Waiting For Love - Bab 216 Mengapa Kamu Meninggalkan Aku Sendirian Di Rumah Sakit?

"Lewis Tang, jangan buang-buang tenagamu, anak kita telah tiada."

Kata-kata Clarice Lu, Lewis Tang tidak langsung merespon. Orang yang pintar seperti CEO Tang, ada waktunya juga untuk tidak berpikir.

Dia memandang Clarice Lu, pandangannya lebih dalam, juga semakin tenggelam, dan akhirnya tenggelam ke dalam jurang maut yang tak berdasar. "Clarice Lu, jangan membuat lelucon seperti itu."

Clarice Lu yang ada di sebelahnya dengan tangan menggenggam erat, wajahnya tenang dan acuh tak acuh. Dia menatapnya balik, emosiku sudah tidak meledak. "Aku tidak ingin bercanda denganmu." Apakah aku harus menemanimu memeriksa ke rumah sakit untuk membuktikannya? Lewis Tang, percaya atau tidak,itu terserah kamu."

Setelah selesai bicara, dia berbalik badan dan ingin kembali ke kamar, jelas-jelas hanya beberapa kata, tetapi itu membuat Clarice Lu lelah. Tampaknya setelah mengucapkan kata-kata ini, dia telah menghabiskan semua kekuatannya.

Tiba-tiba, Lewis Tang menarik tangannya, begitu keras, seperti hampir menghancurkan tulangnya. Dia mengerutkan alisnya, menatapnya, sangat dalam, matanya hitam pekat menakutkan.

"Kenapa?" Suaranya serak.

Clarice Lu tahu apa yang telah dia salah pahami, dia pikir dia sengaja membuang anak itu.

Namun, dia tidak mau menjelaskan, juga tak berdaya menjelaskan. Anak mereka sudah tiada, inilah hasilnya. Walaupun hasilnya tidak dapat dirubah, prosesnya juga menjadi tidak penting lagi.

Terlebih lagi, dia meninggalkannya sendirian di rumah sakit. Setiap kali, disaat paling menyakitkan dan tak berdaya, saat dia membutuhkannya, Lewis Tang tidak menemaninya, sekarang, dia juga tidak menanyakan apapun. Tetapi Clarice Lu merasa, dia juga tidak perlu menjawab pertanyaan untuknya.

"Apakah kamu membutuhkan begitu banyak alasan? Lewis Tang, mengapa kamu meninggalkanku sendirian di rumah sakit? Jika kamu tidak pergi, mungkin kamu masih bisa bertemu anakmu untuk terakhir kalinya."

Clarice Lu menatapnya dengan dingin.

"Carol Lin dia" Lewis Tang berbicara setengah, dan tidak ada suara. Untungnya, dia masih masuk akal. Berpindah kepada Carol Lin, akan memperburuk keadaan.

Jadi, inilah keheningan. Demikian pula, Lewis Tang juga tidak bisa menjelaskan kepergiannya waktu itu.

Clarice Lu tersenyum dingin dan mencibir, Carol Lin, lagi-lagi Carol Lin, bagi dia Carol Lin sungguh penting sekali.

"Kamu mengatakan bahwa kamu dan dia hanya memainkan pertunjukan, tetapi permainannya berlebihan, permainan yang sangat mudah menjadi kenyataan. Lewis Tang, mungkin, kamu lebih cocok dengan Carol Lin."

"Clarice Lu selesai bicara, dia berjuang untuk membuka tangannya, dan mata Lewis Tang memerah, memegang pergelangan tangannya, apapun tidak boleh dilepaskan."

"Ayah, kakak, kalian jangan bertengkar." Pada saat itu, pintu kamar anak-anak ada sedikit celah, dan munculah kepala kecil, wajah kecil Dyson menatap, dengan ketakutan dan gugup melihat Lewis Tang dan Clarice Lu.

Clarice Lu tidak berbicara. Wajahnya yang pucat tidak enak dipandang.

Lewis Tang mengerutkan alisnya, tetapi pelan-pelan melepaskan tangannya.

Dengan keheningan, dia mengambil jaket di sofa, berbalik badan dan jalan mengarah ke pintu.

"Ayah!" Dyson keluar dari kamar, dan mengejar sampai depan pintu.

Lewis Tang berjongkok, dan menatapnya, tatapannya terlihat sedang dalam suasana hati yang rumit. "Jika ada waktu ayah akan datang melihatmu lagi, kamu harus mendengarkan kakakmu, paham?"

Dia mengulurkan tangannya dan mengelus kepala anaknya.

Dyson tertawa dan mengangguk. Matanya melihat Lewis Tang keluar pintu dan pergi.

Meskipun ini akhir pekan, Tang's Corp masih menyala terang, departemen pemasaran dan keuangan semuanya bekerja lembur. Pada Senin sore, banyak tawaran untuk pemangunan jalan kota, proyek ini tidaklah kecil, keuntungan cukup besar, bagi Tang's Corp juga bukanlah hal yang kecil.

Kemudian, sampai di hari Senin lagi, CEO Tang tidak terlihat, ponselnya juga tidak bisa dihubungi, telepon rumah juga tidak ada yang angkat, seluruh CEO kantor mengalami kesulitan.

"Bagaimana ini, sudah sebesar ini masih bermain petak umpet." Alex tidak tahan dan mengomel ke Felix Ang, pertemuan pagi dipimpin oleh dia, berpikir bahwa Lewis Tang akan datang di sore hari, ternyata tidak datang juga. Lewis Tang selalu sangat baik dalam menangani pekerjaan, dan ini pertama kalinya dia tidak dapat diandalkan.

Melihat waktu rapat sudah semakin dekat, Alex mencoba untuk datang ke villa dia.

Saat dia sudah menyetir setengah jalan, dia menerima telepon dari Carol Lin, dia tidak bisa menghubungi Lewis Tang, dia sangat khawatir, hanya bisa bertanya pada Alex.

"Aku sudah mau sampai villa, apakah kamu ingin bersama-sama pergi?"

Alex memutar setirannya, setelah menjemput Carol Lin, mereka pergi ke villa Lewis Tan.

Mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban, Alex langsung masuk dan mencari alat untuk membuka kunci pintu, pintu masuk villa telah terbuka.

Ketika mereka berdua masuk, mereka melihat ruang tamu yang berantakan, tidak ada barang yang dapat diselamatkan.

Vas bunga antik yang tidak ternilai harganya, lampu antik yang sangat mahal, asbak kristal asli dan lainnya, sisa pecahannya tersebar di lantai.

Lewis Tan duduk di tengah-tengah keberantakan, bersandar ke sofa, kemejanya kusut, sekelilingnya botol kosong. Udara dalam rumah dipenuhi dengan bau alkohol yang menyengat.

"Lewis Tang!" Carol Lin melangkah melewati pecahan-pecahan, khawatir dan mendatanginya.

Saat ini, sebelumnya belum pernah terlihat bersedih, tatapannya kosong, seperti orang yang kehilangan jiwanya. Dia perlahan-lahan menatap Carol Lin, matanya merah, seperti tanpa bayangan.

"Lewis Tang, apa yang terjadi?" Carol Lin meraih salah satu lengannya, lengannya tergores agak dalam oleh pecahan vas, darahnya telah mengering, tidak begitu mengerikan.

Lewis Tang tampaknya benar-benar mabuk, dia tidak menjawab, tetapi menggenggam botol yang ada ditangannya, dan menbanting kepalanya.

"Karena apa, setiap kali dia seperti orang gila, semuanya itu tidak lepas dengan Clarice Lu." Alex berjalan, dan mengerutkan kening, nadanya bercampur dengan ejekan ysng tidak bisa dijelaskan.

Lewis Tang sangat tenang, tetapi dunia ini, segala sesuatu memiliki kekurangan, Clarice Lu adalah alasan yang membuatnya tidak tenang.

Carol Lin mendekatinya, wajahnya terlihat agak gelap. Setelah hening beberapa saat, dia berbicara kepada Alex, "Bukannya kamu bilang ada pertemuan yang sangat penting di sore hari? Melihat kondisinya, sepertinya Lewis Tang tidak bisa hadir untuk mempimpin pertemuan itu. Aku akan tetap disini mengurus dia, kamu kembali duluan ke perusahaan, jangan menunda urusan kantor."

Alex mengangguk, bahkan tidak ada gunanya dan akan sia-sia jika sekarang membawa Lewis Tang ke tempat pertemuan.

Setelah Alex pergi, Carol Lin berusaha untuk mengangkat Lewis Tang ke atas sofa.

Dia pergi ke ruang peralatan, menyapu lantai dari pecahan-pecahan, kemudian ke dapur mengikat celemek untuk memasak sup dan bubur.

"Lewis Tang, minum sup dan tidur lagi." Dia memegang mangkuk dengan satu tangan dan satu tangan lagi menarik Lewis Tang.

Lewis Tang tiba-tiba menarik kembali tangan Carol Lin, matanya merah, suaranya serak, sedikit berbisik, berbisik dengan suara rendah.

"Lewis Tang, apa yang kau katakan?" Caron Lin membungkuk untuk mendengarkan, akhirnya terdengar jelas apa yang dia katakan.

Dia berkata, "Clarice Lu, aku tahu kamu membenciku, mengapa kamu tidak datang untuk aku, mengapa harus menyakiti anak kita, dia juga sebuah nyawa."

Suaranya, diisi dengan rasa putus asa dan kesedihan.

Carol Lin membiarkannya menggenggam tangannya, dalam beberapa saat, tidak bergerak.

Untuk pertama kalinya aku melihat Lewis Tang seperti ini, lemah seperti anak kecil. Tak berdaya dan membuat orang sedih.

Carol Lin selalu iri kepada Clarice Lu, dia telah menyerahkan masa depan, menyerahkan semua harga diri dan kebanggaan, tidak mengeluh hidup susah bersama Lewis Tang, tetapi tidak bisa mendapatkan kelembutan darinya. Sedangkan Clarice lu yang tidak melakukan apapun, mebuat Lewis Tang terdiam seperti orang mau mati.

Sekarang, dia membenci Clarice Lu, kerinduannya akan pria dan cinta, Clarice Lu bisa mendapatkannya dengan mudah, tetapi setelah dia mendapatkannya, dia tidak menghargainya.

"Lewis Tang, dia benar-benar tidak layak." Dia tiba-tiba tanpa sadar melepaskan tangannya, lengannya ditarik Lewis Tang sampai memerah. Dapat dibayangkan, bahwa Lewis Tang tidak ingin melepaskannya. Sayangnya, yang tidak ingin dia lepaskan, bukanlah dirinya.

Sinar matahari sore menyorot dari jendela ke lantai, yang jelas hangat. Tetapi Carol Lin tetap merasa dingin. Mendengar Lewis Tang berteriak memanggil nama Clarice Lu, seolah-olah suara itu menancap di hatinya, dia lebih menyakitkan daripada Lewis Tang.

Lewis Tang menarik tangannya dan bertanya, "Clarice Lu, beritahu aku, apa yang ingin aku lakukan, agar kamu bisa memaafkan aku?"

Pada saat itu, tiba-tiba muncul ide jahat Carol Lin, dia berdoa agar Clarice Lu tidak memaafkan Lewis Tang.

Dia sedikitpun tidak ingin melihat mereka terus bersama, tidak ingin melihat cinta dan kebersamaan mereka.

"Lewis Tang, mengapa kamu tidak bisa melihat keberadaanku selamanya?"

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu