Waiting For Love - Bab 274 Bahkan Memohongi Aku Saja Kamu Tidak Mau

“Dengar dari Carol Lin, hari ini ia bertemu dengan kamu di rumah sakit, kenapa, kamu merasa kurang sehat kah?”

Lewis Tang mending jangan mengungkit tentang Carol Lin, sekali ia mengungkit Carol Lin, Clarice Lu langsung merasa kurang senang. Ia melempar bantal yang ada di dalam genggaman tangannya ke ranjang dengan kuat, sambil melihat dia dengan sinis dan berkata, “Carol Lin benar-benar sahabat dekat mu ya, melaporkan semuanya dengan detil kepada kamu.”

Kebingungan terlintas di tatapan Lewis Tang dengan sejenak, dia sedikit kaget kalau reaksi Clarice Lu akan begitu besar.

“Clarice, kamu hari ini kenapa? Aku hanya perhatian dengan kamu saja.”

“Tidak perlu perhatian dari mu, mending kamu kasih sama orang lain saja, tidak perlu menghabiskan rasa perhatian mu di aku.” Clarice Lu merasa sedikit kesal, berada dalam satu ruangan dengan Lewis Tang, membuat dia merasa tertekan dan kesal tanpa sebab.

Terpikir bibir Lewis Tang yang pernah menciumnya mungkin juga pernah mencium Carol Lin, mungkin juga ia pernah melakukan hubungan intim dengan wanita lain………….berpikir seperti itu, Clarice Lu pun merasa sangat jijik.

Dia membawa selimut dari ranjang, menutup pintu dengan kencang, dan pergi ke kamar tamu.

Clarice Lu belum tahu apakah ia akan menanyakan 'insiden parfum' kepada Lewis Tang. Kalau ia benar-benar bertanya padanya, dan apabila Lewis Tang mengakui hubungannya dengan Carol Lin, apa yang bisa dia lakukan, masa baru terima surat nikah saja, sudah harus diganti dengan surat perceraian?!

Tapi menyuruh dia bersikap pura-pura tidak tahu apa-apa, dia juga tidak sanggup menahannya.

Setelah bunyi suara pintu yang ditutup dengan kencang, kamar tidur utama pun terasa hening dengan sangat aneh. Lewis Tang menaruh handuk yang ada di tangannya, membiarkan air menetes dari rambutnya, dengan perlahan menetes ke dadanya dan mengalir ke bawah.

Dia sedikit mengernyit, dia merasa bingung dengan kesalnya Clarice Lu tadi. Masalah dia dan Carol Lin, dia tidak pernah menyembunyikan apapun darinya, sejak awal, dia dan Carol Lin tidak akan pernah memiliki kemungkinan dalam bentuk apapun, siapa yang ada di dalam hatinya, dia mengetahuinya dengan jelas.

Lewis Tang tidak buru-buru pergi menghibur Clarice Lu, dia memberikan waktu pada mereka masing-masing untuk menenangkan diri.

Lalu ia mengeringkan rambut dengan hair dryer, setelah mengganti baju tidur, ia baru ke kamar tamu yang di sebelah.

Pintu kamar yang terkunci, ia mengetuknya beberapa kali, namun tidak ada respon dari kamar tersebut. Sepertinya, Clarice Lu benar-benar kesal. Namun dari pandangan Lewis Tang, ia merasa benar-benar tidak perlu cemburu atas hal ini.

“Clarice, buka pintu” Lewis Tang sambil memanggilnya dari luar pintu dengan lama, dan Clarice Lu sama sekali tidak meresponnya. Dia tidak berdaya, alhasil ia membuka pintu dengan kunci cadangan.

Setelah masuk ke dalam, ia hanya melihat Clarice Lu sedang berbaring dengan berbalikkan badan di ranjang kamar tamu, dan menutupi diri dengan selimut sampai ke kepala, seperti seekor burung unta.

Lewis Tang dengan tidak berdaya sambil menggelengkan kepala, dan terduduk di samping ranjang, menarik selimutnya. Clarice Lu juga sedang marah besar, dan mereka berdua mulai tarik menarik lagi.

Namun sikap Lewis Tang sangat baik, dengan sabar sambil menghiburnya. Seperti dahulu, setiap kali mereka berdua berantem, tidak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah, pada akhirnya pasti Lewis Tang yang tunduk mengaku salah duluan, walaupun sebenarnya, dia kadang juga tidak tahu salahnya dimana.

Setelah lama ia menghibur Clarice, wajahnya pun baru terlihat sedikit senang, akhirnya Lewis Tang memeluk Clarice serta selimutnya ke dalam pelukan, berdua pun terbaring di ranjang, dan malam itu, mereka berdua tertidur di kamar tamu.

Keesokkan hari, Clarice Lu tetap bolos kerja, dan Lewis Tang tetap bangun pagi, sebelum berangkat, ia tidak lupa untuk mencium pipi Clarice Lu.

Pada saat itu, dia masih enggan untuk bangun di dari ranjang, matanya menyipit sampai segaris, dengan samar ia melihat Lewis Tang mengenakan setelan jas dan sambil membungkuk di samping ranjang.

Ia terbiasa mengulurkan tangan dari selimut dan merangkul leher Lewis Tang.

“Sudah mau berangkat?” dia bertanya dengan suara pelan, karena baru terbangun, suaranya pun terdengar kurang jelas.

“Iya.” Lewis Tang menganggukkan kepala, dan tersenyum dengan hangat, “Jangan tidur sampai terlalu malam, ingat untuk sarapan ya.”

“Iya.” Dengan turut Clarice Lu menganggukkan kepala.

“Hari ini kamu masuk kerja kah?” Lewis Tang kemudian bertanya lagi.

Clarice Lu sambil menggelengkan kepala, “Aku berjanji dengan Elsa Mo mau pergi SPA.”

“Oke.” Lewis Tang dengan lembut membelai rambutnya yang ada di kening dan memberikan kecupan di atas keningnya, lalu ia baru berangkat.

Mobil dari kantor sudah menunggu di depan vila daritadi, Lewis Tang naik ke dalam mobil, dalam perjalanan ke kantor, ia sambil membaca beberapa dokumen.

Dia kalau sudah sibuk, pasti sibuk seharian, sampai di malam hari, ia diingatkan oleh Alex, kalau tidak, ia hampir lupa janjinya dengan Carol Lin.

Kemarin Carol Lin meneleponnya, mengajak dia dan Alex serta Falcon Jiang dan kawan-kawan untuk berkumpul. Karena tidak lama sebelum ini, ia baru saja mengisi form untuk belajar di luar negeri, setelah melihat arsipnya, sebuah lembaga medis di Amerika Serikat sangat puas terhadap dirinnya dan memberikan tawaran yang jauh lebih menarik daripada tawaran dalam negeri, dan akhirnya Carol Lin pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri, dan ia akan berangkat bulan depan.

Kumpul mereka kali ini juga sebagai acara perpisahaan untuk Carol Lin.

Lokasi tersebut dipilih oleh Alex, sebuah restoran jepang yang terkenal di Kota B, karena Carol Lin juga lebih suka.

Beberapa orang duduk bersama, topik bicara pun menjadi lebih banyak, sebagian pembicaraan mereka adalah mengenang masa lalu. Saat masih kuliah, Lewis Tang dan Carol Lin adalah teman sekelas, Falcon Jiang dan Alex mengenal Carol Lin lewat Lewis Tang.

Carol Lin lembut dan cantik, pada saat itu banyak pria yang mengejarnya, namun ia tidak menyukai siapapun. Semua orang tahu kalau di dalam hati dan matanya hanya ada Lewis Tang, sayangnya, di dalam hati dan matanya Lewis Tang, hanya ada Clarice Lu.

“Aku ingat pada saat itu, kalian setiap hari selasa pasti bermain bola di lapangan basket sekolah, aku dan dua orang teman sekamar ku pasti akan memberikan semangat kepada kalian setiap minggunya. 3 step layup nya Lewis paling bagus, dan Falcon Jiang mengenakan baju basket nomor 11, saat itu wanita paling cantik di jurusan kami diam-diam menyukai kamu, semua orang bilang kalau kamu lebih ganteng daripada Rukawa Kaede. Dan juga Alex, kamu setiap lomba pasti melakukan three-point field goal, tapi bolanya tidak pernah masuk ke dalam ring……”

“Carol, bisa tidak kamu jangan mengungkit masa lalu ku yang memalukan itu.” Alex sambil berkata dengan wajah merahnya.

Falcon Jiang sambil tertawa sambil merangkul bahunya, orang ini paling takut mengenang masa lalu, sekali mengenangnya, dia langsung merasa dia sekarang sudah tua.

Mereka meminum Sake saat makan, walaupun alkoholnya tidak tinggi, tetapi akan membuat orang menjadi mabuk juga jika minum terlalu banyak.

Carol Lin minum dengan sedikit kencang, dengan terhuyung ia berdiri dan pergi ke kamar kecil.

“Kamu bisa tidak, apakah butuh aku yang menemani kamu?” Alex bertanya dengan sedikit khawatir.

Carol Lin melambaikan tangan padanya, dan berkata dengan tertawa, “Aku pergi ke kamar kecil wanita, kamu juga tidak bisa ikut aku masuk.”

Tidak lama setelah Carol Lin keluar dari ruangan VIP, hp Lewis Tang langsung berbunyi, ia menunduk dan melihat pada tampilan layar hp, ternyata telepon tersebut dari Kendrick Tang.\

“Aku keluar bentar mau terima telepon masuk.” Habis ngomong, Lewis Tang langsung berdiri dengan merndorong pintu ruang VIP dan keluar.

“Ini satu satu ini……….ayo kita minum.” Kata Alex sambil mengangkat gelas, dan cheers dengan Falcon Jiang.

Lewis Tang berdiri di koridor sambil menerima telepon masuk, koridor tersebut termasuk hening, terkadang hanya ada beberapa orang yang lewat.

Suara Kendrick Tang terdengar sangat senang atas masalah yang terjadi dari sebelah telepon, gara-gara masalah David Luo, Alice Lin pun sampai cari ke Keluarga Tang, membuat keributan heboh di rumah Tang, benar-benar sangat dramatis, dan membuat Nyonya Tua Tang murka, lalu beliau pun memarahi Derrick Tang sampai habis.

Lewis Tang hanya mengerutkan alis, ia tidak terlalu ingin mendengarkan masalah tentang Derrick Tang dan Alice Lin, tidak banyak berkata, ia langsung mematikan telepon.

Ia baru menyimpan hpnya, Carol Lin pas keluar dari kamar mandi, sambil bersandar ke dinding dengan satu tangan, berjalan dengan terhuyung ia ke arahnya. Saat ia sampai di depan Lewis Tang, kakinya tiba-tiba tidak stabil, hampir terjatuh.

“Hati-hati.” Lewis Tang langung mengulurkan tangan dan menopangnya.

Namun Carol Lin malah menggenggam tangannya, dengan sangat erat.

Lewis Tang mengerutkan alis, setelah membantunya berdiri dengan stabil, dengan cepat ia menarik tangannya.

Badan Carol Lin menyandar ke dinding, mungkin karena efek minum alkohol, pipinya terlihat merah, matanya yang sayu, dan terlihat air mata dalam tatapannya.

“Lewis, bulan depan, aku akan terbang ke Amerika.”

“Iya.” Lewis Tang menganggukkan kepala.” Nanti aku dan Alex akan mengantar mu, nanti sering-sering berkontak saja.

Carol Lin malah menggelengkan kepala, “Tidak, jangan mengantar aku. Aku tidak ingin terlihat begitu sedih.” Tangannya menutupi dadanya, dibawah telapak tanganya, terasa nafasnya yang naik turun di dada.

Tatapannya berhenti pada Lewis Tang, kemudian ia tersenyum dengan pahit, “Hidupku ini, benar-benar menyedihkan. Baik orang yang mencintai aku, atau orang yang aku cintai, aku tidak dapat memilikinya, hanya bisa melarikan diri seperti seorang pengecut.”

Lewis Tang hanya terdiam seribu bahasa, dia tentu tahu dengan jelas, yang dimaksud dengan Carol Lin adalah Alex dan dirinya. Namun topik ini, dia juga tidak tau harus merespon dengan bagaimana.

Carol Lin seperti terus menahan diri, namun akhirnya ia tidak sanggup menahan air matanya juga, lalu ia menangis dengan sangat sedih. “Lewis, kalau, kalau tidak ada Clarice Lu, apakah kamu akan jatuh cinta pada ku?”

Carol Lin memberikan sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh dirinya lagi. Lewis Tang hanya mengerutkan alis, terlihat ekspresi yang tidak berdaya muncul di wajah tampan tersebut, “Carol Lin, kamu sudah mabuk.”

“Tidak, aku tidak mabuk, aku tidak ada satu saat pun yang lebih sadar daripada saat ini.” Carol Lin menatap matanya, bersikeras ingin mendapatkan jawaban dari Lewis Tang.

“Lewis, apakah kamu akan jatuh cinta pada ku?”

Lewis Tang sambil menatapnya dengan mengerutkan alis, sepasang matanya, terlihat begitu tenang seperti biasanya. Carol Lin merasa hatinya terus terjatuh dan terjatuh lagi. Sikap Lewis Tang kepadanya, selalu bisa serasional dan sedatar ini.

‘Carol Lin, hidup ini tidak ada “kalau”. Aku tidak ingin membohongi dirimu, aku juga tidak ingin membohongi diri sendiri.”

Habis mendengar ucapan tersebut, Carol Lin tersenyum dengan pahit, sambil meneteskan air mata. “Lewis Tang, kamu benar-benar……….membohongi aku saja kamu tidak mau.”

Lewis Tang tetap terdiam menghadapnya.

Kemudian Carol Lin mengulurkan tangan dan mengusap air mata yang ada di wajahnya, rasa mabuk sepertinya menghilang sedikit. Ia membuka lebar tangannya, menghadap ke Lewis Tang dan berkata, “Bisa kamu memberikan ku sebuah pelukan perpisahaan?”

Lewis Tang hendak berpikir bagaimana cara menolaknya, Carol Lin malah sudah memeluknya.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu