Waiting For Love - Bab 269 Kamu Sekarang, Hanya Memberikan Sebuah Nama Kepadaku Saja

Bisa dikatakan, Jane Xia adalah pelaku yang menghancurkan keluarganya dan menyebabkan semua tragedi yang menimpa ibunya.

Namun, Orang tersebut telah meninggalkan dunia. Lagipula, ia adalah Ibu dari Clarice Lu, apapun ucapan yang dikatakan Lewis Tang sepertinya kurang pas.

Akhirnya, ia pun hanya mengantakan dengan datar, “Aku tidak begitu ingin menceritakan semua ini, bagaimana pun ini adalah masalah orang tua kita, kenapa kita harus mengungkitnya lagi.”

Clarice Lu berpikir, benar juga, dengan pintar ia tidak melanjutkan topik pembicaraan ini lagi.

Dua hari kemudian, Clarice Lu sembuh dan keluar dari rumah sakit.

Seminggu kemudian, kasus David Luo menculik Clarice Lu telah dibuahi dengan hasil, David Luo telah divonis dengan hukuman 8 tahun penjara. Dan Jennifer Xie tidak menceraikannya, mungkin demi anaknya, atau juga, mungkin Jennifer Xie sangat mencintainya, hal ini pun tidak dapat diketahui.

Kehidupan Clarice Lu kembali tenang, dia tetap bekerja di perusahaan Lewis Tang, hanya saja, gosip tentang dia pun tiba-tiba tersebar kemana-mana.

Hal ini disebabkan oleh pada hari Clarice Lu hilang, Felix Ang si Asisten CEO ini yang menelepon ke setiap karyawan di Departemen Sekretariat menanyakan keberadaan Clarice Lu. Setelah kejadian tersebut, semua orang pun mulai menebak, kalau Clarice Lu dan Felix Ang memiliki hubungan intim yang tidak diketahui oleh orang lain. Dan gosip tersebut pun tersebar dengan berbagai macam versi.

Ada yang mengatakan kalau mereka menikah diam-diam, ada juga yang mengatakan kalau mereka kumpul kebo, bahkan adalah yang mengira kalau Clarice Lu adalah simpanan Felix Ang. Bagaimana pun Felix Ang ini menjabat sebagai Asisten CEO yang memiliki gaji miliaran per tahun ini, walaupun tidak terhitung sebagai bos konglomerat, tapi pasti ia juga merupakan pilihan terbaik di mata kebanyakan wanita.

Clarice Lu merasa tidak tahu harus merespon dengan reaksi apa terhadap gosip ini, dan Felix Ang ini memang pengikut Lewis Tang, sangat sabar, ia mendengar gosip tentangnya pun ia pura-pura tidak mendengar, dan CEO Tang, saking sibuknya ia tidak ada waktu untuk peduli terhadap gosip-gosip yang tidak penting tersebut.

Perusahaan akan segera go public, Clarice Lu seperitnya tidak melihat bayangannya setiap hari. Setiap hari setelah Clarice Lu tertidur, Lewis Tang baru pulang, setelah Clarice Lu bangun, ia sudah berangkat.

Pekerjaan Clarice Lu di kantor sangat santai, hanya bertanggung jawab atas mengelompokkan dokumen-dokumen yang dikirim dari departemen yang dibawah dia, dan membagikan dokumen tersebut sesuai jenisnya, kemudian kirim ke email Lewis Tang.

Walaupun pekerjaannya terdengar santai, namun pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh siapa saja, setidaknya orang yang melakukan pekerjaan ini harus orang yang dipercayai Lewis Tang, karena isi dokumen tersebut kebanyakan adalah informasi yang menyangkut konfidensial perusahaan.

Jumat sebelum pulang kerja, Clarice Lu seperti biasa membereskan semua dokumen, kemudian mengirimnya ke email Lewis Tang, setelah itu ia mematikan komputer dan siap-siap pulang, namun telepon yang di atas meja tiba-tiba berdering.

“Halo, Kantor CEO.” Clarice Lu mengangkat tersebut, dengan formal ia menjawa telepon tersebut.

“Tunggu aku setengah jam lagi, malam ini kita pulang bareng.” Terdengar suara Lewis Tang yang magnetic dan rendah itu, tidak memiliki emosi yang banyak, terdenga tenang namun sangat enak di dengar.

Kemudian, ia tidak menunggku Clarice Lu menjawab telepon, ia langsung menutup telepon tersebut.

Setengah jam! Clarice Lu menunduk dan melihat jam tangan, dengan tanpa daya ia menyalakan kembali komputer di depannya, masuk ke games QQ dan bermain game Landlords online.

Sepertinya nasib ia hari ini sangat baik, ia mendapatkan kartu bagus di setiap ronde permainan. Saat Clarice Lu sedang bermain game tersebut dengan seru, pintu ruangannya tiba-tiba diketuk kemudian di dorong oleh orang dari luar.

Lewis Tang berjalan ke arahnya, mengenakan kameja dan celana panjang yang sederhana, dan jasnya yang digantung dilengan, ia pun tampak santai.

Kemudian Clarice Lu meliriknya dari belakang komputer, hanya sekilas saja, kemudian ia kembali memperhatikan layar komputernya.

“Tunggu aku sebentar, aku sebentar lagi akan menyelesaikan kesibukan ku.”

Lewis Tang berjalan ke depan mejanya, menghadap ke belakang komputer, sambil mengangkat alisnya dan berkata, “Sibuk? Waktu bekerja malah sibuk bermain game Landlords, Sekretaris Lu, apakah aku harus memotong gaji dan bonus kamu?”

Clarice Lu tertegun, ia baru ingin bertanya kenapa ia bisa tahu kalau dirinya sedang bermain game Landlords online tersebut. Tapi ia terpikir, internet di kantor semuanya tersambung, dan Lewis Tang juga merupakan jagoan komputer, dulu, ia pernah masuk ke database internet di kantornya, dan mengawasi apa yang sedang Clarice Lu lakukan, hal ini untuk Lewis Tang merupakan hal yang sangat mudah.

“Aku baru mulai bermain saat sudah pulang kerja.” Clarice Lu berusaha membela diri.

“Kamuy akin saat waktu kerja kamu tidak bermain?” Lewis Tang mengangkat alisnya, terlihat seperti mengejek.

Clarice Lu tahu dirinya sudah tertangkap basah, dia pun tidak membantah. Hanya dengan nurut ia mematikan komputer, dan bersamanya ia meninggalkan ruangan.

Saat ini, jarak waktu dari jam pulang kantor sudah lewat setengah jam, kebanyakan karyawan di kantor pun sudah pulang semua, Clarice Lu pun baru bisa menggunakan satu lift dengan Lewis Tang.

Lewis Tang menggunakan satu tangan sambil memegang jasnya, lengan kamejanya pun terlipat dengan sembarangan, menunjukkan kulit sawo matangnya, terlihat sangat seksi dan menawan. Satu tanganya lagi bergandengan dengan tangan Clarice yang kecil itu. Gerakan tersebut terlihat sangat alamiah.

“Kita ke supermarket dulu, beli bahan makanan. Hari ini Kak Liu ijin.” Lewis Tang sambil bergandengan dengan tangannya, dan berjalan keluar dari kantor.

“Kamu kenapa tidak bilang dari tadi, kalau Kak Liu ijin, kita harus menjemput Dyson ke TK.” Clarice Lu menunduk dan melihat jam tangannya, nadanya pun terdengar mendesak.

”Dyson sudah dijemput sama neneknya pulang ke rumah Lu, dua hari ini sepertinya tidak akan pulang.” Lewis Tang jawab dengan pelan, kemudian membuka pintu mobil, dan masuk ke tempat duduk pengemudi.

Kemudian, mobil keluar dari parkir mobil dengan perlahan, langsung mengarah ke supermarket yang tidak jauh dari sekitar kantor.

Mereka berdua membeli banyak bahan makanan, saat kembali ke vila, Tuan Tang ke 3 sendiri yang turun tangan dan menyiapkan makan malam yang sedemikian rupa, saat makan malam, Lewis Tang duduk di depannya, tidak makan, hanya menatapnya dengan tersenyum, tatapannya pun membuat Clarice Lu merasa menyeramkan, seolah-olah dia lah yang merupakan makanan yang ada di piring Lewis Tang.

Dan benar, saat Clarice Lu selesai makan malam, Lewis Tang langsung merangkulnya dan bersama-sama masuk ke kamar mandi, benar-benar tidak ada yang gratis di dunia ini, sebelum Tuan Tang ke 3 melakukan hal tersebut, ia biasanya suka membuat Clarice Lu kenyang terlebih dahulu.

Akhir-akhir ini Lewis Tang benar-benar sibuk, kesempatan bertemu saja sangat sedikit, jangankan waktu untuk melakukan hal itu.

Lewis Tang sudah terlalu lama menahan nafsunya, begitu dibebaskan, dia memiliki sebuah rasa keinginan yang tidak dapat diberhentikan. Walaupun ia sangat lembut, namun ia tidak sanggup menahan rasa liar yang sudah ada di dalam dirinya, api membara semakin ganas, hampir menghabiskan Clarice sampai tulang pun tidak tersisah.

Clarice Lu sedikit tidak bisa menahan kegilaan secara tiba-tiba darinya, seperti telah dikeringkan sampai tidak tersisah setetes pun, setelah selesai, dia berbaring di ranjang yang empuk, selain bernafas dengan kencang, sedikit tenaga untuk mengerakkan jari pun tidak tersisah.

Lengan Lewis Tang merangkulnya, dan merangkulnya ke dalam pelukan sendiri, bibir tipisnya mendekati telinganya, dengan lembut berbisik di telinganya, namun Clarice Lu sudah terlalu ngantuk, sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan, langsung memejamkan mata, menarik selimut, dan tidur dengan lelap.

Dan sekali tidur, ia pun tertidur sampai siang hari keesokkan hari, saat membuka matanya, mata Clarice Lu tetap merasa sedikit berat, dan merasa sangat letih, badannya sakit pegal ngilu seperti terlindas mobil.

Dia tanpa sadar menggerakkan badannya, ia baru sadar kalau di pinggangnya tetap ada lengan yang merangkulnya, Clarice Lu merasa sedikit terkejut, Lewis Tang masih ada, tidak seperti biasanya, saat ia terbangun, ia selalu sendiri, tempat disisinya itu selalu kosong, hatinya pun ikut merasa kosong.

Dan saat ini, Lewis Tang sedang berbaring disisinya, menopang kepalanya dengan satu tangan, matanya yang menatap dengan dalam, dengan senyum sambil menatap dia, dengan lembut dan penuh perasaan berkata, “Pagi.”

“Sudah bangun? Aku kira kamu akan tertidur sampai besok.”

Clarice Lu merasa sedikit ngambek dan menatapnya, dia berpikir dalam hati, dia bisa tidur selama ini juga gara-gara ulah dia. Clarice Lu menarik selimut sampai menutup bekas-bekas kecupan-kecupan yang membiru dilehernya. Membalikkan badan menghadap ke arahnya.

Tangan kirinya menarik selimut putih lembut dan ringan itu, dan tiba-tiba dia menemukan sebuah cincin di jari manisnya. Matahari sore masuk melalui tirai yang setengah terbuka, dan cincin berlian tersebut pun berkilau di bawah sinar matahari.

Clarice Lu tanpa sadar mengangkat tangannya, dengan mata yang sambil merem melek itu, dengan bengong ia menatapi cahaya yang melewati celah jarinya, dan cahaya pun membuat matanya merasa sakit.

“Kenapa, bengong?” melihat ia terus menatap cincin yang ada di jari manis, tapi tidak mengatakan apa-apa. Lewis Tang sambil tertawa, menaruh dagu di bahunya, sambil mendekati wajahnya yang lembut itu.

Clarice Lu menyandarkan kepalanya, tubuhnya secara alami bersandar di dada Lewis Tang yang kekar itu, lalu meletakkan tangannya, berjawab dengan serius, "Modelnya terlalu tua, sangat jelek.”

Lewis Tang tertegun, ia dihina dengan begitu nakal.

Tidak heran jika pemilihan Tuan Tang ke 3 tidak begitu baik, model cincin itu adalah model cincin 5 tahun yang lalu, tentunya model dan gaya cincin pasti terlihat sedikit tua. Saat itu dia sedang berada di luar negeri, dia hampir menghabiskan semua tabungannya, baru bisa membelinya. Pada saat itu, hidupnya sangat sulit, setiap kali ia merasa ia sudah tidak sanggup menahan lagi, ia selalu mengeluarkan cincin itu, sambil merindukan wanita manisnya. Kerinduan ini lah yang mendukungnya untuk bertahan sampai hari ini.

“Apakah ini lamaran dari Tuang Tang ke 3?” tatapan Clarice Lu melihat ke arahnya, sambil bertanya dengan bibir yang sedikit monyong.

“Semalam bukannya aku sudah bilang yah, kamu tidak menjawab, aku anggap kamu sudah menyetujuinya.” jari Lewis Tang yang lentik itu, dengan lembut mengelus rambutnya, posisi yang intim itu, seperti gaya intim mereka semalam.

Clarice Lu mengerutkan alis, berpikir dengan keras, ia baru teringat, semalam sebelum tidur, dia memang sepertinya ada mengatakan sesuatu ditelinganya, namun saat itu dia sudah terlalu ngantuk, sama sekali tidak mendengarkannya dengan jelas.

Ternyata, ia sedang melamarnya.

Clarice Lu meliriknya dengan tatapan yang tidak berdaya, sambil merayu dengan manja, “Lewis Tang, kamu bisa lebih asal-asalan lagi tidak.”

Lewis Tang tertawa, merangkulnya, dan memberikan ciuman di pipinya dengan lembut, sambil mendekati telinganya dan berkata, “Clarice, mulai dari saat ini, bukankah kamu seharusnya memanggil aku dengan sebutan suamiku.”

“Malas untuk menyahut kamu.” Tanpa sadar wajah Clarice Lu pun menjadi merah, ia mengulurkan tangan dan mendorongnya.

Ia sambil terbaur selimut ingin turun dari ranjang, namun Lewis Tang mendekatinya dari belakang, tidak mau melepaskannya. Bibirnya mencium bahu indahnya Clarice Lu, sambil bercium, gerakannya sangat berbeda dengan semalam, saat ini ia memperlakukannya dengan sangat lembut, sangat intim.

Kemudian, gerakan intim yang indah memenuhi ruangan, selanjutnya, Clarice Lu dengan bingung dibawah oleh Lewis Tang ke Kantor Catatan Sipil, dengan bingung ia bersama Lewis Tang menerima akta nikah.

Saat mengisi form, Clarice Lu masih merasa sedikit tidak nyata, saat petugas Kantor Catatan Sipil bertanya kepadanya apakah ia mendaftar karena kemauan sendiri, ia pun tertegun dengan beberapa saat, sampai petugas mengulang pertanyaannya lagi, ia baru dengan bengong menganggukkan kepalanya.

Saat keluar dari pintu utama Kantor Catatan Sipil, tanpa sadar ia melihat ke langit, langit biru dan cuaca cerah, cuaca bagus yang jarang didapatkan. Lalu ia menunduk melihat buku merah kecil tersebut, benaknya tetap merasa bingung, dia membiarkan ia sendiri menikah dengan begitu saja?!

“Sedang memikirkan apa?” Lewis Tang merangkul pinggangnya dengan lengan, jari lentiknya menyentuh hidungnya, gerakan yang terlihat sangat memanjakan Clarice Lu. “Sudah tidak bisa menyesal lagi ya sekarang, Nyonya Tang.”

Claice Lu menyimpan akta nikahnya ke dalam tas, mengangkat kepalanya sambil menatap pria yang berbadan kekar dan besar ini, dan mengulurkan sepasang lengan lembut dan merangkulnya, “Mulai hari ini, kamu milikku, bukan?”

“Aku selalu milik kamu.” Lewis Tang tersenyum, lalu, ia berkata lagi, “Kamu sekarang, hanya memberikan sebuah nama saja kepada ku.”

Mungkin, Clarice Lu tidak akan pernah tahu, sudah berapa lama ia menunggu hari ini datang.

Mobil hitam Land Rover Lewis Tang parkir di depan Kantor Catatan Sipil, tapi Clarice Lu dengan manja memintanya untuk menggendongnya di punggungnya pulang ke rumah.

“Benar-benar tidak tahu harus bagaimana dengan kamu.” Lewis Tang lepas tertawa, berjongkok di depannya, Clarice Lu naik ke punggungnya, membiar ia menggendong di punggungnnya, berjalan di sepanjang jalan panjang, selangkah demi selangkah.

Punggungnya lebar dan hangat, dan lengan Clarice Lu pun merangkul lehernya, dan kepalanya bersandar di bahunya. Berharap kalau jalan ini tidak pernah berakhir, seperti dia sekarang, selalu menyandar di punggungnya, terus berjalan.

“Lewis Tang.” Dengan suara kecil ia memanggil namanya.

“Iya.” Lewis Tang menjawab.

“Lewis Tang.” Ia memanggil lagi.

“Iya aku disini.” Lewis Tang menjawab lagi dengan tersenyum.

“Lewis Tang, Lewis Tang……..” Clarice Lu terus memanggil namanya, hanya ingin memanggil namanya saja.

Lewis Tang sambil menggendongnya di punggung, terus menjawabnya dengan sabar.

“Suamiku.” Bibir Clarice Lu mendekati telinganya, memanggilnya dengan suara bisikkan.

Lewis Tang dengan tidak sadar berhenti melangkah, badan besar itu pun tiba-tiba bergemetar dengan pelan, namun dengan cepat, ia seperti tidak terjadi apa-apa, terus melangkah ke depan.

“Iya.” Ia menjawabnya seperti tadi ia memanggil namanya, dengan sambil menganggukkan kepala.

“Suamiku, aku mencintai kamu…..”

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu