Waiting For Love - Chapter 124 Menerima Kabar yang Pasti

Sebelum menemukannya, hal yang bisa dilakukan oleh Lewis Tang hanyalah menunggu. Dia duduk bersandar di atas kursi kebesarannya, di depan hadapannya adalah sebuah jendela kaca besar, di balik jendela itu adalah langit biru dan awan putih, dibandingkan dengan bagunan besar dan menjulang tinggi itu, seluruh bangunan lain disekitarnya bukan lah apa-apa, semuanya terlihat sangat pendek.

Lewis Tang memutar-mutar sebuah bolpoin emas di tangannya, mencoba mengalihkan pikirannya, namun efeknya tidaklah seperti yang dia harapkan.

Dia sekarang hanya berharap Elsa Mo tidak memberinya kabar yang salah hanya karena panik, terlebih lagi Clarice Lu sudah bertahun-tahun ini bergelut dalam dunia industri hiburan yang gelap itu, paling tidak wanita itu harusnya memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri.

Setelah satu jam berlalu, Lewis Tang akhirnya menerima kabar pastinya.

Mobil Range Rover hitam itu melaju dengan kecepatan penuh di atas jalan besar, kecepatan mobil itu sampai sekali meraih serratus delapan puluh kilometer per jam, sampai-sampai menerobos beberapa lampu merah. Setelah dirinya tiba di hotel, karena tidak bisa mengkonfirmasi apakah Clarice Lu benar-benar dalam kondisi yang tidak aman, pihak hotel menolak memberikan kunci kamar kepadanya, sebagai hotel berbintang, mereka harus memastikan keamanan dan privasi para tamunya.

Lewis Tang sudah benar-benar kehilangan kesabarannya, setelah menggedor-gedor pintu itu dan tidak mendengar balasan apapun, dirinya langsung mendobrak pintu itu.

Menyusul suara benda jatuh yang sangat keras itu, pintu kamar hotel yang terbuat dari kayu murni dan berat itu terbuka, tanpa menunggu Lewis Tang masuk ke sana, tubuh lembut itu langsung jatuh menabarak dadanya.

Penampilan Clarice Lu benar-benar kusut, atasannya miring, rambutnya tergerai berantakan, tubuh dan wajahnya terluka, wajah mungilnya yang pucat pasi itu masih dipenuhi jejak air mata, tidak perlu berpikir lagi dirinya juga sudah tahu apa yang terjadi di dalam ruangan itu.

Lewis Tang hanya merasa api kemarahan di dalam tubuhnya itu tiba-tiba meledak, kedua matanya berubah warna menjadi merah darah. Ketika dirinya melihat pria yang mengejar dari dalam kamar itu, seketika dia menjadi sangat marah.

Ketika pria separuh baya yang bertubuh gendut dan berotot itu melihat Clarice Lu bersembunyi di balik pelukkan Lewis Tang, dirinya pertama-tama tertegun, karena keasikkannya sudah terganggu, selanjutnya pria itu menunjukkan ketidakpuasannya dan wajah yang sangar. “Dari mana kamu masuk? Jangan ikut campur dengan urusan orang lain!”

Tanpa menunggu pria itu menyelesaikan perkataannya, Lewis Tang langsung melayangkan tinjuannya, pria itu dipukul sampai terhuyung mundur dua langkah, baru saja berdiri sambil memegangi dinding, tanpa menunggu kesadaran pria itu kembali, Lewis Tang mengangkat kakinya dengan penuh kemarahan dan langsung menerjang pria itu di tempat paling rentannya dengan sekuat tenaga.

Pria itu langsung jatuh terkapar di lantai, Lewis Tang menarik kerah pria itu dan memukulinya lagi dan lagi, Sebaliknya, pria itu seperti telah berlatih, setelah pukulan pertama, dirinya mulai melayangkan pukulan balasan, kedua pria itu berkelahi satu dengan yang lainnya.

Dalam benak Clarice Lu, Lewis Tang adalah sosok yang selalu tenang, rasional, penuh kendali dan tidak dapat diduga. Itu adalah kali pertama dirinya melihat sosok Lewis Tang yang seperti itu, melihat sisi lain pria itu yang tidak pernah diketahui oleh orang lain, kejam dan bengis, seperti binatang buas yang datang dari neraka, membuat bulu kuduk orang merinding.

“Lewis Tang!” Clarice Lu berteriak karena ketakutan, dia takut kalau perkelahian itu terus berlanjut, nyawa orang akan menjadi taruhannya.

Namun, Lewis Tang bagaikan seekor binatang buas yang haus akan darah, matanya merah, dalam pandangannya itu hanyalah mangsanya yang sudah tercabik-cabik, dia tidak akan berhenti sebelum itu mati.

Insiden itu menjadi sangat besar, sampai-sampai seluruh karyawan hotel itu ketakutan, dengan panik dan terburu-buru mereka mengangkat telepon dan menelepon polisi, setelah polisi datang, kedua orang itu barulah dipisahkan, pria gendut yang terkapar di atas lantai itu sudah babak belur.

“Telepon ambulans dan antar orang ini ke rumah sakit, akan repot urusannya kalau sampai dia meninggal.” Seorang polisi berjongkok di atas lantai itu, setelah memeriksa orang yang terluka itu, dia mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya.

Setelah mobil ambulans tiba, petugas ambulans mengangkat pria itu ke atas tandu dan pergi. Polisi yang mengepalai kasus ini memanggil Clarice Lu dan Lewis Tang sebagai pihak yang bersangkutan, beserta beberapa saksi di tempat untuk pergi ke kantor polisi.

Lewis Tang dan Clarice Lu dibawa masuk ke dalam dua ruangan yang berbeda untuk diinterogasi.

Waktu itu, tuan muda ketiga Keluarga Tang itu sudah kembali ke dirinya yang rasional dan tenang, meskipun duduk di atas kursi persidangan, dia menopang dagunya dengan satu tangan, ketika pandangan matanya yang dalam itu menatap polisi yang sedang menginterogasi dirinya di depannya itu, ada semacam perasaan dingin dan direndahkan. Dia hanya melontarkan satu kalimat kepada polisi itu, “Sebelum pengacaraku datang, aku seharusnya memiliki hak untuk diam.”

Setelah itu, tidak peduli polisi yang berpengalaman itu mencoba memancingnya maupun mengancamnya, dia benar-benar tidak mengucapkan satu patah kata pun.

Diruangan sebelah, Clarice Lu juga sudah kembali tenang, tubuhnya ditutupi jas lebar dan besar milik Lewis Tang, pria itu melemparkan jas itu kepadanya ketika mereka duduk di dalam mobil polisi.

Iya, melemparkannya. Lewis Tang sudah hidup selama tiga puluh tahun lebih, dan itu adalah kali pertama dirinya duduk di dalam mobil polisi, ekspresi wajahnya sangat suram, Setelah naik ke dalam mobil, dia langsung melepas jasnya dan melemparnya ke tubuh Clarice Lu. Sepasang mata sayu seperti anak rusa milik wanita itu menatapnya dengan gelisah, matanya merah, masih gemerlapan air mata, terlihat sangat menyedihkan.

Sebaliknya, ekspresi wajahnya diam, pandangan matanya gelap dan dalamnya terus tertuju ke balik jendela, tidak mempedulikan Clarice Lu yang duduk di hadapannya itu.

Karena Clarice Lu adalah korban, kedua polisi wanita yang meminta testimoni dari dirinya bisa dikatakan cukup sopan. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, terlihat sangat lelah, terbata-bata menceritakan garis besar kejadian itu, meskipun sebenarnya dirinya benar-benar tidak ingin mengingatnya kembali.

Bisa dikatakan kali ini Clarice Lu terlalu menganggap enteng hal itu, terhadap serigala biasa, dengan gerakan-gerakan bela diri dasar yang dia pelajari dan alat setrum listriknya itu sudah lebih dari cukup, namun pria yang ditemuinya kali ini adalah bekas tantara, pria itu mengetahui beberapa teknik bela diri, trik kecil Clarice Lu tidak memiliki efek apa-apa, dia sudah lama mengulur waktu dengan pria itu, kalau bukan karena Lewis Tang yang datang tepat waktu, apa yang akan terjadi selanjutnya, benar-benar tidak berani dia bayangkan..

“Hanya ini? Kamu sebaiknya memikirkannya dengan hati-hati, dan lihat apakah ada hal lain yang ingin kamu tambahkan.” Polisi wanita yang mencatat testimoni darinya itu mengangkat kepala dan menatapnya, dengan pena ditangannya, nada bicaranya terdengar stereotip.

Clarice menggeleng-gelengkan kepalanya, “Hanya sebatas itu yang bisa aku ingat.” Kalau harus mengingat kembali dengan detail, ingatan tentang pria itu yang menindihnya di atas kasur itu benar-benar membuatnya mual.

Polisi wanita itu menanyakannya beberapa pertanyaan lagi, lalu menyerahkan kertas testimoni itu kepadanya, membiarkan Clarice Lu menandatangani kertas itu setelah mengeceknya kembali.

“Kamu sekarang sudah boleh pulang, kalau masih ada masalah, kita akan menghubungimu.” Setelah mendapatkan testimoninya, mereka melepaskan Clarice Lu.

Clarice hanya diam dan mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu membungkus rapat tubuhnya dengan jas itu, berdiri, kemudian berjalan keluar ruangan itu.

Dalam koridor panjang itu, Lewis Tang berjalan keluar dari ruangan sebelah, kemejanya dipenuhi kerutan, berbeda dari biasanya, bibir tipis dan kaku milik pria itu tertutup rapat, memberikan perasaan yang sangat suram kepada orang lain.

Berdiri disampingnya adalah Kendrick Tang, satu tangan pria itu menjinjing tas kantornya, dan tangan satunya lagi menjabat tangan kedua polisi yang dikenalnya itu, ketika pria itu berbalik dan melihat Clarice Lu, sudut bibirnya refleks terangkat, sambil tersenyum berkata, “Apa perlu memakai jasaku lagi, aku sebagai pengacara pembelamu? Melawan kasus pelecehan seksual ini, masih ada diskon dua puluh persen.”

“Terima kasih banyak, benar-benar sudah merepotkan.” Jawab Clarice Lu dengan pelan, dia melirik Lewis Tang yang berada di dekatnya itu dengan malu-malu, tampilannya terlihat menyedihkan. “Apa kamu terluka? Maaf sudah merepotkanmu.” Suaranya semakin lama semakin kecil, suaranya seperti menghilang dipenghujung kata-katanya.

Lewis Tang menutup rapat mulutnya, ekspresi pria itu benar-benar dingin dan suram, sepasang mata gelap yang melebihi gelap malam itu menatapnya dalam, sampai-sampai membuat Clarice Lu merasa malu.

Dia sudah menyiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dari pria itu, namun, Lewis Tang hanya diam, tanpa berbicara apa-apa, berbalik badan dan berjalan keluar, sosoknya yang pergi meninggalkan tempat itu terlihat sangat dingin.

Clarice Lu tertegun di tempatnya, tiba-tiba dia merasa hatinya hampa.

Di depan kantor polisi itu terparkir mobil Audi Q7 berwarna hitam milik Kendrick Tang, pria itu mengendarai mobil dan Lewis Tang duduk di kursi depan disebelahnya, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari kotak rokok dan menyalakannya.

Mobil itu melaju menyusuri jalanan, Lewis Tang terus diam sambil menghisap rokoknya, asap putih itu memudar dari sisi jendela yang terbuka itu, sementara udara dingin terus mengalir masuk dari jendela itu, terpaan angin itu membuat orang yang ditiupnya semakin tersadar.

Kedua tangan Kendrick Tang itu mengenggam setir mobil, sambil memperhatikan arah mobil, dirinya juga memperhatikan Lewis Tang dari kaca spion yang ada di depannya, namun dirinya hanya melihat pria itu dengan sebelah tangannya bersandar di atas jendela mobil itu, ekspresi wajahnya dingin, sepasang mata hitamnya itu gelap tidak berdasar.

“Sedang memikirkan apa? Sampai-sampai satu patah pun tidak keluar dari mulutmu. Biasanya, setelah seorang pahlawan menyelamatkan wanita cantik, seharusnya mendekap wanita cantik itu dalam pelukkannya, lalu dengan mengikuti alurnya, melangkah ke jenjang berikutnya, mana ada yang seperti dirimu ini, berdiam diri, tidak mempedulikan orang lain, benar-benar telah menyia-nyiakan kesempatan bagus seperti ini.”

Menghadapi Kendrick Tang yang terus berbicara tanpa henti itu, Lewis Tang seperti tidak mendengarnya sama sekali, bahkan posturnya pun tidak bergerak sedikitpun, hanya ada dua jari tangannya yang ramping dan panjang itu menjepit sebatang rokok yang menyala.

Mobil itu berhenti di perempatan jalan menunggu lampu merah, Kendrick Tang mengangkat sebuah telepon masuk, telepon itu dari rumah sakit, setelah menutup teleponnya, dirinya lagi-lagi berkata kepada Lewis Tang, “Clarice Lu juga bukannya benar-benar diapa-apakan oleh pria itu. Kamu juga terlalu kelewatan memukulnya, patah tulang, pendarahan dalam, untungnya orang itu belum mati, sekarang sudah sadarkan diri. Untung dia seorang yang tahu diri, tahu kalau orang yang dibuatnya marah itu adalah anggota Keluarga Tang, langsung membuat penawaran pribadi, cukup memberinya ganti rugi uang dan masalah selesai.”

Lewis Tang masih sama tidak bersuara sama sekali, baginya, Clarice Lu itu disenggol saja tidak boleh disenggol, kalau seandainya orang itu benar-benar telah berbuat macam-macam terhadap Clarice Lu, aneh kalau sampai Lewis Tang tidak membunuhnya.

Mobil itu berhenti di depan gedung apartemen LinXi itu, ketika Lewis Tang kembali ke rumah, Dyson juga baru saja dijemput Kak Ipar Yue pulang dari taman kanak-kanak, sedang duduk di atas sofa ruang tamu sambil membaca komik, melihat Lewis Tang masuk, dia langsung datang ke sisi pria itu, lalu dari dalam lemari sepatu itu menjinjing keluar sandal rumah Lewis Tang dan meletakannya di bawah kaki pria itu.

Hati Lewis Tang seketika langsung melembut, menjulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut anak itu.

“Tuan Tang sudah kembali,” Kak Ipar Yue keluar dari dapur, dia sudah selesai menyiapkan makan malam dan memanggil Dyson untuk makan.

Dyson menarik-narik ujung kemeja Lewis Tang dengan tangan kecilnya yang lembut itu, ingin makan bersama dengannya.

“Kamu makan duluan ya, aku mau ke atas, mandi.” Ucap Lewis Tang, lalu menyerahkan anak itu kepada Kak Ipar Yue, dan berjalan naik ke kamarnya di lantai dua.

Dibelakangnya air shower itu terus mengalir, Lewis Tang berdiri di depan kaca kamar mandi dengan bertelanjang dada, dada depannya dan otot lengan atasnya penuh dengan luka lebam. Ditekan sedikit saja, sakitnya membuat orang menghirup dalam-dalam udara dingin.

Lewis Tang terus mngerutkan alisnya dalam-dalam. Terlihat jelas kalau lawannya itu bisa berkelahi, dirinya pun bisa terluka, apalagi Clarice. Untungnya wanita itu cukup cerdas, bisa mengulur waktu, jika tidak…… jika tidak akan bagaimana jadinya? Dirinya sendiri pun tidak berani membayangkan kelanjutannya.

Jadi karena itu dia menjadi bertambah kesal. Clarice Lu rela menemui jalan buntu dimana-mana, sampai-sampai harus berhadapan dengan orang yang memiliki niat buruk seperti itu, tapi tidak mau datang mencari dirinya.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu