Waiting For Love - Bab 247 Jika Perasaan Masih Ada, Maka Cinta Tidak Akan Padam

Lalu, dua orang berdiri dibawah payung besar berwarna biru, menolak untuk mengalah.

Lewis Tang melihat jam tangan besi yang ada di pergelangan tangannya. Dia berkata dengan nada bicara yang agak tidak ada pilihan, “Berkendara dari sini kembali ke villa, bolak balik, udara sudah mau dingin. Apa membiarkanku tinggal membuatmu merasa canggung?”

Clarice Lu menatapnya, bibirnya rapat dan tidak berbicara.

Lewis Tang dengan alaminya mengerti apa yang tertulis dalam otaknya. Sebagian besar, bukan karena dia bisa membaca pikiran, tapi Clarice Lu yang terlalu gampang, selalu menuliskan pikirannya dalam wajah.

“Aku jamin tidak akan menyentuhmu hari ini.”

Clarice Lu dengan terpaksa membawanya pulang ke rumah karena mendapatkan jaminannya.

Pengasuh dan Dyson yang dirumah sudah tidur. Setelah masuk, mereka tidak berani bersuara terlalu kuat. Clarice Lu langsung mendorongnya masuk ke kamar utama, seakan dia adalah orang asing.

Perasaan seperti ini mengapa bisa membuat orang merasa selingkuh.

“Clarice Lu, apa kamu sangat tidak sabar.” Kata Lewis Tang dengan menghilangkan senyumnya.

Clarice Lu menatapnya dengan galak. Biasanya, pria yang berpotensi adalah bajingan. Oleh karena itu benar bahwa sifat kesamaan pria selalu lebih besar daripada sifat individu sendiri.

“Kamu mandi di kamar mandi dalam kamar. Aku gunakan yang diluar.” Clarice Lu mengeluarkan satu set pakaian tidur yang bersih dari lemari, membawanya dan pergi meninggalkan kamar.

Setelah Clarice Lu selesai mandi, berganti baju dan masuk kembali ke dalam kamar, Lewis Tang yang sudah selesai mandi sedari tadi berdiri di depan jendela dan merokok. Tercium aroma asap rokok yang bertebaran di udara.

Gambaran seperti ini, mengulang ketidaksengajaan lima tahun yang lalu. Kecuali yang dikenakannya sekarang.

Pinggang Lewis Tang hanya berbalut sebuah handuk mandi yang besar. Tubuh bagian atasnya merah, rambut pendeknya tidak dilap kering, butiran air mengalir mengikuti ujung rambutnya, melewati dadanya yang berkulit kecoklatan. Sangat seksi dan sangat menggoda.

“Lewis Tang, bisakah kamu agak memperhatikan dampak.” Clarice Lu dengan cepat menutup matanya, takut bintitan karena melihatnya.

Lewis Tang membalikkan badan melihat ke arahnya, tersenyum dengan tampan. Dia langsung memadamkan rokoknya, melangkah ke depannya.

“Kalau begitu bagaimana. Di tempatmu ini juga tidak ada baju ganti untukku.”

“CEO Tang, apa barusan kamu itu juga telanjang? Kata Clarice Lu kepadanya dengan sedikit sindiran, merasa enak diganggu dan lucu.

“Sudah dimasukkan ke dalam mesin cuci.” Kata Lewis Tang dengan wajah tak bersalah.

Tidak peduli itu adalah kemampuan berbicaranya atau kemampuan berdebat, Clarice Lu mengalah. Dia tidak ingin mencari masalah karena kurang kerjaan. Dari dalam lemari, dia mengeluarkan sebuah selimut, melemparnya ke atas kasur yang besar.

“Selimutmu.”

“Tidak perlu repot-repot. Aku bisa berbagi satu selimut selimut denganmu.” Tangan Lewis Tang menyelinap dari belakang, memeluk pinggang Clarice Lu.

Clarice Lu sekuat tenaga menyingkirkan tangannya, “Sangat tidak puas, ya. Bagaimana kalau CEO Tang tidur di sofa di ruang tamu semalaman?”

“Apa kamu merasa nyaman bagiku untuk tidur di ruang tamu?”

Tentu sangat tidak nyaman.

Clarice Lu menatapnya dengan tajam, lalu berbaring menyamping di atas kasur. Selanjutnya, dia merasakan tempat di sampingnya menurun. Lewis Tang berbaring di sampingnya.

Lampu tidur dimatikan olehnya. Dalam sekejap kamar menjadi gelap, juga menjadi sangat tenang, tenang sampai suara nafas terdengar sangat jelas.

Setengah tahun yang lalu, mereka pernah tinggal bersama.

Setengah tahun, hanya sebuah seratus tiga puluh hari yang singkat. Clarice Lu malah merasa seperti sudah seperti masalah di kehidupan yang lalu. Malam-malam seratusan hati itu, tidak ada yang tahu bahwa dalam dirinya sangat merindukan dan haus akan kehangatan tubuhnya dan rasa aman yang diberikan kepadanya.

Di sampingya, Clarice Lu hampir tidak pernah tidak bisa tidur. Dengan cepat dia akan merasa kantuk. Kesadarannya setengah tertidur dan setengah sadar, samar-samar. Dia merasa ada sebuah kehangatan yang terus-menerus mendekat, memeluknya.

Clarice Lu menggerakkan tubuhnya karena sadar. Tidurnya masih belum lelap. Dalam sekejap dia terbangun. Dia langsung menemukan, pria disampingnya yang tidak tahu sejak kapan sudah berbaring di dalam selimutnya.

“Lewis Tang, kelakukan kamu ini tidak ada habisnya, ya.” Terbangun karena terganggu, nada bicara Clarice Lu tidak terlalu bagus. Dia menaikkan pandangan melihat ke arahnya. Dalam kegelapan, dia melihat api yang membara di matanya.

Saat itu, tubuh keduanya menempel sangat dekat. Handuk yang mengelilingi pinggangnya setelah mandi, sejak awal sudah tidak tahu di mana. Clarice Lu bergerak memberontak secara perlahan, dan merasakan tubuhnya berubah sesuai instingnya.

“Aku dan kamu, sejak dulu masih belum selesai.” Telapak tangannya menarik dagunya dengan lembut, menggemakan suara di telinganya, terkesan gelap dan hubungan yang ambigu antara mereka berdua.

Pipi Clarice Lu memerah. Dia merasakan tubuhnya memanas. Untungnya sudah gelap, membuatnya tidak mati kutu.

Seorang wanita yang normal, mungkin tidak banyak yang bisa tahan dengan godaan Lewis Tang. Tentu saja, jiwa raga Clarice Lu sangat normal. Oleh karena itu dia sangat jelas, apa yang akan terjadi jika dibiarkan terus seperti ini.

Namun, hari ini dia benar-benar sangat lelah, sama sekali tidak ada kekuatan untuk mengulangnya lagi. Hal seperti sex ini, juga pasti ada kontrolnya. Segala sesuatu bagus kalau tidak berlebihan.

“Lewis Tang, jangan lupa janjimu padaku sebelum melewati pintu.” Saat dia semakin dekat, Clarice Lu memperingatinya.

Dan Lewis Tang malah memeluknya, menariknya ke dadanya sendiri. Hanya dengan menundukkan kepala bisa mencium bibir lembutnya, “Aku janji untuk tidak menyentuhmu hari ini, tapi sudah lewat jam dua belas dini hari. Ini adalah hari kedua.”

“Kamu!” Clarice Lu terganggu, tapi dia malah dibuatnya kehabisan kata-kata. Dibandingkan dengan orang tua yang licik, dia lebih buruk daripada Lewis Tang.

Dengan pasif dia terperangkap dalam pelukannya. Lewis Tang seperti tidak ingin melepaskannya, dan ciuman itu pun datang.

Ciumannya agak sedikit agresif, seperti sudah menahannya sejak lama, dan saat itu, dengan tidak sabar meminta pada bibirnya. Clarice Lu tidak begitu nyaman dengan ciumannya yang kasar, ritme nafasnya berantakan, hampir mati lemas.

“Lewis Tang, cukup.” Dia memberontak, mencoba untuk mendorongnya.

“Bagaimana kalau tidak cukup?” Seperti sudah melewati waktu yang lama, dia baru menyudahi ciuman itu. Sepasang bola mata menatapnya dengan dalam, seperti bisa menelannya kapan saja.

“Lewis Tang, kamu ini tahu malu tidak?” Clarice Lu terengah-engah. Hanya sebuah ciuman. Dia merasa dirinya sudah lemah karena hampir tidak bertenaga. Bahkan kata-katanya saat memarahi orang seperti mengerutu malu-malu.

Clarice Lu menyampingkan pipinya. Walaupun tidak bersedia meneruskan bersamanya, tapi malah kelelahan sudah tidak bertenaga ribut lagi. Matanya tertutup karena lelah, berharap dia bisa mengambil keputusan dengan cepat, membautnya bisa tidur dengan nyenyak.

Namun, Lewis Tang hanya sejenak menatapnya dalam-dalam. Selanjutnya, tangan yang berada di pinggangnya dilepas begitu saja.

“Tidurlah.” Dia hanya mengatakan satu kata, dengan hati-hati dan perhatian menutupnya dengan selimut. Lalu membalikkan badan turun dari kasur, berjalan masuk ke kamar mandi.

Selanjutnya, terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi.

Awalnya Clarice Lu merasa ada yang aneh. Tidak terpikirkan olehnya dia bisa pergi meninggalkan dirinya. Tapi dengan cepat, kantuk itu datang. Kesadarannya memudar di tengah-tengah suara gemercik air.

Saat terbangun kali ini, itu karena ada kedinginan di sisinya yang mengejutkan dan membangunkannya. Tangannya tanpa sadar memegangnya. Kedinginan di telapak tangannya mengejutkannya, dan langsung membuka mata. Dalam kegelapan hanya terlihat Lewis Tang yang terbaring dengan tenang di sampingnya.

“Sembarangan memegang apa? Bukankah ngantuk? Masih tidak tidur. Ingin aku meneruskannya?” dia memegang lembut tangannya, dengan lembut melepaskannya dari dadanya.

Dia baru saja memadamkan api. Hampir saja api itu nyala kembali karena sentuhannya yang tidak disengajai. Kalau kali ini dia memancingnya, maka itu bukan api yang bisa dipadamkan hanya dengan mandi air dingin sekali.

Sudah berapa lama dia tidak menyentuhnya? Seratus tiga puluh hari dan lima jam. Lewis Tang ingat sangat jelas, bahkan bisa dengan akurat menghitung detiknya.

Tampaknya waktu yang panjang. Baginya, malah sebuah waktu yang sangat lama.

Dia mengaku bahwa dia bukan pria yang manja. Tapi, di hadapan Clarice Lu, sifat dingin dan kepintaran yang dimiliknya hilang dalam sekejap. Dia seperti alasan baginya untuk tidak bisa tenang, tidak intellect lagi.

Dia hanya ingin memilikiny, ingin dia menjadi miliknya seorang.

Clarice Lu milik dirinya, empat kata ini, di hari-hari dimana mereka berpisah, dia pernah mengulangnya rarusan sampai ribuan kali. Sudah terukir di hatinya sejak awal. Hanya dengan hatinya tidak mati rasa, cinta terhadap dirinya juga selamanya tidak akan padam.

“Sedingin ini, kamu barusan mandi air dingin?” Tanya Clarice Lu dengan tertegun.

“Menurutmu.” Lewis Tang menaikan alis melihatnya. Matanya yang dalam tersirat kenakalan dan ketidakberdayaan.

Selanjutnya Clarice Lu seperti tahu akan sesuatu, lalu menutup bibirnya.

“Tidurlah, patuhlah.” Lewis Tang memeluknya kembali dengan lembut, membuat kepalanya bersandar pada lengannya, dan berkata dengan suara yang lembut.

Tubuh Clarice Lu berada di dadanya. Mendengar detak jantungnya yang kuat, memejamkan mata, dengan cepat dia tertidur.

Lewis Tang malah tidak kantuk. Walaupun api yang membara ditubuhnya sudah dipadamkan, tapi dalam hatinya masih saja tidak bisa tenang.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu