Waiting For Love - Bab 128 Iya, Sangat Cinta (2)

Saat itu, Clarice mendadak memutarkan badannya. Tangannya tanpa sadar diletakkan di atas tubuhnya. Dengan hati-hati, Lewis Tang menyelimuti bahunya dan meletakannya di atas selimut, lalu merentangkan tangannya untuk memeluk dirinya.

Di bawah lampu yang halus, Clarice seperti bayi yang tidur dengan tenang dan cantik. Dia diam-diam melihat dirinya, matanya begitu menyentuh sampai bisa keluar air mata.

Seperti ini, dia tidur sebelah tubuhnya sangat nyaman. Jika bisa seperti ini terus sampai tua, Lewis Tang rela melepaskan semuanya.

Setelah malam yang nyenyak, Clarice Lu kembali bangun karena ada telepon penting yang mengusik tidurnya.

Begitu terdengar suara Chris Lu dari telepon, Clarice Lu langsung bangun dan duduk di atas kasur.

“Kak.”

“Rapat seperti biasa jam 9.30. Jangan beritahu aku. Kamu sekarang masih belum keluar rumah?”

Clarice Lu tampak kesal pada jam yang ditampilkan di layar handphone. 9.20, sekarang naik pesawat ke kantor pun tidak bisa sampai tepat waktu.”

“Kemarin hujan deras, aku sedikit tidak enak badan.” Dia memberikan alasan yang cocok dengan keadaannya.

“Tidak enak badan di mananya? Perlu aku menemanimu ke rumah sakit?” Chris Lu dengan perhatian bertanya, juga tidak mempersoalkan masalah rapat lagi.

“Tidak apa-apa. Hanya sedikit sakit.” Jawab Clarice Lu. Tetapi Chris Lu kembali berbicara. “Kamu sudah besar masih tidak bisa menjaga diri. Kalau begitu kamu tinggal bersamaku.”

“Aku benar tidak apa-apa. Tidak perlu memperbesar masalah!” Clarice Lu baru bicara setengah, tiba-tiba mengeluarkan suara yang mengagetkan.

Ternyata Lewis Tang yang tidur di sebelahnya tidak tahu kapan sudah bangun. Saat dia sedang telepon, dia menggigit bagian dadanya yang paling sensitif dan sensasional.

“Ada apa?” Dari telepon terdengar suara Chris Lu yang prihatin.

“Tidak apa-apa, barusan aku melihat seekor kecoa. Bikin aku kaget.” Clarice Lu membuat alasan sembarangan sambil mendorong kepala Lewis Tang dari dadanya. Dia memberinya tatapan tajam.

Tetapi, orang yang baru bangun itu masih ngantuk. Kedua pipinya merah, kelopak matanya masih menutup dan tidak ada rasa mematikan sedikitpun. Hanya ada rasa gemas dan lucu.

Lewis Tang menjilatnya dan mencium pipinya.

Clarice Lu terus diganggu olehnya, hanya bisa menutup telepon dengan bersemangat.

“Lewis Tang, sudah cukup belum.” Clarice Lu melempar handphonenya, sedikit kesal. Apa dia tidak begitu sabar untuk memberitahu semua orang bahwa kemarin malam dia tidur bersamanya di kasurnya?!

“Tidak cukup, masih tiduk cukup, selamanya tidak cukup.” Lewis Tang tiba2 berbalik dan menekan dirinya dengan badannya. Badan pria itu begitu panas, sampai hampir terasa seperti dibakar olehnya.

Pipi Clarice Lu berubah menjadi merah. Dia berusaha mendorongnya, tetapi dia mulai menekan lagi. Perbedaan fisik pria dan wanita memang besar. Dia hanya takut seharian ini dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Clarice Lu kabur dari kasur dan dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi. Di belakangnya ada suara tawa dari Lewis Tang.

Dia hanya mandi dengan cepat lalu memakai baju bersih. Begitu keluar dari kamar mandi, Lewis Tang sudah membuat sarapan pagi. 1 potong roti yang dibakar, susu hangat dan telor ceplok.

Clarice Lu tidak percaya bahwa Lewis Tang adalah orang yang begitu baik dan pria yang pintar memasak.

“Sini makan.” Dia memberi susu hangat itu kepadanya.

“Terima kasih.” Clarice Lu tersenyum kecil, lalu dengan patuh duduk di samping meja. Dia duduk di seberangnya sambil sarapan pagi.

Selesai makan, karena Clarice Lu harus pergi ke kantor, Lewis Tang mengantar dia dahulu ke Global International Company.

Saat mobil melewati satu toko obat, Clarice Lu menyuruh Lewis Tang untuk berhenti dahulu.

“Ada apa?”Katanya sambil penasaran.

“Membeli sesuatu.” Kata Clarice Lu samar-samar, dia membuka pintu mobil dan turun dengan cepat, lalu berjalan masuk ke toko obat. Kira-kira setelah 10 menit, dia keluar dari toko obat.

Dia kembali duduk di sebelah setir mobil, memakai sabuk pengaman, lalu menunggu Lewis Tang menyetir.

Tetapi mobil itu tidak jalan. Dia melihat ke arahnya dan melihat Lewis Tang hanya memegang setir dengan satu tangan, lalu dia menaikkan alisnya sedikit. Dia menggunakan pandangan yang sepenuhnya tidak dia mengerti dan membuatnya bingung.

“Kamu ke toko obat beli obat untuk diminum?” Lewis Tang bukan orang bodoh. Saat Clarice Lu terburu-buru masuk ke toko obat, dia mengerti apa yang dia maksud.

“Oh.” Clarice Lu mengangguk, dan ada sedikit tidak nyaman. Mereka kemarin malam tidak melakukan pencegahan apapun dan kemarin bukanlah hari amannya. Jika tiba-tiba dia hamil, dia bisa terkena masalah besar.

Saat itu ada keheningan sesaat. Clarice Lu merasa tekanan di antara mereka semakin kecil, tiba-tiba merasa seperti tidak bisa bernafas. Dia ingin mengatakan sesuatu untuk memecahkan keheningan itu, tetapi dia tidak membuka mulut. Dia merasa dia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Untungnya, setelah hening sejenak, Lewis Tang mulai memecahkan keheningan. “Obat itu tidak baik terhadap tubuhmu, berikutnya jangan diminum. Kamu tidak perlu melakukan apapun. Aku sudah operasi ligasi, kamu tidak akan hamil.”

Setelah Clarice Lu selesai mendengar, dia tidak bisa menahan ekspresi bersalahnya. Tetapi, Lewis Tang tidak menjelaskannya lebih lanjut. Dia menyalakan mobil dan mulai berjalan ke jalur normal.

Clarice Lu menoleh sedikit ke arah luar jendela. Pemandangan di kedua sisi bergerak dengan cepat. Pandangannya tiba-tiba kabur, pikirannya tiba-tiba bingung.

Clarice Lu tiba-tiba memikirkan Dyson. Hanya adalah hanya, artinya satu-satunya. Sepengetahuan Lewis Tang, Dyson adalah satu-satunya anak yang dilahirkannya.

Clarice Lu berpikir, mama Dyson bagi Lewis Tang, pasti adalah hal yang terpenting! Dia seharusnya sadar dari awal, dia dengan umur seperti ini, di sampingnya ada satu anak, dia pasti menjadi pria dengan penuh cerita.

Mobil berhenti di perempatan sambil menunggu sinyal, Clarice Lu tidak sabar bertanya, “Mama Dyson, kamu pasti bisa mencintainya bukan?”

Tidak ada ekspresi apapun di balik muka Lewis Tang yang dingin, tetapi Clarice Lu menyadari bahwa genggaman setirnya semakin kuat, bahkan saluran darah di belakang tangannya semakin terlihat.

Sepertinya di dalam hatinya sudah ada pergumulan, tetapi dia selalu tenang dan mandiri, membuat dirinya lebih mampu berpura-pura daripada orang biasa.

Setelah beberapa saat dia menggerakkan bibirnya sedikit dan ada kepahitan yang tidak bisa disembunyikan. Dia berkata, “Ya, sangat cinta.”

Saat itu, lampu sudah berubah dari merah menjadi hijau. Lewis Tang dengan jelas melihat ke depan, tetapi matanya seperti tidak melihat ke depan. Seperti teringat beberapa kenangan dalam dirinya.

Mobil di belakang tanpa henti membunyikan klakson, mengingatkan mereka kalau mereka menghalangi jalan. Lewis Tang kembali sadar, menginjak pedal gas dan mobil kembali maju. Topik yang mereka bahas, berhenti sampai di situ.

Clarice Lu tidak bertanya terlalu banyak. Lagipula, mengekspos luka lama bukan hal yang mulia. Tetapi dalam hatinya ada rasa ingin tahu.

Lewis Tang benar-benar mencintai mama Dyson baru berani melakukan operasi ligasi. Dia tidak ingin wanita lain melahirkan anaknya.

Kalau begitu, di antara mereka ini ada apa? Oh, ini adalah suatu tamparan di muka. Ini hanya stimulasi tubuh dari keduanya. Setelah itu, rasanya itu akan menghilang, tanpa jejak.

Clarice Lu dari awal sudah tahu, dia tidak bisa dan juga tidak seharusnya menaruh perasaan kepadanya. Menurut dia, Lewis Tang adalah orang yang tidak bisa dijangkau.

Clarice Lu benar-benar iri kepada orang yang melahirkan Dyson. Setidaknya ada pria seperti Lewis Tang yang mencintainya dan tidak berubah sedikit pun.

Mobil Range Rover hitam itu berhenti di depan Global International Company. Clarice Lu membuka sabuk pengaman dan berbicara kepadanya dengan nada datar: “Sampai jumpa.”

Tanpa tenang sedikit pun, dia turun dari mobil lalu berdiri di tempat. Melihat mobil itu melaju menjauh, sampai akhirnya hilang dari pandangan.

Begitu Clarice Lu sampai kantor, rapat sudah selesai. Chris Lu duduk di dalam kantornya sendiri, melihat sebuah dokumen dengan serius.

Clarice Lu duduk di kursi depannya. Chris Lu menengok dan melihatnya, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu?”

“Sudah makan obat langsung membaik.” Saat menjawab, Clarice Lu merasa bersalah, sudah berbohong sekali, masih harus memberi banyak alasan. Sungguh melelahkan.

“Hari ini sudah lihat berita belum?” Chris Lu bertanya tiba-tiba.

“Apa?” Pikiran Clarice Lu tidak mampu mengikuti perkataannya. Kemudian, Chris Lu melempar dokumen yang ada di tangannya ke depannya sambil berkata, “Lihat sendiri.”

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu