Waiting For Love - Bab 242 Jane Xia Meninggal Karena Penyakitnya

Dyson kemudian keluar dari rumah sakit setelah demamnya sudah mereda, Lewis Tang mengendarai mobil untuk mengantar Clarice dan anaknya pulang kembali ke apartment. Ia kemudian pergi ke perusahaan.

Sebelum ia pergi, Dyson menggenggam erat salah satu sisi ujung pakaiannya, kemudian bertanya dengan bersedih,"Ayah, kapan kita pulang ke rumah?"

"Sayang, nuruti perkataan kakak,"Lewis Tang mengulurkan tangannya dan mengelus kepalanya, walaupun suaranya terdengar sangat lembut, namun, sepertinya tidak ada kesempatan lebih untuk membahasnya.

Dyson menundukkan kepalanya, kemudian mengerutkan bibirnya dengan perasaan sedih, ia juga tidak berusaha untuk melawan.

Pada saat Dyson berbicara, Clarice Lu baru saja menuangkan air dan bersiap untuk masuk ke ruangan, saat ia mendengar ucapan anak tersebut, hatinya tiba-tiba terasa sangat sakit. Ternyata, Dyson tidak pernah menganggap tempat ini sebagai rumahnya, sama halnya dengan dirinya, ia juga bukanlah keluarganya.

Tubuh Clarice Lu bersandar pada tembok di bagian luar pintu, matanya tidak dapat menahan dan memerah.

Lewis Tang berjalan keluar dari kamarnya, kemudian melihat Clarice Lu yang sedang tersedu di belakang pintu, ia menebak bahwa Clarice Lu pasti baru saja mendenar ucapan Dyson.

Ia adalah ibunya, namun anaknya sendiri melupakannya, tentu saja Clarice Lu tidak terlalu enak mendengarnya. Namun, hal ini tentu saja sangat sulit diyakinkan, semakin banyak dibicarakan, maka akan semakin tidak cocok.

Lewis Tang hanya berkata dengan ekspresi datar,"Dyson masih kecil, kamu seharusnya meluangkan lebih banyak waktu untuknya, ikatan darah adalah hal yang tidak akan pernah terputus."

"Iya,"Clarice Lu menganggukkan kepalanya, mengerutkan bibirnya, kemudian berusaha menahan senyumannya.

Clarice Lu mengantar Lewis Tang ke arah pintu, di luar pintu, tanpa disadari, ia pun menggenggam erat tangan kecil Clarice yang terasa sedikit dingin, ia kemudian mengelus tangannya.

Clarice Lu ingin memberontak sejenak, jika ia bergerak sedikit, Lewis Tang akan menggenggamnya semakin erat.

Clarice Lu menundukkan kepalanya, ia merasa jika ia bertdu dengan Lewis Tang di depan pintu rumah tentu saja akan tidak terlalu enak dilihat, sehingga ia hanya bisa menahan tangannya yang sedang digenggam olehnya.

Clarice Lu menurutinya dan menenang, kekuatan genggaman Lewis Tang juga ikut mereda, kehangatan genggamannya kemudian juga menjadi lebih ringan, kehangatan yang ia kenali tersebut membuat hati Clarice Lu terasa sangat panas.

Clarice Lu tahu bahwa ia tidak seharusnya terus berhubungan dengannya, semakin ia berhubungan, maka hubungan mereka akan semakin tidak jelas. Ia dapat mengontrol dirinya, namun, ia tidak dapat mengontrol hatinya. Hatinya seperti memiliki maksudnya tersendiri, goyah oleh karenanya, tidak tenang oleh karenanya, berdebar oleh karenanya.

"Kamu terlihat lebih kurus, kamu harus menjaga dirimu lebih lagi,"Ia berkata setelah terdiam cukup lama dan menatapnya tajam.

Nada bicaranya terdengar sangat putus asa dan tersakiti.

Clarice Lu menganggukkan kepalanya, kemudian menarik tangannya dari genggamannya.

Setelah Lewis Tang pergi, Clarice Lu kembali ke kamar untuk menemani Dyson. Setelah sakit, anak tersebut terlihat sedikit lemah, Clarice Lu menemaninya mendengar lagu dan bercerita seperti biasanya.

Clarice Lu terus meletakkan ponselnya di ruang tamu, setelah Dyson tertidur, Clarice Lu keluar dari kamar anak tersebut, kemudian mengecek ponselnya, pada saat itulah ia menyadari bahwa sudah banyak sekali panggiln yang tidak ia angkat, semua panggilan tersebut adalah panggilan dari Chris Lu.

Ia meneleponnya kembali, kemudian dijawab dengan sangat cepat,"Kak."

"Iya, bagaimana keadaan Dyson?" Tanya Chris Lu.

"Baik-baik saja, demamnya sudah mereda, ia juga sudah keluar dari rumah sakit,"Jawab Clarice Lu.

Chris Lu hanya mengiyakannya dengan datar, lalu berkata,"Luangkan sedikit waktumu besok untuk memperingati hari meninggalnya ibu."

Ia menelepon Clarice Lu kemarin malam untuk mengingatkannya akan hal ini.

Namun, tentu saja Clarice Lu mengingatnya, ia kemudian berjanji untuk pergi bersama Chris Lu untuk membersihkan makam ibu. Lalu, memutuskan panggilan tersebut.

Keesokan harinya, hujan gerimis mulai turun sejak subuh.

Clarice Lu sudah mengurus Dyson dengan baik, ia juga mengenakan gaun hitam. Mobil Chris Lu sudah menunggunya cukup lama di bawah apartment.

Mobil tersebut melewati jalan di luar kompleks makam, wiper mobil juga terus menyapu air hujan dari kaca mobil tanpa henti.

Di dalam mobil yang kecil tersebut hanya terdapat sebuah keheningan.

Hari ini di setiap tahunnya, adalah sebuah hari yang menyedihkan dan menyakitkan bagi kedua adik dan kakak ini.

Clarice Lu yang sedang duduk di samping kursi pengemudi itu berpaling sedikit ke samping, ia lalu memandanga keluar jendela dengan pandangan yang datar, air hujan terus mengalir di kaca jendela mobil, sama seperti aliran air mata seseorang yang sedang bersedih.

Semua hal yang terjadi lima tahun yang lalu seperti masih saja berada di depan pandangannya.

Saat mereka menerima telepon dari pihak penjara dan pergi dengan tergesa-gesa, mereka hanya menemui tubuh mayat yang sudah menjadi dingin.

Clarice Lu berlari dengan sangat bersedih, ia kemudian menggenggam erat tangan ibunya, ibunya yang selalu terlihat sangat elegan, kini rambutnya terlihat berantakkan, wajahnya terdapat bekas-bekas luka, ia sedang berbaring dengan tenang, seperti sedang tidur, namun, Clarice tahu bahwa ia tidak akan pernah membuka matanya lagi.

Pikirannya itu dipenuhi oleh pemandangan wajah ibunya, seperti mimpi buruk yang tidak pernah pergi darinya.

Clarice Lu menyandarkan dagunya pada salah satu tangannya, tanpa disadari, jemarinya ikut merasa dingin. Ia kemudian menggosokkan tangannya ke pipinya sejenak, kini ia menyadari bahwa ia sudah meneteskan air matanya tanpa ia sadari.

Clarice Lu segera menghapus bekas aliran air mata yang berada di pipinya, di luar jendela terlihat pegunungan yang hijau, jalan pegunungan yang berbaris-baris, makan-makam dingin yang ditutupi oleh rintik-rintik hujan.

Di salah satu batu nisan, dimana tertulis nama ibunya, Jane Xia, di bawah batu nisan itulah terdapat jiwa ibunya.

Mobil tersebut berhenti di bawah gunung, mereka tidak memperbolehkan mobil masuk ke dalam taman makam, tak peduli seberapa mewah pun mobil yang dimiliki, ia tetap hanya bisa menghentikan mobil tersebut di lapangan parkir yang tersedia.

Chris Lu terlebih dahulu turun dari mobil, ia menggenggam sebuah payung hitam besar dan pergi ke sisi lain mobilnya, lalu membuka pintu dan menarik Clarice turun dari mobil, sambil memegang payung tersebut.

Kedua orang tersebut saling merangkul dan berjalan ke arah puncak gunung, di hari hujan, perjalanan tentu saja akan terasa lebih licin, Chris Lu menggenggam payung sambil menggenggam lengan Clarice Lu, ia juga terus mengingatkannya,"Jalannya cukup licin, kamu harus berhati-hati."

Clarice Lu menganggukkan kepalanya, ia mengenakan hak tinggi berwarna hitam yang membuatnya tidak terlalu nyaman untuk berjalan di daerah pegunungan.

Makam Jane Xia berada di pertengahan lereng gunung, batu nisan putih yang dingin, berdiri sendiri di tengah hujan, terdapat sebuket bunga segar yang diletakkan di depan tangga menuju makam. Rintik hujan terjatuh di atas kelopak bunga, setiap kelopak bunga tersebut terlihat semakin lembut.

"Siapa yang sudah datang sebelumnya?"Clarice Lu membungkuk dan mengambil buket bunga segar tersebut, lalu bertanya tidak mengerti. Itu tidak mungkin Darwin Lu, bukan? Ia langsung menolak pikirannya ketika hal tersebut terlintas.

Bagaimana mungkin Darwin Lu mempunyai hati seperti itu, dengar-dengar, setelah ia berhenti dari Global's Corp., ia juga menanamkan saham di beberapa proyek baru, ia juga menanam saham untuk membuat dana kecil, semua yang tidak menguntungkan tidak terlalu ia pikirkan, ia kini juga mengalami beberapa kesulitan finansial, ia bahkan jarang sekali menampilkan wajahnya di depan Natalia Liang dan Castellia Lu.

Chris Lu mengenakan pakaian dan celana hitam, serta sepatu kulit hitam, lalu berhenti di tangga depan batu nisan makam, pandangannya tertuju pada buket bunga segar tersebut.

"Lewis Tang,"ucapnya. Pada saat ibu baru saja meninggal, ia pernah melihat Lewis Tang datang dan membersihkan makam ibunya, saat orang lain yang datang ke makam, mereka selalu memberi bunga aster putih ataupun bunga bakung. Namun, Lewis Tang selalu memberikan satu buket bunga mawar putih mahal yang besar.

Pada saat itu, Chris Lu menganggap bahwa ia hanya mempermainkan adiknya, ia mengira bahwa dirinya lah yang mencelakai ibunya meninggal, sehingga ia benar-benar sangat membencinya, ketika mereka saling bertemu, ia hanya akan menyuruh Lewis Tang untuk pergi. Kemudian, ia mengetahui tanpa sengaja bahwa mawar putih itu melambangkan hormat dan permintaan maaf.

Lewis Tang tidak pernah merasa benci terhadap permasalahan pada masa-masa tersebut.

Pada masa-masa kini, pada saat Chris Lu sudah mulai menenangkan diri, ia juga pernah mengganti cara berpikirnya, jika ia adalah Lewis Tang, ia mungkin saja akan membuat keputusan yang sama dengannya pada saat itu.

Saat mengungkin Lewis Tang, Clarice Lu tidak berani mengungkapkan apapun, ia takut hal itu akan memancing kakaknya. Ia mengambil bunga bakung yang sedang berada dalam pelukannya itu, lalu meletakkannya di samping buket bunga mawar putih tersebut, kemudian bersujud di depan nisan tersebut, ia kemudian mengeluarkan sebuah syal sutra dari dalam tasnya dan membersihkan foto ibunya yang terpampang di depan batu nisan.

Chris Lu terus berdiri di belakangnya, ia berdiri dengan sangat tegak, pandangannya juga cukup tajam. Ia terdiam mendengar Clarice Lu yang sedang berbicara kepada batu nisan tersebut.

"Ibu, apakah kamu baik-bak saja disana? Aku dan kakak baik-baik saja, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kami. Dyson sudah bertumbuh tinggi, Angel kini juga sudah bisa merangkak. Saat ia sudah bisa memanggil nenek, aku akan membawanya bertemu denganmu, kamu belum pernah bertemu dengan Elsa Mo, ia adalah ibu dari Angel, ia adalah wanita yang sngat baik, kakak pasti akan sangat bahagia bersama dengannya."

"Clarice, kamu berbicara terlalu banyak,"Chris Lu tidak menunggunya selesai berbicara dan langsung memotong ucapannya dengan sikap dingin.

Ia mengerutkan alisnya, ia tahu bahwa ia mengatakan hal tersebut bukan untuk didengar oleh ibunya, namun untuk memancingnya.

Chris Lu mengerti niat baik Clarice, hanya saja, Clarice Lu tidak terlalu mengerti permasalahan diantara dirinya dan Elsa Mo. Ada beberapa luka yang tidak selalu bisa diobati, mungkin hanya bisa diobati secara ringan. Ia dan Elsa Mo dipisahkan oleh terlalu banyak rintangan.

Clarice Lu berpaling dan menatapnya, pandangannya terlihat sedikit putus asa.

Hujan itu tidak berlangsung terlalu lama, langit kembali cerah dengan sangat cepat.

Udara terasa lebih segar setelah turun hujan. Bahkan masih tercium bau lumpur jika menghirup nafas yang cukup dalam.

Chris Lu menutup payung yang berada di genggamannya itu, kemudian mengangkat kepalanya ke arah langit yang cerah.

Langit yang gelap kini mulai menjadi cerah.

Jika seseorang masih berjiwa setelah meninggal, jika jiwa ibunya benar-benar berada di surga, maka, ia berpikir bahwa ibunya kini pasti sedang berharap bahwa Clarice dapat hidup dengan bahagia.

Chris Lu merasa bahwa ia sudah terlalu banyak berdosa, itu adalah hal yang seharusnya jika ia tidak hidup baik-baik saja. Namun, Clarice Lu memiliki hak untuk merasakan kebahagiaan.

Ia menarik kembali pandangannya ke arah langit, kemudian tertuju kepada punggung Clarice Lu, bibirnya itu bergerak sejenak, lalu mengucapkan beberapa kata.

"Clarice, ibu meninggal karena penyakit."

"Apa?" Clarice Lu langsung menatap ke arah Chris Lu yang berada di belakangnya, pandangannya terlihat sangat terkejut. Ia bahkan ragu apakah ia baru saja bermimpi.

Chris Lu berdiri di belakangnya, tubuhnya yang tinggi besar itu menuntupi sinar matahari dari ujung kepalanya. Ia menatapnya dengan pandangan yang tajam, tidak ada pandangan yang jauh lebih serius daripada pandangannya, ia kembali mengulang ucapannya,"Clarice, ibu meninggal karena penyakit, semuanya tidak ada hubungannya dengan Lewis Tang, ataupun Keluarga Tang."

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu