Waiting For Love - Chapter 87 Ternyata Ini Maksud Perkataan Lewis Tang Tidak Bisa Tidur (1)

“CEO Tang, apakah kita sudah bisa pulang?”

“Baiklah.” Lewis Tang menganggukkan kepalanya, melepaskan lengannya yang memeluk pinggang wanita itu. Dirinya yang enggan membuat Lewis Tang tidak ingin memaksanya pada saat itu.

“Saya pulang sendiri juga tidak masalah, sebenarnya CEO Tang tidak perlu repot-repot mengantar saya pulang.” Clarice Lu lagi-lagi berubah menjadi sangat sopan dan jauh.

Jarak diantara mereka yang sebentar-sebentar dekat dan sebentar-sebentar jauh itu terkadang membuat Lewis Tang merasa kesal, tetapi dirinya juga tidak berdaya menghadapi wanita itu.

Pria itu tertawa kecil, tawa gelinya itu dibalut candaan, “Tempat ini tidak bisa disamakan dengan hotel, dinding kabin ini tidak meredam suara dengan baik, ketika menginap disini, kebanyakan waktu tidak akan bisa tertidur.”

“Tunggu sebentar, aku akan pergi mengambil jaket untukmu, udara malam diatas laut sangat dingin.” Setelah menyelesaikan perkataannya itu, Lewis Tang memutar badan dan pergi mengambil pakaian untuk wanita itu.

Kali ini Clarice Lu menurutinya dengan baik, dia duduk menunggu diatas sofa, diwaktu yang sama, dari kamar sebelah, terdengar samar suara nafas pria yang berat, serta suara desahan nafas wanita, dan suara decitan ranjang yang terus bergoyang.

Pipi Clarice Lu samar-samar mulai memerah, ternyata itu yang dimaksud oleh Lewis Tang ketika berkata yang menginap disini akan sulit tertidur.

Karena Bangsawan baru akan berlabuh keesokan paginya, jadi mereka hanya bisa pergi dengan menduduki speedboat, speedboat itu melaju cepat diatas permukaan laut, angin laut dimalam hari juga sangat dingin, Lewis Tang mengambil sebuah mantel angin yang tebal untuk dikenakan oleh Clarice Lu, diatas mantel angin itu dirinya mengenakan jaket pelampung berwarna oranye, kedua orang itu duduk manis diatas speedboat, kembali kepinggir pantai.

Tetapi Lewis Tang tidak menyiapkan mobil untuk menunggu mereka disana, dan mereka tidak akan bisa memanggil taksi disana, Clarice Lu sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran pria itu.

Pria itu berjalan menyusuri sepanjang jalan pinggir pantai itu, Clarice Lu membungkus tubuhnya dengan mantel angin yang tebal, dan berjalan dengan sepasang kaki yang mengenakan hak tinggi, mengikuti pria itu dengan rapat dari belakang.

Belum sepuluh menit mereka melangkah, Lewis Tang menghentikan langkahnya didepan halaman sebuah vila berlantai dua, didepan pintu gerbang vila itu adalah sederetan lampu malam berwarna oranye, pria itu berdiri dibawah lampu, meluruskan punggungnya, dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku mantelnya, memutar balik kepalanya dan berkata kepada Clarice Lu, “Malam ini kita istirahat disini, besok pagi aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pulang.”

Clarice Ye mengangkat kepalanya melihat bangunan vila pinggir pantai yang cantik dan unik itu, namun kedua kakinya itu seperti ditahan, “CEO Tang, sekarang sudah sangat larut, kalau saya harus bermalam disini, rasanya tidak pantas.”

Lewis Tang berdiri membelakangi cahaya lampu itu, dibawah sinar lampu yang samar, tubuh pria itu terlihat sangat tegap, tinggi dan besar, wajah tampannya tersembunyi dibalik bayangan, Clarice Lu tidak dapat melihat dengan jelas ekspresi wajahnya yang sekarang, tetapi dia bisa merasakan bahwa mata tajam pria itu sedang menatap dirinya, menatapnya hingga tubuhnya kehilangan kendali, bergetar, dan perlahan menjadi panas.

“Aku tidak merasa bahwa tempat besar seperti ini tidak pantas untuk ditinggali oleh dua orang. Clarice Lu, aku memang ingin melakukannya denganmu, tetapi kamu tidak bersedia, dan aku juga tidak akan memaksakannya padamu.“ suara Lewis Tang masih serendah dan sedater sebelumnya, tidak terdengar perubahan emosi apapun, pria itu memang memiliki keahlian seperti ini, membuat semua perkataanya bisa diterima begitu saja.

Setelah pria itu selesai berbicara, dia mengambil kunci dan membuka pintu gerbang itu, lalu dengan langkah yang besar, dirinya berjalan masuk. Clarice Ye berdiri didepan pintu gerbang itu, tertegun sesaat.

Dirinya bimbang sejenak, bermalam dibawah satu atap dengan pria itu atau bermalam dijalanan, pada akhirnya dia memilih pilihan yang pertama, mengikuti pria itu dengan patuh, berjalan masuk kedalam vila.

Desain ruangan dalam vila itu membuat Clarice Lu sedikit terkejut, benar-benar bernuansa romantisisme, sofa yang berwarna merah, lampu kristal yang tergantung dari langit-langit ruangan, jendela yang berkisi-kisi, masih ada tirai kasa jendela yang tergantung, dan masih banyak yang lainnya, semuanya, benar-benar bukanlah selera Lewis Tang.

“Kamar tidur utama ada dilantai dua, kamu pergi duluan saja untuk beristirahat, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, malam ini aku tidur diruang buku.” Lewis Tang dengan santai melepas mantel itu dan meletakkannya diatas sandaran sofa merah itu, lalu pergi menuju kamar mandi dilantai satu.

Ruang buku itu dilantai satu, sedangkan kamar tidur utama itu dilantai dua, Lewis Tang menyampaikan maksudnya dengan jelas, malam ini dia tidak akan mengganggu wanita itu.

Clarice Lu mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menyeret gaunnya naik keatas. Mendorong buka pintu kamar utama itu, dekor dalam ruangan itu sangat sederhana, satu-satunya perabotan yang ada ialah tempat tidur bundar itu ditengah-tengah ruangan, tempat tidur itu sangat besar, seperti sudah menempati setengah dari luas kamar itu, ruangan itu hanya memiliki tiga dinding, satu sisi lagi merupakan sebuah jendela besar, bagian luar jendela itu adalah laut biru gelap, membuka jendela itu, angin laut seketika masuk melalui mulut jendela itu, bercampur samar dengan suara ombak dan aroma asin air laut.

Clarice Lu duduk ditepian tempat tidur itu, sedikit menaikkan dagunya memandang pemandangan laut dibalik jendela itu. Dirinya selalu menyukai laut, ketika masih kecil, impiannya adalah bisa membuka jendela ruangannya lalu menikmati angin laut yang bertiup masuk, dan ketika berbaring diatas tempat tidurnya, dirinya bisa menghitung bintang-bintang yang bertebaran diatas laut.

Ketika masih kecil, ayahnya berkata padanya, tunggu sampai dirinya menikah, akan menghadiahkannya sebuah vila dipinggir pantai sebagai mas kawinnya. Namun kemudian, ketika dirinya menikah dengan David Luo, dia dan ayahnya bertengkar besar, sejak itu, tidak ada lagi yang mengungkit tentang vila dipinggir pantai, hal itu bagaikan mimpinya sewaktu kecil saja.

Clarice Lu merasa sangat lelah, dirinya berganti mengenakan sandal anti air, bersiap-siap untuk mandi. Membuka pintu kamar mandi itu, dirinya lagi-lagi tertegun sesaat, didalam kamar mandi yang luas itu, adalah sebuah jacuzzi dengan lebar dua meter, yang cocok digunakan untuk mandi kembang. Dirumahnya yang lama, kamarnya juga memiliki kamar mandi yang sejenis dengan kamar ini.

Satu bangunan vila ini memberikan kesan yang bertolak belakang dengan Lewis Tang, sama sekali tidak cocok dengan pria itu, sambil mandi dibawah kepala shower itu, Clarice Lu masih berfikir, apa mungkin CEO Tang membeli vila itu dari tangan kedua, dan belum sempat mengganti desain interiornya.

Selesai mandi, Clarice Lu merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur bundar yang besar dan empuk itu, lalu sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut sutera yang lembut, dirinya memandangi laut dan bintang yang ada diluar jendela. Jelas-jelas dirinya sudah sangat mengantuk, tetapi dia tidak bisa terlelap.

Dan lagi, suaminya menanggap dirinya yang jelas-jelas hidup, makhluk hidup yang sebenarnya, sama seperti sebuah barang, dan mempertaruhkannya diatas meja judi, hatinya bagaikan tersumbat sebuah barang, sakit.

Dirinya tahu bahwa David Luo tidak mencintainya, tetapi setelah bertahun-tahun dia bekerja membanting tulang untuk pria itu, meskipun pria itu tidak memiliki perasaan apapun terhadap dirinya, paling tidak pria itu memiliki rasa terima kasih. Clarice Lu tidak pernah menyangka, bahwa David Luo bisa sedingin itu terhadap dirinya.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu