Waiting For Love - Bab 12 Jangan Sentuh Clarice, Bahkan Satu Jari Saja Tidak Boleh

Tidak terasa, tetesan air mata telah jatuh di punggung tangannya tanpa suara. Clarice sekuat tenaga menghapus bekas tetesan air matanya, mengeluarkan beberapa lembar uang merah, diletakkan diatas meja, dan menarik Elsa Mo untuk pergi.

Tapi pada saat itu, muncul beberapa pria , menghalangi mereka pergi.

Elsa Mo adalah seorang tokoh masyarakat, dia selalu memakai kaca mata hitam, agar orang-orang tidak melihatnya dengan jelas. Tetapi Clarice tidak tertutup sama sekali, dia tampak cantik sejak awal, saat itu seperti sangat mempesona, membuat roh para pria itu hilang entah kemana.

“Gadis kecil, jangan terburu-buru pergi, temani kakak minum segelas, aku traktir.” Tangan pria itu sudah mulai meraba wajah Clarice, tapi ditepis olehnya dengan penuh kebencian.

“Singkirkan tanganmu yang kotor itu.” Kata Clarice dengan dingin.

“Wah, sikapnya lumayan galak toh, kakak justru suka yang seperti ini, pas.” Pria itu tertawa, pria dibelakang pun berjongkok, melihat ke arah Clarice, tatapan mata yang cabul itu membuatnya merasa jijik.

“Minggir, atau aku tidak akan sungkan kepadamu.” Kesabaran Clarice tampak sudah mulai habis.

“Wanita cantik marah kenapa masih bisa secantik ini, aku malah ingin kamu tidak sungkan kepadaku.” Pria itu tertawa semakin menjadi-jadi, tangannya mau menarik tangan Clarice yang putih mungil itu.

Tetapi, pria itu tidak hanya menyentuhnya, melainkan Clarice menginjak punggung kaki pria itu dengan sepatu hak tingginya, kemudian mengangkat kakinya, menendang ke arah pangkal paha pria itu.

Pria itu mengerang, kedua tangan memegang ke arah pangkal paha, kesakitan hingga tampak pucat, ini cukup sadis, “barang”nya bisa diperkirakan menjadi tidak berguna.

Pria lain yang melihatnya, seketika bergegas untuk mengepungnya, Clarice sambil mengambil botol bir, memukul kepala salah satu dari orang-orang tersebut. Di tempat itu seketika menjadi kacau, Elsa Mo juga setengah sadar, terkaget dan menjerit ketakutan.

Dia terpontang-panting mengeluarkan handphonenya, dengan segera menelpon nomor David Luo.

Ketika David Luo bergegas ke tempat kejadian, dia melihat seorang pria mengangkat botolnya dan mengincar bagian belakang kepala Clarice. Dia tanpa pikir panjang langsung berlari ke arah Clarice untuk memeluknya, botol itu jatuh di belakangnya, terlihat darah dan puing-puing berceceran.

Para pria itu melihat kekacauan itu dan bergegas pergi.

Clarice berada dalam pelukan hangat David Luo, sedikit mengankat dagunya untuk melihat dia, sosok tubuh yang tinggi besar itu tampak semakin memudar baginya, akhirnya dia pingsan di dalam pelukan David Luo.

“Clarice, Clarice !” David Luo melihat di tubuhnya ada darah, segera menggendong dia meninggalkan bar.

.......

Saat di rumah sakit, David luo mengabaikan luka di tubuhnya sendiri, selalu ada di kamar pasien menemani.

Di tempat tidur yang putih itu, Clarice tidur dengan lelap dan sunyi, rambutnya halus, hangat dan tidak berbahaya. Tiba-tiba David Luo teringat sosok saat pertama kali bertemu dengannya, wajah cantik natural, mata bening, rok putih bersih, yang sangat cantik bagaikan lukisan.

David Luo mengarahkan tangannya ke Clarice, tapi sebelum menyentuh kulitnya, gerakannya itu terhenti.

Terdengar suara peringatan dalam kepalanya, “David, kalau kamu masih ingin menjaga properti milikmu, jangan sentuh wanita bernama Clarice Lu itu, bahkan satu jari pun jangan sampai kau sentuh."

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu