Waiting For Love - Bab 17 Apakah Kamu Itu Kura-kura Ninja?

David Luo pernah bilang bahwa ia akan menyelesaikan masalah ini. Clarice Lu mengira suaminya itu hanya akan bertindak seadanya. Ia sama sekali tidak menyangka pria itu akan mengeluarkan usaha sebanyak dan sekeras ini.

"Jadi sikapmu bagaimana? Berencana memaafkan dia?" Elsa Mo kembali bertanya.

Clarice Lu tahu yang Elsa Mo bicarakan adalah skandal perselingkuhan di Villa Blue Mountain. Tangannya yang tengah memegang pengering rambut berhenti bergerak. Pengering rambut itu persis berdengung di samping telinganya, tetapi dunianya menghening.

Tiga tahun ini mereka memang banyak bertengkar, tetapi ia belum menginginkan perceraian. Kesabarannya pada David Luo belum habis, ia masih ingin melanjutkan pernikahan ini.

Melihat Clarice Lu yang diam tanpa kata, Elsa Mo mengangkat bahu, "Mereka bahkan sudah tertangkap basah melakukan perzinahan, dan kamu masih tahan juga? Apakah kamu itu kura-kura ninja?"

Clarice Lu mematikan pengering rambutnya. Setelah mesin itu berhenti sepenuhnya, ia langsung mengalihkan topik seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Elsa Mo barusan, "Saya tidur di ruang tamu malam ini. Saya ingin membaca beberapa berkas, besok pagi harus bertemu dengan CEO Tang."

“Wah, kalau begitu kamu harus memperlakukan CEO Tang sebaik mungkin. Kalau kamu bisa membawanya ke ranjang, kamu akan untung besar."

Sesudah meninggalkan Elsa Mo, telinga Clarice Lu akhirnya merasa damai.

Malam itu tidurnya tidak bisa dikatakan pulas, badannya bolak-balik sepanjang malam. Ia bangun ketika subuh, dan kaget melihat kantung mata Elsa Mo yang lebih hitam darinya.

"Semalam musik kamar seberang sangat memekakkan telinga. Orang-orang sekarang sungguh tidak punya etika, bisa-bisanya mengganggu istirahat orang lain!" keluh Elsa Mo dengan gestur gemas. Ia hampir menonjok tembok.

Clarice Lu tidak menghiraukannya, ia sibuk mengoleskan pelembab di wajah. Ia kemudian bersiap turun dan masuk mobil.

Tanpa disangka, ketika ia baru berjalan sendikit, ia melihat Elsa Mo tengah bertengkar dengan tetangga yang tinggal di seberang apartemennya.

Suami tetangganya itu mengenali Elsa Mo dan ingin mengajak foto bersama, tetapi Elsa Mo, yang sudah terlalu kesal dengan kebisingan yang mereka buat semalam, menolak mentah-mentah dan malah memarahi mereka.

Clarice Lu mau tidak mau harus menyelamatkan reputasi Elsa Mo. Tetapi mendamaikan keduanya butuh waktu yang cukup lama, sehingga ia terlambat tiba di kantor Tang's Corp.

"Nona Lu, akhirnya kamu datang. CEO Tang dari tadi menunggumu," ujar Felix Ang sambil tersenyum.

Clarice Lu terhenyak. Kata "menunggu" ini sungguh tidak layak disematkan pada diri Lewis Tang. Semua orang bisnis tahu waktu Lewis Tang sama berharganya dengan uang.

Dan kata-kata indah Felix Ang barusan sebenarnya bermaksud menyalahkan keterlambatannya. Dalam diri Lewis Tang jelas tidak ada toleransi untuk orang yang terlambat.

Clarice Lu tidak menjawab. Ia lalu diantar Felix Ang menuju ruang kerja CEO.

Ini pertama kalinya ia memasuki ruang kerja Lewis Tang. Ruangan itu bernuansa gelap dan hitam, membuat siapa pun yang memasukinya merasa terintimidasi. Hiasan yang terlampau monoton membuat ruang kerja ini terasa semakin kosong.

Lewis Tang berdiri menghadap jendela. Potongan jas hitamnya sangat cocok dengan tubuhnya, sampai-sampai hanya dengan melihat bagian belakang jasnya saja Clarice Lu langsung merasa segan.

"CEO Tang, Nona Lu datang," ujar Felix Ang penuh hormat.

Lewis Tang menoleh ke belakang. Ia menatap Clarice Lu datar, lalu menunjuk sofa kulit yang tidak jauh darinya, "Silahkan duduk."