Waiting For Love - Chapter 163 Tidur Sambil Memelukku

Darwin Lu dan Natalia Liang datang berkali-kali untuk mencari Clarice, karena David Luo dulunya pernah berkata kepada Castellia Lu, Clarice adalah wanita yang benar-benar dicintainya di lubuk hatinya yang terdalam, sementara kehadiran Castellia Lu tidak lebih dari seorang pengganti saja.

Mereka merasa, jika didunia ini masih ada seseorang yang bisa membujuk David Luo, maka orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Clarice Lu.

Malam hari setelah pulang kantor, Lewis Tang menelepon dan mengabarinya bahwa malam itu mungkin akan bertemu klien hingga larut malam, menyuruh Clarice untuk pulang duluan seorang diri.

Clarice Lu seorang diri mengendarai mobil, pulang ke vila, setelah melewati pintu masuk itu, dirinya baru menyadari kalau dia lupa membungkus makan malam. Dia melihat-lihat isi kulkas di dalam dapur, tentu saja ada bahan makanan di dalamnya, tetapi dia tidak bisa masak, juga takut repot. Maka dari itu, dia hanya merebus mie untuk mengisi kelaparannya.

Dom adalah seekor anjing besar yang sangat menyukai manusia, hanya perlu Clarice Lu berada di rumah, tidak peduli dirinya melakukan apa, anjing itu pasti mengikutinya dari belakang seperti sebuah buntut. Ketika Clarice Lu duduk di dalam ruang tamu untuk menyantao mienya, Dom berguling di bawah kakinya, menyantap makanan anjing impor di dalam mangkuknya.

Didalam vila yang sangat besar itu, seorang manusia, seekor anjing dan seekor kucing, memiliki hubungan yang sangat harmonis.

Waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul dua belas malam ketika Lewis Tang sampai di rumah, lampu di dalam kamar masih menyala, Clarice Lu sedang tengkurapan di atas tempat tidur, alisnya yang cantik itu mengerut erat, wajahnya terlihat tidak begitu bagus karena pucat.

"Ada apa?" Lewis Tang melepaskan jasnya, dan duduk di sisi tempat tidur itu, kemudian langsung merangkul Clarice ke dalam pelukannya, telapak tangannya memegang dahi dingin milik wanita itu.

"Perutku sakit." Jawab Clarice Lu sambil mengerutkan alisnya, suaranya juga terdengar lemah.

Jari panjang Lewis Tang itu menekan-nekan daerah sekitar perutnya, menanyakan bagian mana yang terasa sakit, sakit yang bagaimana. Lalu berkata, "Seharusnya tidak ada masalah serius, untuk sementara ini minum obat dulu, kalau masih tidak membaik, baru kita pergi ke rumah sakit."

"Iya." Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan patuh, dia juga tidak ingin repot-repot pergi ke rumah sakit di tengah malam itu, dan lagi itu bukannya tempat yang menyenangkan.

Lewis Tang mencari-cari obat maag di dalam kotak obat, kemudian menuangkan separuh gelas air hangat dan memberikan obat itu kepada Clarice Lu. Setelah meminum obat, Clarice kembali berguling di datas tempat tidur.

"Sudah makan malam?" Tanya Lewis Tang lagi.

"Sudah, sudah makan." Jawabnya.

Lewis Tang turun dan berjalan ke dapur, kemudian melihat kotak sisa mie instan di dalam kotak sampah di atas lantai itu. Wanita itu berkata sudah makan, ternyata makan makanan instan seperti itu. Lambungnya pada dasarnya sudah tidak bagus, masih makan mie instan pedas, kalau perutnya tidak sakit itu baru namanya aneh.

Lewis Tang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menggulung lengan kemejanya, dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam kulkas itu, kemudian mulai memasak bubur untuk Clarice Lu.

Setelah bubur itu jadi, dia membawanya ke dalam kamar, menyuruh Clarice menyantapnya sebagai cemilan malam.

Clarice duduk di atas tempat tidur sambil menyantap bubur itu, cairan hangat masuk ke dalam lambungnya, dia merasa sekujur tubuhnya menjadi hangat dan nyaman.

"Pelan sedikit, hati-hati panas." Lewis Tang mengingatkan dengan penuh perhatian.

Setelah selesai menyantap bubur itu, Clarice Lu merasa perutnya sudah tidak terlalu sakit, kemuan kembali berbaring di atas tempat tidur itu. Lewis Tang menyelimutinya dengan perlahan, gerakannya seperti bisa dikatakan penuh perhatian sampai hal yang terkecil.

Waktu sudah melewati pukul satu dini hari, Clarice Lu terbaring di atas tempar tidur, namun dirinya justru berbalik-balik tidak bisa tertidur.

"Kenapa? Apakah masih sakit?" Lewis Tang yang berbaring disampingnya terbangun duduk, lalu menghidupkan lampu tidur yang tergantung di atas dinding itu.

Clarice Lu menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menyandarkan kepalanya di di atas pundak pria itu.

Lewis Tang menatap lurus wanita di dalam pelukkannya itu, lalu berbicara dengan pelan, "Tidak bisa tidur, apa ada masalah yang membebani pikiranmu?"

"Tidak, hanya merasa sedikit terganggu." Clarice Lu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pria itu, lalu menghela napasnya dengan ringan.

"Kamu ingin membicarakannya denganku?" Tanya Lewis Tang, namun nada bicaranya justru tidak setegas biasanya, dan kalau wanita itu tidak ingin membicarakannya, Lewis Tang juga tidak akan memaksanya.

Clarice Lu merasa juga tidak ada yang perlu di sembunyikan, maka dari itu, dia menceritakan masalah David Luo dan Castellia Lu secara garis besar kepada pria itu, "Mantan suamiku mengahamili adik tiriku, lalu papa datang mencariku, menyuruhku untuk pergi berbicara kepada David Luo, menyuruh dia untuk menikahi Castellia Lu. Menurutmu, apa mungkin masalah ini tidak menggangguku?"

Setelah mendengar selesai, Lewis Tang menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil, "Kamu setuju untuk membantu kan? Kalau tidak, juga tidak mungkin mengganggu pikiranmu."

"Kamu pasti merasa aku terlalu mengurusi masalah orang lain kan?" Claricw Lu menjulurkan tangannya dan merangkul leher Lewia Tang, wajah kecil cantik miliknya itu bersungut-sungut.

Lewis Tang mencubit hidungnya, gerakan yang penuh kasih, tetapi ekspresi wajah dan nada bicaranya justru benar-benar serius, "Aku juga tidak ingin kamu mengurusi masalah ini, tapi aku tahu kamu tidak akan mungkin mendengarku."

Lewis Tang tentu saja tidak berharap Clarice Lu memiliki ikatan apapun dengan David Luo, hanya saja, dia paling mengerti emosi Clarice, wanita itu memiliki sifat yang keras, tetapi mudah percaya, hatinya juga lembut, kalau tidak juga tidak mungkin tergerak hanya dengan beberapa kata dari Darwin Lu.

"Sudah, sudah, tidur ya? Jangan berpikir yang macam-macam. Lewat beberapa jam lagi saja langit sudah berubah terang." Lewis Tang menyelimuti wanita itu dengan rapat.

Sepasang lengan lembut milik Clarice Lu itu masih melingkar di atas lehernya, matanya yang jernih itu sedikit menyipit, "Kamu peluk aku sambil tidur."

Lewis Tang mengeratkan lengannya, mendekap pinggang wanita itu, pandangan mata dalamnya menatap lurus wajah cantik wanita itu, sampai-sampai wajah Clarice Lu memerah karena tatapannya itu.

"Selain peluk, kamu masih ingin aku berbuat apa? Hem?" Dia sengaja menaikkan nada bicaranya, menunjukkan maksud menggoda.

Wajah Clarice Lu merah tersapu-sapu, wajah tampannya, jakunnya yang bergerak naik dan turun, sampai ke dadanya yang sedikit kembang kempis, semuanya seperti sedang melepaskan sebuah sinyal.

Setelah beberapa waktu saling bertatapan, wajah tampan pria itu perlahan semakin bertambah besar dalam mata Clarice, bertambah besar, dan pada akhirnya mencium mulut kecilnya yang sedikit melengkung.

Lewis Tang mendekap wanita itu bersama dengan selimut itu masuk ke dalam pelukkannya, meleburkan kedua tubuh mereka menjadi satu. Kedua orang itu berciuman dengan mesra, tangan Lewis Tang sudah masuk ke dalam selimut, terpisahkan pakaian yang tipis, pria itu mengusap pinggang wanita itu.

Tubuh Clarice Lu dibuat panas berapi-api dengan keahlian luar biasa pria itu, lalu diluar kendalinya, mulutnya mengeluarkan sebuah desahan pelan.

Napas Lewis Tang juga berubah bertambah berat, jika api cinta itu terus bertambah besar, api itu akan cukup membakar mereka. Wanita di hadapannya itu, dari awal tidak terlalu memiliki kemampuan apa-apa untuk menahan dirinya.

Dirinya mengeluarkan tangannya dari balik selimut itu sambil mengerutkan alisnya, menahan tubuh wanita itu, dan bernapas dengan terengah-engah. Mata cantik Clarice Lu sedikit buram, melihatnya dengan manja, seperti sedang menyalahkan dirinya mengapa berhenti.

"Belum puas, masih ingin lanjut?" Dua jari panjang dan cantik milik Lewis Tang itu mengangkat pelan dagu kecil wanita itu, mengelus pelan pipi halus dan lembut wanita itu.

Clarice Lu membenamkan wajahnya ke dalam dada pria itu karena malu, lalu menggenggam tangannya, memukul-mukul dada pria itu dengan manja.

Lewis Tang menangkap tangan wanita itu dan meletakkannya dijantungnya,lalu mengecup bibir wanita itu sambil tertawa kecil, "Jangan ribut lagi, tidur, kalau kamu masih tidak tidur, jangan berharap untuk tidur malam ini."

Clarice Lu tentu saja mengerti maksud perkataan pria itu, dengan mukanya yang merah itu, membungkus erat tubuhnya dengan selimut itu, dan membalikkan tubuhnya.

Lewis Tang mendekapnya dari belakang, dada hangat pria itu membungkus tubuhnya yang sedikit dingin, membuat Clarice Lu dengan cepat tertidur dalam pelukkan itu.

Jam yang tergantung di atas dinding itu sudah melewati pukul dua dini hari, Clarice Lu bangun pukul delapan pagi keesokkan harinya, dihitung-hitung dirinya hanya tidur selama enam jam, setelah terbangun, kepalanya masih terasa berat dan pusing.

Juga tidak tahu darimana Lewis Tang mendapatkan energinya itu, pria itu menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja, setiap malam tidur lima sampai enam jam, bahkan mungkin lebih sedikit lagi, tetapi keesokkan harinya tiba-tiba masih terlihat segar dan penuh energi.

Clarice Lu sedikit menyipitkan matanya, dengan malas-malasan merangkak turun dari tempat tidur itu, mengenakan sandal rumahnya lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi, setelah mandi, berganti pakaian, dan mengenakan riasan tipis, dia turun kebawah untuk sarapan.

Lewis Tang sudah menyantap sarapannya, tubuhnya mengenakan setelas jas dan sepatu kulit, duduk di atas sofa besar di dalam ruang dan menonton berita pagi. Dom sedang asik mengelilingi pria itu sambil berlari-lari dan melompat-lompat.

Ketika melihat Clarice Lu turun, anjing itu langsung menggoyangkan buntut besarnya sambil berlari mendekati, kaki depannya menempel di atas pinggang Clarice Lu, kepala besarnya mengusap-usap di atas pakaiannya, seperti seorang anak yang sedang bermanja-manja.

Clarice Lu tertawa sambil mengelus-elus kepala Dom, kemudian pandangan matanya tertuju ke arah Lewis Tang, berkata sambil tertawa, “Pagi.”

“Iya.” Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, “Pergi sarapan dulu sana, lambungmu tidak bagus, selanjutnya kamu harus makan tepat waktu, banyak makan bubur, atau makanan yang terbuat dari gandum dan lain-lain, makanan yang baik buat lambung, kurangi makanan yang pedas, terlebih lagi mie instan.”

“O, baiklah..” Jawab Clarice Lu dengan santai, dirinya merasa kalau CEO Tang benar-benar cerewet. Mungkin karena sudah terbiasa hidup bebas seorang diri, Clarice Lu sangat tidak suka diurus oleh orang lain.

Tetapi Lewis Tang seperti sangat suka mengontrolnya. Pria itu selalu menganggapnya seperti anak kecil.

Setelah selesai sarapan pagi, Lewis Tang bermaksud mengantarnya pergi ke kantor, tetapi justru ditolak oleh Clarice Lu.

“Aku akan pergi menemui David Luo pagi ini, tidak searah. Kalau kamu ingin mengantarku, harus memutar jauh, pinjami aku mobil saja.” Ucap Clarice Lu kepada pria itu sambil menundukkan kepalanya, berdiri di lorong depan pintu dan berganti sepatu,

Lewis Tang tentu saja tidak setuju wanita itu memiliki terlalu banyak kontak dengan David Luo, tetapi dia justru tidak berbicara apapun, juga tidak menampakkan sedikitpun perasaan tidak senang, “Semua kunci mobil ada di dalam laci di lemari bawah tv, ambil saja kunci mobil yang ingin kamu kendarai.”

Clarice Lu baru saja mengenakan sepatunya, jadi dirinya hanya bisa melepaskan sepatu di kaki kirinya dan melompat-lompat ke dalam ruang tamu, sekali dia membuka lagi itu dan melihat ke dalam, dua baris kunci mobil diletakkan sangat rapi, klau ingin dikatakan, mobil yang disukai oleh pria itu, Lewis Tang, lebih banyak dibandingkan sepatu di dalam lemari sepatu seorang wanita.

Karena mengejar waktu, Clarice Lu tidak melihat dengan teliti, dengan santainya mengambil kunci yang berada di paling pinggir, lalu berlari pergi. Dia baru menyadarinya setelah dia sampai di garasi, kunci yang diambilnya itu adalah milik sebuah mobil edisi terbatas Porsche 911.

Astaga, mobil itu benar-benar sangat memukau.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu