuk melihat jam, jam sembilan tepat, memang sudah tidak pagi lagi.

Ketika dirinya sedang mencuci muka dan menyikat giginya di dalam kamar mandi, Chris Lu memanggil layanan kamar, setelah selesai menyantap sarapan pagi, barulah mereka pergi meninggalkan hotel itu.

Pagi itu, Chris Lu memiliki janji dengan klien, Clarice menemaninya hadir, kemudian terus sibuk sampai kurang lebih pukul tiga sore dirinya baru kembali ke kantor.

“Rapikan hasil catatan rapat kemarin dan antarkan ke kantorku.” Clarice Lu kembali dari luar, tetapi ketika melewati ruangan sekretaris itu, dirinya justru melihat beberapa sekretaris wanita di dalam ruangan itu duduk berkelompok dan berbisik-bisik, benar-benar tidak seperti sedang berkerja.

“Baiklah, aku akan segera merapikannya,.” Diluar dugaan, sekretaris Clarice Lu itu merespon dengan cepat, dia dengan cepat berdiri dan menjawab.

Sibuk seharian, Clarice Lu merasa sedikit lelah, tanpa mempedulikan mereka, dirinya langsung kembali ke dalam ruangan kantornya, kemudian duduk setengah bersandar di atas kursi kebesarannya itu untuk beristirahat.

Belum beberapa lama, sekretaris itu mengetuk pintu dan berjalan masuk, kemudian meletakkan hasil catatan rapat yang dia perlukan itu di atas meja.

“Asisten Lu, ini adalah dokumen yang anda inginkan.”

“Terima kasih.” Clarice Lu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah wanita itu, karena rasa ingin tahunya sebagai wanita, dia masih tidak bisa menahan diri kemudian bertanya, “Apa ada berita besar spesial hari ini? Sampai-sampai kalian tidak ada semangat untuk bekerja.”

“Asisten Lu, apa anda tidak ada melihat berita hari ini?” Sekretaris itu kemudian meraih sebuah majalah dari rak koran itu dan memberikannya kepadanya, mengisyaratkan agar dirinya melihatnya sendiri.

Sampul majalah itu adalah sebuah foto Lewis Tang yang sedang keluar dari rumah sakit bersama dengan seorang wanita, pria itu memegangi wanita itu, mereka terlihat sangat mesra, dugaan media itu adalah “CEO Tang menemani kekasih misteriusnya melakukan pemeriksaan kandungan, diduga kabar gembira akan segera datang.”

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu