Waiting For Love - Chapter 158 Sifat Keras Kepala yang Mendarah Daging (2)

Lewis Tang melihatnya dari kaca spion, sudut bibir kakunya sedikit terangkat keatas, menunjukkan sebuah lengkungan tipis.

“Sebahagianya itu kah?”

“Tentu saja. Kalau anggur merah ditambah dengan bistik daging adalah sebuah bagian kecil dari kehidupan yang romantis, bir dan daging panggang adalah arti kehidupan yang sesungguhnya, kalau aku katakan kamu juga tidak mengerti.”

Clarice Lu merasa membicarakan kehidupan masyarakat biasa dengan CEO Tang yang menghabiskan puluhan juta hanya untuk membeli sebotol anggur itu, seperti sedang menghabis-habiskan energinya.

“Aku mengerti bahasa mandarin.” Satu tangan Lewis Tang itu sedang menggenggam setir kemudi, dan yang satunya lagi dijulurkan untuk mengacak-acak rambutnya.

Dua orang itu mengendarai mobil kembali ke vila, Clarice Lu sedikit merasa lelah, setelah mandi dirinya langsung berbaring di atas tempat tidur besar, lembut dan nyaman di dalam kamar. Lewis Tang masih bekerja di dalam ruang buku, dia menetapkan untuk rapat melalui panggilan video setiap hari selasa malam.

Ketika Lewis Tang kembali ke kamar, lampu dinding dalam kamar itu masih menyala, Clarice Lu masih belum tidur.

“Kenapa masih belum tidur?” Lewis Tang membuka selimut dan naik ke atas tempat tidur, melirik sepintas ke arah jam yang tergantung di dinding itu, sudah lewat dari pukul satu dini hari.

“Tidak bisa tidur.” Setelah menggumamkan kalimat itu, Clarice Lu berbalik menhadap pria itu. Clarice selalu memiliki kebiasaan untuk tidur tanpa berpakaian, sekarang meskipun tubuhnya mengenakan gaun tidur sutra yang sangat tipis, dirinya masih saja bolak-balik, tidak bisa tertidur.

Lewis Tang tidak langsung berbaring tidur, sebaliknya, dia duduk bersandar di atas bagian kepala tempat tidur, dan dengan diterangi cahaya lampu yang remang, dirinya terus melihat berkas dokumen itu.

Clarice Lu tahu, berkas dokumen yang dilihat oleh pria itu di malam hari, sebagian besar sangat penting, jadi dirinya tidak menganggu pria itu.

Hanya saja, ketika Lewis Tang sedang melihat dokumen itu, dia masih bolak-balik, tidak bisa tertidur. Tempat tidur itu juga bergoyang mengikuti gerakannya ketika berbalik badan.

Pandangan mata Lewis Tang beralih dari dokumen di dalam tangannya, menundukkan kepalanya ke arah wanita itu, “Apa aku sudah mengganggumu?”

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak, aku sendiri yang susah tidur, bukan urusanmu.”

Lewis Tang meletakkan dokumen itu di atas meja kecil disamping tempat tidur itu, menjulurkan tangannya dan menarik wanita itu ke dalam pelukkannya, lalu langsung mulai melepaskan pakaian atasnya.

“Tidak mau, Lewis Tang, hari ini terlalu malam.” Clarice Lu memberontak di dalam pelukkannya.

“Kalau tidak nyaman, kenapa tidak melepaskannya dan tidur, kamu bukannya selalu memiliki kebiasaan untuk tidur tanpa berpakaian?” Suara Lewis Tang itu datang dari atas kepalanya.

Clarice Lu tertegun, lalu berbalik menghadap pria itu, ada perasaan terkejut di balik mata berkilaunya itu.

Sebenarnya, Clarice Lu terus merasa penasaran dengan Lewis Tang, pria itu seperti tahu terlalu banyak tentang dirinya, sampai-sampai bisa dikatakan paham. Pria itu tahu kebiasaan makannya, tahu selera pakaiannya, bahkan detail kecil dalam hidupnya, pria itu sangat jelas.

“Kamu, kamu bagaimana bisa tahu aku terbiasa tidur tanpa pakaian?”

“Setiap kali kamu tidur denganku, kamu tidak pernah memakai pakaian.” Ekspresi wajah Lewis Tang datar, kata-kata itu keluar dari mulutnya, seperti itu hal yang sudah sering terjadi, membuat wajah Clarice Lu memerah.

Mereka juga belum pernah tinggal bersama sebelumnya, setiap kali Lewis Tang membawanya datang ke vila, semuanya demi melewati malam bersamanya, setelah malam yang panas itu berlalu, tidur tanpa ada sehelai benang sedikitpun menempel di tubuhnya adalah hal yang sewajarnya. Bagaimanapun juga, yang sudah dilepaskan, ya dilepaskan, dia selalu tidak bisa hanya untuk menjadi sama dengan yang lain, memakai kembali pakaiannya, itu hanya menambah-nambah pekerjaannya saja.

Tetapi hari ini mereka tidak sampai kesana, kalau Clarice Lu masih membuka seluruh pakaiannya, bukannya itu seperti petunjuk yang jelas?

“Kamu ingin melepasnya sendiri, atau masih menginginkanku untuk terus membantumu?” Lewis Tang hanya melepaskan gaun tidurnya, tetapi tidak melanjutkan gerakkannya.

“Aku, aku bisa melakukannya sendiri.” Clarice Lu membungkus tubuhnya dengan rapat didalam selimut itu, dan mulai melepaskan pakaian yang masih menempel di dalam tubuhnya.

Lewis Tang tertawa dengan enggan, duduk bersandar di bagian kepala tempat tidur itu, meraih kembali dokumen yang terletak di atas meja kecil itu dan melihatnya kembali, jari panjangnya membalik satu halaman dokumen itu, lalu mengucapkan satu kalimat dengan datar, “Aku benar-benar tidak tahu apa yang masih ingin kamu sembunyikan, bagian mana dari tubuhmu yang belum pernah aku lihat?”

“Lewis Tang!” Clarice Lu bersembunyi di balik selimut, membungkus tubuhnya dengan erat, hanya memberlihatkan leher putih lembutnya itu, sepasangan mata bulat yang cantik itu sedang menatapnya dengan penuh kemarahan.

Tetapi Lewis Tang, melihat ke arahnya saja tidak, semua perhatiannya tertuju kepada dokumen di dalam tanganya itu. Pertemuan penawaran besok juga membutuhkan dokumen-dokumen ini.

Clarice Lu masih tidak dapat tertidur meski sudah melepaskan pakaiannya, tidak henti-hentinya berbolak-balik badan. Berbolak-balik sampai-sampai Lewis Tang terganggu dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Dia mengerutkan dahinya dan melempar dokumen dalam tangannya itu, lalu bergerak ke arah wanita itu, dengan satu tarikkan kuat, menarik Clarice masuk ke dalam pelukkannya. Dia mulai merasa sedikit menyesal tidak melihat selesai semua dokumen itu di dalam ruang belajar, ada Clarice di sampingnya, hanya bisa membuat hatinya tidak tenang.

“Tidak baik-baik tidur, apa yang kamu lakukan, hah? Kalau kamu masih tidak menurut, kenapa aku masih harus menahannya.” Wajah tampan pria itu hanya berjarak satu sentimeter dari pipinya, napas hangat pria itu menyapu pipinya, menggodanya tanpa henti.

Telapak tangan besar dan hangat milik pria itu mengusap wajahnya dengan pelan, lembut dan penuh kasih sayang. Wajah Clarice Lu sudah tersapu-sapu dari awal.

“Clarice, kamu sudah selesai kan bulan ini?” Tanya pria itu.

Clarice Lu menutup rapat mulutnya, tidak berbicara, dalam hatinya dia bertanya mengapa itu tidak selesai satu hari lebih lama? Tetapi hatinya justru lagi-lagi merasa gatal, seperti sedang menunggu sesuatu secara sembunyi-sembunyi.

Selanjutnya, ciuman Lewis Tang itu mendarat di bibirnya, penuh hasrat, juga dengan sangat erat. Seluruh pandangan dan gerakkannya memberikan peringatan tanpa suara bahwa pria itu menginginkan dirinya, sepenuhnya dan menyeluruh, menginginkan seluruh yang dimilikinya, menjadikannya milik pria itu seorang.

Clarice Lu tidak mengenakan selehai pakaianpun karena ingin tidur tanpa busana, dua orang berada di balik selimut, semua itu memberikan keuntungan yang tidak terlihat kepada Lewis Tang.

Clarice Lu memiliki sedikit penolakan di awal, namun perlahan dirinya juga ikut terbawa. Dia masih termasuk polos dalam hal pria dan wanita, bagaimana bisa menjadi lawan Lewis Tang yang mahir itu? Pria itu memiliki banyak cara untuk menaklukkannya, membuat Clarice tunduk dibawahnya.

Clarice Lu jelas-jelas tidak merasa mengantuk sedikitpun, namun setelah merasakan kehangatan itu, diluar dugaan, dirinya tiba-tiba dengan cepat tertidur pulas.

Lewis Tang merangkul wanita itu di dalam pelukkannya, membiarkan pundaknya menjadi bantal kepala bagi wanita itu, lalu refleks mengangkat pandangannya dan melihat dokumen yang berserakkan di atas lantai itu, perasaan tidak berdaya terpancar dari dalam matanya.

Apa ini yang disebut terhipnotis oleh kecantikkan? Sampai-sampai hal penting pun ditinggalkan begitu saja. Pria bangga akan ketenangan yang mereka miliki, tetapi dihadapan seorang wanita, tembok mereka selalu runtuh.

Dia, Lewis Tang juga hanyalah satu diantara banyak, hanya seorang pria biasa.

Karena insomnia yang berat, Clarice Lu terlihat jelas kekurangan tidur ketika bekerja keesokkan harinya, sampai-sampai lingkaran hitam matanya itu tidak dapat disembunyikan lagi. Sampai-sampai, diluar dugaan, dirinya tiba-tiba menguap saat menghadiri rapat regular.

“Apa yang kamu lakukan kemarin malam?” Tanya Chris Lu sambil mengerutkan dahinya setelah rapat itu bubar.

Clarice Lu memijit-mijit dahinya, matanya masih terasa berat. “Tidak bisa tidur, obat penenang di dalam rumah juga kebetulan sudah habis, tidak bisa tidur pulas semalaman.”

“Kurangi minum obat penenang, tidak memiliki efek yang bagus terhadap tubuh. Kalau insomnia kamu parah, coba pergi temui dokter psikologi.” Ucap Chris Lu dengan perhatian.

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menjinjing dokumen di atas meja itu, setelah keluar dari ruangan rapat itu, dia berjalan kembali ke ruang kantornya sendiri.

Baru saja dia menghidupkan komputer di atas meja kantornya itu, pintu kantornya langsung terbuka dengan keras. Vanessa Bai berjalan masuk dengan penuh kemarahan, dibelakangnya adalah sekretaris yang berusaha menahan wanita itu, yang terlihat jelas gagal.

Setelah terkejut melihat wanita itu, Clarice Lu sedikit mengerutkan alisnya. Dia sangat tidak ingin bertengkar dengan Vanessa Bai disana, setelah selesai bertengkar, Vanessa Bai bisa dengan santainya meninggalkan tempat itu, sementara Clarice Lu masih harus terus berbaur disana, kalau sampai ribut besar, hanya ada dirinya seorang yang akan merasa malu.

“Kamu boleh pergi sekarang, aku akan memanggilmu lagi kalau ada masalah.” Ucap Clarice Lu kepada sekretaris itu.

Setelah sekretaris itu pergi, Clarice Lu dengan penuh sopan santun mempersilahkan Vanessa Bai untuk duduk, tetapi Vanessa Bai justru tidak mempedulikannya, “Tidak perlu, aku akan pergi setelah menyampaikan beberapa kata kepadamu.”

Clarice Lu menatap wanita itu sambil menunggu kelanjutan kalimatnya itu, berharap wanita itu benar-benar bisa pergi secepatnya setelah menyelesaikan ucapannya. Hanya saja, ada hal apa yang bisa dibicarakan antara dirinya dan Vanessa Bai?

Selain Lewis Tang, tidak ada hubungan apa-apa diantara mereka berdua.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu