Waiting For Love - Bab 279 Tidak Mungkin Kamu yang Melepaskan Kembang Api Itu Kan?

Lewis Tang terus memikirkan perkataan Chris Lu dalam perjalanannya pulang. Malam itu sepi, cahaya lampu jalan yang berwarna oranye itu masuk menembus jendela mobil itu, menerangi wajahnya dari samping, memperlihatkan sebuah perasaan sedih yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Chris Lu berkata, “Anak keduamu dan Clarice itu tidak ada karena Clarice tiba-tiba mengalami keguguran, ialah hari dimana kamu mengantarkannya pergi ke rumah sakit karena dia terluka setelah menghancurkan jendela itu, tidak lama dari dirimu pergi meninggalkannya sendirian di rumah sakit, dia mengalami keguguran, karena tidak menemukan anggota kelurga yang hadir disana, dokter kemudian menghubungi kami……”

Lewis Tang berusaha keras untuk menggingat kembali alasan mengapa dirinya bisa tiba-tiba pergi dari rumah sakit hari itu. Oh, sepertinya karena Carol Lin mengalami pendarahan besar, karena itu dirinya baru bisa meninggalkan Clarice, meninggalkan wanita itu seorang diri di rumah sakit, kemudian kehilangan anak mereka.

Rasa sakit dan bersalah, kata-kata seperti itu sudah tidak dalam lagi mengungkapkan perasaan Lewis Tang detik itu. Dirinya terus merasa bahwa Clarice Lu terlalu sensitif dengan kehadiran Carol Lin, dan sekarang, dirinya baru merasakan bahwa dirinya memang terlalu banyak mengabaikan Clarice karena Carol Lin.

Lewis Tang selalu sangat jelas bahwa perasaan yang dia miliki terhadap Carol Lin itu hanya sebatas perasaan terima kasih dan hutang budi, sama sekali bukan cinta, tetapi perasaan terima kasih dan hutang budi itu sudah sangat mempengaruhi kehidupannya dengan serius.

Ketika dirinya sudah mengendarai mobil itu sampai ke rumah, Clarice Lu sedang sangat sibuk di dapur.

Dengan mengenakan celemek bermotif bunga-bunga dan tangan yang sedang memegangi sebuah spatula, wanita itu berdiri di depan oven listrik, sambil menundukkan kepalanya dan melihat buku masak yang diletakkan di atas meja dapur itu dengan penuh keseriusan.

Tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu, Lewis Tang langsung berjalan kesana dengan langkah yang lebar, lalu langsung memeluk wanita itu dari belakang, mendekapnya dengan erat. Wanita dalam pelukkannya itu sangat lembut dan rapuh, matanya pun langsung memerah tanpa bisa ditahannya.

“Sudah pulang?” Untuk beberapa detik, Clarice Lu tertegun ketika tiba-tiba dipeluk, lalu ketika mencium aroma khas tubuh pria itu barulah dirinya menoleh ka arah pria itu, sudut bibirnya terangkat, memaparkan sebuah senyuman yang hangat dan penuh keceriaan.

“Iya.” Jawab Lewis Tang datar, terdengar sedikit suara isakkan dibalik suara rendah dan seraknya itu.

Alis Clarice Lu tiba-tiba berkerut, kemudian dengan sedikit cemas wanita itu bertanya, “Kenapa? Apa Chris Lu mengatakan hal yang tidak-tidak?”

“Tidak, aku hanya sangat ingin memelukmu.” Jawabnya sambil tertawa, sepasang tangan kekar miliknya itu untuk sekali lagi merangkul tubuh Clarice Lu.

Clarice Lu tertawanya sambil memberontak, berusaha melepaskan dirinya, lalu berkata dengan manja, “Jangan ganggu, aku sedang sibuk.”

“Sedang buat apa?” Lewis Tang terus bersikeras memeluk wanita itu, lalu matanya dengan acuh memandang sepintas ke arah meja dapur itu.

Meja dapur itu sedikit berantakkan, tentu saja, bagi Clarice Lu ‘berantakkan’ sudah bisa dikatakan hal yang baik, wanita itu tidak membakar habis dapur ketika dirinya memasak saja sudah layak untuk dirayakan.

“Aku sedang membuat roti isi untuk cemilan malammu, aku juga ada menyeduh kopi.” Jawab Clarice Lu, tetapi alisnya masih terus berkerut.

Wanita itu memasukkan potongan roti ke dalam oven, tetapi meskipun sudah memanggangnya berkali-kali, hasilnya tidaklah sesuai dengan harapannya, dan sebaliknya, dirinya justru sudah menyia-yiakan banyak bahan makanan.

“Hanya saja, sepertinya akan gagal lagi.” Ucap Clarice Lu kesal.

Lewis Tang tidak dapat menahan diri selain tertawa, dirinya kemudian melepaskan luaran yang dikenakannya dan meletakkannya di samping, lalu melepaskan celemek yang terikat di atas pinggang Clarice Lu dan menyekatkannya di tubuhnya sendiri, kemudian menjulurkan tangannya dan mengelus-elus kepala wanita itu dengan penuh kasih.

“Sudah ada kemajuan, setidaknya telur mata sapi yang kamu goreng tidak gosong lagi.”

“Lewis Tang, kamu ini sedang memujiku atau sedang menghinaku?” Clarice Lu tambah merasa kesal lalu memajukan bibirnya.

Tawa Lewis Tang itu hangat dan nakal, sepasang tangannya menangkap wajah mungil wanita itu, lalu dia menundukkan kepalanya dan mengecup bibir merah yang dimajukan oleh wanita itu, “Sudah, dengankan aku, pergi seduh kopi sana, sisanya biarkan aku yang mengerjakannya.”

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan patuh, tempat seperti dapur itu memang tidak terlalu cocok dengan dirinya.

Setelah cemilan malam itu sudah selesai disiapkan, mereka berdua duduk di atas kursi rotan di halaman belakang, meminum kopi sambil menikmati pemandangan langit malam.

Halaman belakang di penghujung musim panas itu sunyi, dengan tiupan angin malam yang terasa sedikit sejuk. Tanaman Boston Ivy yang merayap memenuhi dinding bebatuan, aroma harum yang menyeruak dari sekumpulan tumbuhan bunga mawar, semuanya bagaikan sebuah mimpi, membuat orang mabuk terpikat.

Lewis Tang mengingat kembali beberapa kejadian di masa lalu, Clarice Lu tertawa sambil bercanda kepadanya dengan berkata hanya orang tua yang suka mengingat-ingat kembali kejadian di masa lalu.

Lewis Tang menggelengkan kepalanya sambil tertawa dengan pelan. Dia kemudian tiba-tiba merasa bahwa dirinya seperti benar-benar sudah tua.

“Clarice, kita punya anak satu lagi ya?” Dia menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan mungil Clarice Lu yang lembut bagaikan tidak bertulang itu, sambil mengusapnya dengan pelan.

Tangan Clarice Lu yang satunya lagi masih memegangi cangkir kopi, lengannya tanpa disadari bergetar pelan, kopi di dalam cangkir itu ikut bergoyang, membuat sebuah gelombang kecil di atas permukaannya.

Dia terdiam untuk beberapa saat, sebuah perasaan yang tidak bisa diungkapkan terbesit dibalik matanya yang sangat jernih itu, yang kemudian justru menghilang dalam sekejap. Dan perasaan bahagia dengan cepat muncul di balik matanya, sambil menatap pria itu, dirinya menjawab dengan sedikit bercanda, “Baiklah, tunggu kamu sudah berhenti merokok dan berhenti minum, kita akan membicarakan masalah ini lagi. Kita juga bukannya harus mendukung program bayi sehat?”

Tetapi Lewis Tang justru mengangguk-anggukkan kepalanya dengan sangat serius, “Baiklah, tunggu seluruh kesibukkan sekarang ini sudah lewat, aku akan berhenti minum dan merokok.”

Belakangan perusahaan masih sibuk dengan masalah IPO, dan janji dengan klien ala tiongkok kebanyakan melibatkan minum-minuman beralkohol, rokok dan anggur adalah cara berkomukasi yang tidak bisa dikurangi, untuk sementara waktu, dirinya benar-benar tidak bisa berhenti.

Tunggu semua itu sudha berlalu, Lewis Tang merasa sudah seharusnya dirinya lebih memfokuskan diri ke kehidupannya, mulai belajar untuk menjadi seorang suami yang baik, ayah yang baik. Hutangnya kepada Clarice benar-benar sangat banyak.

“Aku sudah ngantuk“ Clarice Lu meletakkan cangkir kopi dalam pegangannya itu, lalu menguap.

“Ayo tidur bersama.” Lewis Tang tertawa, tawa yang terlihat nakal dan penuh cinta. Tangan besarnya yang masih menggenggam tangan Clarice Lu itu juga bersamaan mencubit Clarice untuk seketika.

“Jangan mimpi.” Balas Clarice Lu berpura-pura marah, sambil melepaskan tangan pria itu, lalu berdiri dan berjalan dengan cepat ke dalam vila. Dibelakangnya, Lewis Tang tertawa dengan gembira.

Clarice Lu marah sampai menghentakkan kakinya, dirinya lagi-lagi dipermainkan oleh pria itu.

……

Satu minggu menjelang resepsi pernikahan mereka, tengah malam, Lewis Tang meninggalkan Dyson kepada bibi pembantu di rumah, lalu dengan mengendarai mobil, dirinya membawa Clarice Lu pergi ke pinggir sungai sambil berkata kepada wanita itu, “Akan ada kembang api disana ketika malam hari, kita akan pergi untuk ikut meramaikan.”

Clarice Lu melihat pria itu dengan bingung, hatinya berpikir, “Tahun baru…… bukan, festival…… juga bukan, darimana bisa ada kembang api? Dan lagi, sejak kapan tuan muda ketika Keluarga Tang mulai suka ikut meramaikan?!”

Lewis Tang duduk di balik setir kemudi, dan Clarice Lu duduk di kursi di sampingnya, di tengah perjalanan dari urmah ke pinggir sungai itu, Clarice Lu masih membuka satu persatu jarinya, bergumam menghitung alur pernikahannya sampai ke barang-barang yang masih perlu dibeli.

Lewis Tang hanya tertawa dengan hangat, sambil terkadang membalas, “Kamu saja yang putuskan.”

Malam hari di atas sungai selalu menjadi tempat yang lumayan romantis. Singkatnya hanya karena lagu-lagu nelayan yang menggambarkan kehidupan tanpa beban itu, yang merupakan kehidupan yang tenang yang banyak dimimpikan oleh orang-orang.

Clarice Lu dan Lewis Tang berdiri di tepi sungai, tubuh Clarice bersandar dengan santai di atas sebuah dermaga batu, satu tangannya menyangga pipinya, sambil melihat ke atas, memandangi langit dengan bosan, menunggu kembang api yang dikatakan oleh Lewis Tang itu.

Untuk sementara, kembang api itu belum kelihatan, tetapi, bintang-bintang di atas sungai itu sangat terang, bagaikan berlian terbaik dari Afrika, juga bagaikan mata asmara. Clarice Lu menghitung bintang-bintang dengan bosan.

“Dua puluh tujuh, dua puluh delapan, dua puluh sembilan……” Kemudian, bom! Suara ledakan yang keras terdengar, sebuah kembang api berwarna merah terang tiba-tiba meledak di langit.

Kemudian, tanpa jeda yang lama, satu persatu kembang api meluncur ke atas dan meledak di langit, ssemakin lama semakin banyak, seperti hampir menutupi seluruh permukaan langit di atas permukaan sungai itu.

Banyak orang di pinggir sungai itu mendekat untuk melihatnnya, mereka berbisik-bisik satu sama lain.

“Belakangan aku tidak ada mendengar bahwa pemerintah kota akan melepaskan kembang api di atas sungai. Tahun baru…… bukan, juga tidak ada festival tertentu, apa jangan-jangan ada hari spesial yang perlu dirayakan?”

“Melepaskan kembang api? Apa jangan-jangan ada orang yang ingin melamar?”

“Kamu sedang memikirkan apa, siapa yang akan membuat lamaran seheboh ini?”

……

Clarice Lu menjulurkan jari telunjuknya dan menunjuk-nunjuk langit di atas kepalanya itu, kemudian melihat Lewis Tang dengan sedikit terkejut dan bertanya, “Tidak mungkin kamu yang melepaskan kembang api itu kan?”

Lewis Tang tertawa sambil menutup rapat mulutnya, tawa yang terlihat penuh rahasia.

Pria itu kemudian memutar tubuhnya, sepasang mata yang gelap dan dalam itu menatapnya dengan lurus, detik berikutnya, diluar dugaan, pria itu berlutut dengan satu kaki di depan Clarice Lu,

Detik itu, pria itu mengenakan sebuah setelan jas hitam yang sangat rapi, benar-benar terlihat tampan.

“Clarice, jadilah istriku, aku akan membuatmu bahagia.”

Tuan muda ketiga Keluarga Tang memang tuan muda ketiga Keluarga Tang, pria itu tidak lagi menanyakan dirinya bersedia atau tidak untuk menikah dengannya, melainkan tidak memberikannya kesempatan untuk memilih sama sekali, tidak ada jawaban tidak.

“Terima, terima……” Tidak tahu kapan, muncul banyak wajah yang tidak asing di sekeliling mereka, semuanya adalah keluarga, teman dan kerabat dekat dari Lewis dan Clarice, Kendrick Tang, Alex, Falcon Jiang dan lain-lain, bahkan Chris Lu dan Elsa Mo pun hadir.

Melihat pemandangan seperti itu, sekumpulan orang yang menonton di sekeliling mereka juga ikut berseru, mereka bertepuk tangan sambil berteriak, “Terima, terima……”

Suara kembang api yang meluncur ke atas langit itu tidak henti-hentinya meledak di samping terlinga. Clarice Lu menunduk sambil melihat Lewis Tang yang berlutut di depannya, jujur, pemandangan seperti itu benar-benar terlihat kampungan, sama sekali tidak ada hal yang baru yang bisa diucapkan. Tetapi, tidak tahu kenapa, pandangan matanya mulai buram, air mata justru mulai menggenangi matanya.

Ketika Lewis Tang mengeluarkan cincin itu dan menyematkannya di jari manis tangan kanannya, air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

Itu adalah cincin yang begitu saja dilepaskannya ketika dirinya bertengkar dengan Lewis Tang terakhir kali itu, dan sekarang, justru di sematkan kembali di atas jarinya oleh pria itu.

Waktu itu, ketika pria itu melihat cincin yang begitu saja ditinggalkannya itu, hatinya pasti merasa sakit. Clarice Lu berpikir, terkadang dirinya memang terlalu kejam.

Dibawah kembang api dan disaksikan oleh keluarga serta kerabat dan teman-teman mereka, Clarice Lu menerima lamaran dari Lewis Tang, juga dengan sepenuhnya menerima pria itu.

Sedangkan disaat yang bersamaa, Carol Lin berdiri di sebuah anak tangga yang tidak jauh, menonton adegan yang mereka mainkan itu.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu