Waiting For Love - Bab 277 Clarice, Jangan Tinggalkan Aku

"Lewis Tang, aku tidak perlu penjelasan. Hal semacam itu juga bukan pertama kalinya terjadi. Bukan karena dirimu dan Carol Lin tidak pernah tidur bersama, lalu kamu tidak bisa dikatakan berselingkuh. Kehadirannya, pada dasarnya sudah membuatku merasa tidak nyaman, tidak ada seorang wanita pun yang bisa tahan melihat suaminya sendiri bisa kapan saja dipanggil oleh wanita lain."

Kalau hari-hari seperti itu terus berlanjut, perpisahan antara dirinya dan Lewis Tang cepat atau lambat juga pasti akan terjadi. Kehadiran Carol Lin kalau dilihat seperti tidak memiliiki arti apapun, tetapi wanita itu justru memiliki kekuatan yang mematikan.

Selalu ada kata ‘perasaan’ yang tersembunyi dibalik kata-kata ‘cinta’.

"Lewis Tang, aku tidak perlu penjelasan, aku hanya perlu kamu berjanji kepadaku bahwa kamu tidak akan bertemu lagi dengan Carol Lin, juga tidak akan berkomunikasi lagi dengannya...... apa kamu bisa menepati janji itu?"

Setelah perang dingin yang mereka alami beberapa hari belakangan itu, ditambah dengan penyiksaan yang sudah lama dialaminya, sekarang, apapun syarat yang dilontarkan oleh Clarice Lu, Lewis Tang akan menyetujuinya.

Dirinya hanya merasa ragu untuk beberapa saat, kemudian menganggukkan kepalanya setuju.

Lewis Tang benar-benar merasa ketakutan, dia takut akan sekali lagi kehilangan wanita itu.

Dengan demikian, mereka berdua bisa dikatakan sudah berbaikan. Tetapi mereka masih tidur di kamar yang berbeda. Sesuatu seperti perasaan ini, sekali mengalami retak, tidak akan bisa langsung pulih dan kembali seperti semula hanya dengan dua atau tiga patah kata saja.

Hari-hari berikutnya, Lewis Tang selalu memperlakukan Clarice Lu dengan hati-hati, sampai-sampai dirinya bisa dibilang takut, takut akan membuat wanita itu pergi. Bahkan ketika ada sedikit saja perubahan ekspresi di atas wajah Clarice Lu, baik itu menggigit bibirnya, mengerutkan alisnya, dirinya akan langsung merasa cemas.

Elsa Mo berkata kepada Clarice, "Terkadang, orang harus sedikit lepas dalam menjalani hidup, dengan begitu kebahagiaan akan lebih mudah didapatkan. Kalau seandainya pada akhirnya kamu memutuskan untuk bersama dengannya, kamu harus bisa melupakan semua yang pernah terjadi di masa lalu. Kalau tidak, kamu akan merasa lelah, pria itu juga akan nerasa lelah, dan hari-hari yang kalian lewati bersama juga tidak akan memiliki arti lagi."

Clarice Lu tertawa sambil berusaha menahan tawanya, dan alih-alih meneruskan topik pembicaraan itu, dirinya membalas, "Aku bertemu dengan Chris kemarin, dia terlihat tidak terlalu bersemangat belakangan ini. Kamu, apa kamu benar-benar berencana untuk pergi dengan pria bernama Robert Lin itu?"

Clarice Lu juga baru mengetahui nama Robert Lin itu dari Lewis Tang, Chris Lu sangat jarang membicarakan perasaan dan kehidupan pribadinya dengan dirinya.

Tetapi, yang diketahui oleh Lewis Tang juga tidak banyak, ketika di Amerika, Robert Lin pernah menjadi atasannya Elsa Mo, dia lah yang berinvestasi dalam drama pertama yang dimainkan oleh Elsa Mo.

"Untuk sementara ini, masih belum pasti." Elsa Mo menggelengkan kepalanya sambil menaikkan pundaknya dengan sikap yang terlihat acuh.

Terlebih lagi, dirinya yang sekarang adalah ibu dari Angel, ada banyak hal yang harus dia pertimbangkan.

“Elsa Mo, kamu, apa kamu menyukai Robert Lin?” Tanya Clarice Lu dengan sedikit ragu. Selama ini, mereka selalu terbuka terhadap satu sama lain, tidak ada hal yang tidak mereka bicarakan, jadi barulah dia berani bertanya secara langsung seperti itu.

Setelah diam untuk beberapa saat, Elsa Mo tertawa, tawa yang terdengar seperti sedang menertawakan dirinya sendiri dalam ketidakberdayaan, “Tentu saja suka, kalau seandainya tidak lebih dulu bertemu dengan Chris Lu, aku yang sekarang harusnya sudah menjadi Nyonya Lin. Pria bernama Robert Lin itu, aku tidak berani banyak memujinya, tetapi dia benar-benar memperlakukanku dengan baik. Dibandingkan ikut dengan Chris Lu, aku bisa jauh lebih bahagia ketika bersamanya.

“Tetapi hatimu masih tidak bisa melepaskan kakakku.“ Ucap Clarice Lu secara terus terang dan tulus. Dia menepuk-nepuk tangan Elsa Mo sambil mengehela napas yang panjang.

Kalau seandainya Elsa Mo benar-benar sudah tidak mencintai Chris Lu, maka wanita itu bisa begitu saja meninggalkan Angel kepada Chris Lu dan pergi ke luar negeri bersama Robert Lin, pergi menjalani hari-hari bahagianya.

Yang namanya wanita, dari awal memang sudah menyedihkan seperti itu, meskipun hanya perlu waktu sedetik saja untuk jatuh cinta kepada seseorang, tetapi untuk melupakannya justru memerlukan waktu seumur hidup.

Waktu itu, meskipun Lewis Tang sudah mencabik-cabik dirinya, bukankah dia sendiri masih berusaha keras untuk melahirkan anak untuk pria itu? Dan sekarang, dirinya masih tidak bisa meninggalkan pria itu.

Hari sudah larut malam, ketika Clarice Lu pergi dari tempat Elsa Mo dan kembali ke vila.

Lampu dalam ruang tamu di lantai satu itu terus menyala, ketika dirinya masuk, hal pertaman yang dilihatnya adalah Lewis Tang yang duduk di atas sofa ruang tamu itu, pria itu mengenakan sebuah kemeja berwarna biru gelap polos dengan celana panjang hitam, dengan mata yang setengah menutup. Cahaya dari lampu gantung kristal itu menerangi dari atas dan membuat sebuah bayangan hitam dibawah kaki pria itu, seluruh pemandangan itu memberikan orang semacam perasaan sedih dan tertekan.

Melihat dirinya pulang, pria itu barulah perlahan-lahan berdiri dari sofa itu, sudut bibirnya sedikit melengkung ke atas, meskipun terlihat tenang, dalam, dan tidak terlalu berbeda dengan biasanya, tetapi perasaan lelah dan terluka justru muncul dari balik senyum itu.

Clarice Li mengganti sepatunya dan masuk ke dalam, lalu dirinya menunduk dan melihat jam tangan yang dikenakannya di atas tangannya itu, pukul sepuluh tepat, bagi Lewis Tang, jam sepuluh malam itu sudah termasuk pagi, dalam hari-hari biasanya yang harus pergi bertemu dengan klien, pria itu tidak mungkin pulang sepagi itu.

“Sudah pulang, apa kamu sudah makan?” Tanya pria itu.

“Aku sudah makan di tempat Elsa Mo sana.” Jawab Clarice Lu, bahasa mereka ketika berbicara sekarang menjadi jauh lebih formal, dan tidak bisa dipungkiri bahwa dibalik bahasa yang formal itu, mulai ada jarak diantara mereka.

Jarak diantara mereka itu sering membuat Lewis Tang merasa sedih dan putus asa. Dirinya selalu tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi Clarice Lu.

Di waktu yang sama, Dom berlari ke dekat Clarice sambil menggoyangkan ekor besarnya, wanita itu berjongkok, lalu menjulurkan tangannya dan mengelus-elus kepala besar hewan itu dengan lembut sambil bertanya, “Kamu tidak ada janji dengan klien malam ini?”

“Iya.” Jawab Lewis Tang datar.

Sementara pada kenyataannya, dari pagi hingga malam, CEO Tang benar-benar sibuk, bagaimana dirinya bisa memiliki waktu kosong untuk beristirahat? Hanya saja, ketika malam, pembantu dalam rumah itu meneleponnya dan berkata bahwa Clarice Lu terus tidak pulang ke rumah. Hatinya tidak tenang dan menyuruh Felix Ang untuk mengundur semua janji di malam itu.

Tetapi kemudian, dirinya sadar bahwa selain kembali ke rumah dan menunggu dengan pahit, dirinya seperti tidak bisa melakukan apa-apa.

“Untuk kedepannya, usahakan dirimu untuk pulang lebih awal lagi, Dyson ribut semalaman ingin pergi mencarimu, dia baru saja tertidur.” Suara Lewis Tang sangat lembut ketika berbicara dengan Clarice, nada bicaranya terdengar seperti sedang mengajak wanita itu berdiskusi.

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menjelaskan, “Aku selalu lupa waktu ketika mengobrol dengan Elsa Mo. Aku naik dulu untuk melihat Dyson.”

Setelah menyelesaikan perkataannya, dirinya berjalan naik ke atas dengan Lewis Tang yang mengikutinya dari belakang dan ikut naik ke atas. Dom mengikuti mereka dari belakang sambil menggoyang-goyangkan ekor besarnya, lalu duduk di ujung tangga itu, sambil mengangkat kepalanya dan menatap mereka pergi. Lantai dua adalah tempat terlarang baginya, peraturan itu tidak pernah berubah dari dulu.

Di dalam kamar Dyson, sebuah lampu tidur berwana kuning hangat masih menyala seperti biasanya, anak itu tidur dengan pulas di atas tempat tidur mungil itu sambil diselimuti dengan sebuah selimut tipis.

Clarice Lu berjongkok di samping tempat tidur itu kemudian membungkukkan tubuhnya dan mencium pipi lembut anak itu, lalu sudut bibirnya refleks naik, membentuk sebuah senyuman tipis. Setiap kali melihat Dyson, hatinya selalu meleleh. Seluruh perasaan sedih dan khawatir yang dimilikinya seperti lenyap dengan seketika ketika dirinya mencium wajah mungil anak itu.

Pandangan mata lembutnya itu terus terarah ke atas wajah mungil Dyson, sementara dibelakangnya, Lewis Tang justru sedang melihat ke arah dirinya. Lengan pria itu perlahan-lahan merangkul pinggangnya, dengan diam menariknya masuk ke dalam pelukkannya.

Tubuh Clarice Lu menjadi kaku untuk beberapa saat, tetapi dirinya tidak mendorong pria itu. Begitu saja, mereka berdua berpelukan dalam diam, dirinya mendengar Lewis Tang mengeluarkan suara bernapas yang sangat pelan, suara itu seperti menyimpan perasaan lelah dan putus asa yang sangat dalam.

Setelah meninggalkan kamar Dyson, Clarice Lu kembali ke kamar utama, sedangkan Lewis Tang masih harus pergi ke ruang baca untuk bekerja.

“Jangan tidur terlalu malam.” Ucap pria itu.

“Iya.” Clarice Lu menganggukkan kepalanya, lalu berbalik badan dan membuka pintu kamar itu.

Tetapi di waktu itu, Lewis Tang justru memanggilnya, “Clarice.”

“Masih ada urusan lain?” Clarice Lu menoleh ke belakang dan melihat pria itu.

Lewis Tang menggerakkan bibirnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya pria itu hanya mengatakan selamat malam dengan datar.

Sebenarnya, dia ingin menanyakan masalah pernikahan mereka kepada wanita itu. Pada mulanya, mereka memutuskan untuk mengadakan resepsi pernikahan di awal bulan depan, tanggal pun sudah mereka putuskan. Tetapi semenjak muncul ‘masalah Carol Lin’, tidak ada satu pun dari mereka yang mengungkit masalah pernikahan itu lagi. Hal itu seperti dibiarkan mengantung begitu saja.

Mereka memang sudah mengambil buku nikah, sudah menjadi pasangan suami istri yang sah. Tetapi tanpa ada resepsi pernikahan, Lewis Tang selalu merasa seperti ada sesuatu yang kurang dan hal itu membuatnya merasa tidak tenang.

Sedangkan Clarice Lu sama sekali tidak tahu dengan pikiran pria itu, dan dulu, ketika tidak mengerti dengan pria itu, dirinya akan berusaha keras untuk menebaknya, tetapi sekarang, dia hanya merasa lelah, juga malas untuk menguras energinya lagi.

“Malam.” Setelah menjawab dengan satu kata itu, dirinya membuka pintu itu dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Pintu yang terbuka dan tertutup itu untuk sekali lagi memutus mereka berdua.

Lewis Tang kembali ke ruang baca itu dengan diam, sedikit rasa kesepian muncul dari balik bayangan tubuhnya yang tinggi dan besar itu.

Lewis Tang terus sibuk dengan pekerjaannya, lampu di dalam ruang baca itu terus menyala semalaman, Clarice Lu lah yang akhirnya mematikan lampu itu.

Setelah bangun di pagi hari, dengan tubuh yang masih berbalut pakaian tidur, dia berjalan melewati pintu ruang baca itu, meskipun hari sudah terang, dirinya menemukan bahwa lampu di dalam ruangan itu masih menyala.

Clarice Lu lalu mengetuk pintu itu dengan pelan, tidak ada balasan dari dalam. Dirinya kemudian menjulurkan tangannya dan menggenggam gagang pintu itu, lalu dia mendorong pintu itu terbuka dan masuk ke dalam.

Dua komputer di atas meja kerja yang besar itu masih dalam kondisi menyala, tetapi kursi besar di sisi meja itu kosong.

Dia memutar kepalanya dan melihat pria itu tertidur di atas sofa besar didekatnya. Untungnya sofa kulit di dalam ruang baca itu cukup lebar dan besar, jadi tubuh tinggi dan besar pria itu tidak terlihat begitu kesempitan berbaring di atas sofa itu.

Hanya saja, pria itu masih mengenakan setelan kemeja dan celana panjang kemarin malam itu, yang terlihat sedikit tipis. Meskipun sudah berada di penghujung musim panas, tetapi sulit untuk memungkiri bahwa udara malam dan pagi masih terasa sedikit dingin,

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, kemudian kembali ke kamar untuk mengambil sebuah selimut tipis lalu menyelimuti Lewis Tang dengan perlahan.

Dia tidak tahu apakah Lewis Tang benar-benar sudah tertidur atau berpura-pura tidur. Karena pria itu langsung terbangun dan menjulurkan tangannya, kemudian menggenggam tangannya dengan erat.

Pria itu membuka lebar sepasang mata hitam dan dalam miliknya, lalu melihat ke arahnya dengan pandangan mata yang terlihat bingung dan kosong, “Clarice, jangan tinggalkan aku.” Suaranya terdengar serak seperti gumaman, seperti sedang mengigau dalam mimpi.

Clarice Lu refleks ingin melepaskan tangan pria itu, tetapi bukan hanya dirinya tidak berhasil menarik tangannya lepas, pria itu justru menariknya dengan kuat, seluruh tubuhnya langsung tertarik ke depan dan jatuh ke atas tubuh pria itu.

Lengan kekar milik Lewis Tang itu langsung merangkul pinggang kecilnya.

“Lewis Tang, lepaskan aku.” Ucapnya sambil mengerutkan alis, detik itu, Clarice Lu seperti bisa seratus persen yakin bahwa Lewis Tang tadi hanyalah berpura-pura tidur. Bagaimana mungkin seorang pria yang begitu peka tidak mendengar ketukkan pintu sebelum dirinya masuk.

Lewis Tang tidak bermaksud melepaskannya sedikit pun, seorang pria cerdas seperti dirinya, tentu saja bisa membedakan dengan jelas apa perlawanan seorang wanita itu benar-benar merupakan sebuah penolakkan atau sebuah pancingan.

Perlawanan yang diberikan oleh Clarice Lu itu tidaklah kuat, dirinya lalu langsung membalikkan tubuhnya dan menimpa wanita itu di bawah tubuhnya.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu