Waiting For Love - Chapter 172 Apa Kamu Rela Berkorban Untukku?

Dyson dan Clarice Lu terlihat sangat akrab, hal itu membuat Kendrick Tang yang duduk di hadapan mereka merasa benar-benar tidak nyaman. Tidak tahu kenapa, setelah mengetahui Clarice Lu adalah ibu kandung Dyson, dia justru menjadi bingung dengan sikap apa yang harus digunakannya ketika menghadapi ‘Kakak ipar ketiga’nya itu.

Sebuah perjamuan makan, masing-masing dari anggota keluarga itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Setelah Dyson meletakkan mangkuk dan sumpitnya, anak itu langsung menarik Clarice Lu pergi ke taman untuk bermain. Nyonya Tang melihat sepintas ke arak mereka, wajahnya terlihat muram, tetapi dia tidak berkata apa-apa, sementara yang lainnya lebih takut lagi untuk bersuara.

Selesai makan malam, Lewis Tang langsung menyetir mobil, membawa Clarice Lu dan Dyson pergi dari sana.

Lewis Tang mengendarai mobil, dan Clarice Lu duduk sambil memeluk Dyson di kursi belakang, mungkin karena terlalu asik bermain, sekali naik ke dalam mobil, Dyson langsung meringkuk dalam pelukkan Clarice dan tertidur.

Clarice Lu menundukkan kepalanya dan melihat ke arah anak dalam pelukkannya itu, tertidur dengan pulasnya, wajah mungil yang lembut dan pipi yang berisi, benar-benar imut. Clarice Lu tidak bisa menahan perasaannya untuk menunduk dan mencium wajah mungil itu.

Lewis Tang melihat wanita itu melalui kaca spion, lalu sudut bibirnya langsung terangkat membentuk sebuah senyuman.

Mobil itu melintasi jalan raya yang mulus, terus melaju sampai memasukki kompleks Villa LinXi. Setelah mobil itu berhenti, Lewis Tang turun duluan dari dalam mobil, kemudian membukakan pintu belakang, lalu mengendong Dyson dari atas tubuh Clarice Lu masuk ke dalam pelukkannya.

Clarice Lu kemudian mengikutinya turun dari mobil, setelah menutup pintu mobil itu, dia berjalan masuk ke dalam gedung dalam kompleks itu bersama Lewis Tang.

Dyson tertidur dengan sangat pulas, setelah sampai di rumah, Lewis Tang langsung membawanya ke dalam kamar, kemudian melepaskan sepatu dan kaos kaki anak itu, lalu, setelah menyelimutkannya dengan penuh perhatian, barulah dirinya keluar dengan hati-hati.

Di dalam ruang tamu, Clarice Lu sudah melepaskan sepatu yang dikenakannya, lalu dengan acuh menjatuhkan dirinya di atas sofa, dirinya terlihat sangat lelah dan tidak berenergi.

“Kenapa tidak pergi mandi?” Lewis Tang turun dari lantai atas, lalu melepaskan jas yang dipakainya dan meletakkannya di samping, kemudian menarik dasi yang terpasang di lehernya itu dengan tangannya.

Clarice Lu lelah sampai tidak ingin bergerak lagi, kepalanya berbaring di atas sandaran sofa itu, wanita itu sedikit bengong menatap langit-langit ruangan di atas kepalanya itu, Sepasang alis cantiknya itu datar.

“Lewis Tang, apa kamu merasa lelah?” Tidak ada angin, tidak ada hujan, wanita itu tiba-tiba bertanya.

“Hm?” Lewis Tang menarik lepas dasi itu dan melemparkannya ke samping, kemudian duduk di sebelah Clarice. Menatap wanita itu dengan sepasang mata gelapnya.

Clarice Lu dengan alami menyandarkan kepalanya di atas pundak pria itu, kemudian melanjutkan perkataannya, “Nenek sudah sangat jelas tidak suka denganku, Lewis Tang, apa kamu tidak lelah terus-terusan berada di antara diriku dan keluargamu?”

Jari panjang Lewis Tang dengan santainya memainkan dan mengikal-ikalkan helaian rambut wanita itu, sudut bibirnya terangkat memperlihatkan sebuah senyuman jahil, “Kasihan denganku? Kalau begitu, apa kamu rela sedikit berkorban untukku? Berusaha sedikit untuk mengikuti keinginan nenekku, buat dia senang. Orang tua sebenarnya mudah untuk dibuat senang, hal yang bisa dilakukan oleh Vanessa Bai, seharusnya tidak sulit untukmu kan?”

Setelah mendengar perkataan itu, Clarice Lu menaikkan dagunya, kemudian melihat dirinya dengan wajah yang cemberut, alisnya yang berkerut itu menunjukkan sedikit kekesalan.

Bukannya dia tidak bisa melakukannya, hanya saja dia tidak suka bermanis-manis di depan orang yang tidak mempedulikannya. Dulu Alice Lin tidak menyukai dirinya, dia juga memilih untuk menyikapi wanita itu dengan dingin, kemudian tetap berusaha bersikap hormat sambil tetap menjaga jarak.

Sebaliknya, sekarang, Clarice Lu sedang menimbang-nimbang apakah dia akan mendapatkan sesuatu yang setimpal kalau seandainya dirinya mengalah demi Lewis Tang.

“Aku akan berusaha.” Ucap Clarice Lu setelah diam untuk beberapa saat.

“Iya.” Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu mengecup kening wanita itu dengan perasaan puas, kemudian memberitahunya, “Besok aku akan pergi ke Kota Z, mungkin memerlukan waktu sekitar seminggu sampai aku kembali lagi, dalam waktu ini, kamu bisa tinggal disini dan mengembangkan hubunganmu dengan Dyson, tunggu sampai kita sudah menikah, Dyson akan pindah kemari dan tinggal bersama kita.”

“Siapa yang pernah berkata akan menikah denganmu?” Clarice Lu menatap dirinya dengan tatapan tajam, wajah wanita itu sedikit merah, nada bicaranya terdengar sedikit berpura-pura marah.

“Bukannya kamu sudah bertemu dengan keluargaku? Aku seudah menganggapmu setuju.”

“Aku sudah bertemu dengan keluargamu, kamu? Kapan kamu berencana untuk menemui kakakku?” Clarice Lu merasa karena sudah melangkah sampai di titik itu, juga tidak ada alasan untuk tidak melangkah lebih jauh lagi.

Mungkin, pria itu benar-benar bisa memberikannya kebahagiaan, kalau tidak mencobanya, bagaimana bisa tahu?

“Tunggu sampai aku kembali dari perjalanan bisnisku, kamu atur saja waktunya.” Jawab Lewis Tang, mata gelap dan dalam pria itu tidak bisa ditebak, mengubur emosi rumit miliknya, dan itu adalah sebuah emosi yang sama sekali tidak dimengerti oleh Clarice Lu.

“Pergi mandi sana, hari ini istiharat lebih awal.” Lengan Lewis Tang merangkul pinggangnya, kemudian menggodanya dengan mencubitnya.

“Lewis Tang, kamu jangan coba-coba. Ada Dyson.” Clarice Lu relfeks melirik ke ujung anak tangga itu, wajahnya terlihat takut.

Lewis Tang bersandar di pundak wanita itu dan menarik napas dengan dalam, udara disana seperti dipenuhi dengan perasaan cinta yang berlebihan, “Aku akan pergi melakukan perjalanan bisnis besok, apa jangan-jangan kamu tidak akan rindu denganku ketika berpisah selama seminggu?”

“Aku rindu dengan menggunakan pikiranku, bukan dengan tubuhku.” Clarice Lu memutar bola matanya di hadapan pria itu.

“Seluruh pikiran dan tubuhku sedang rindu.” Ucap Lewis Tang sambil tertawa dan menyelesaikan perkataannya, kemudian dirinya langsung menggendong wanita itu dari atas sofa dan berjalan ke atas dengan langkah yang lebar.

Sepasang lengan lembut milik Clarice Lu merangkul lehernya, dengan wajah yang merah, dia menyandarkan kepalanya di atas dada pria itu, membiarkan pria itu menggendong dirinya, selanjutnya, juga tentu saja membiarkan pria itu melakukan apa saja yang diinginkannya.

Setelah mereka tinggal bersama, dirinya perlahan juga sudah terbiasa dengan kehidupan yang ditemani pria itu. Berpisah untuk seminggu, dia benar-benar akan merindukkan pria itu.

Lewis Tang sudah melewati sudut tangga itu sambil menggendong Clarice, ketika dia sedang berencana untuk kembali ke kamar utama, pintu kamar anak itu tiba-tiba terbuka sedikit, terang lampu dari dalam ruangan itu keluar, dibalik pintu itu, muncul sebuah kepala mungil yang berambut hitam pekat.

“Papa, kakak cantik.” Dyson mengulurkan tangan mungilnya yang berisi itu, dan mengusap-ngusap matanya yang masih setengah terbuka itu.

Clarice Lu dengan panik melompat turun dari dalam pelukkan Lewis Tang, dan sedikit lagi membuat kakinya terkilir.

“Dyson, kenapa bangun?” Dia berjongkok dan setengah memeluk anak kecil yang belum benar-benar terbangun dari tidurnya itu.

Dyson dengan santainya bersandar dalam pelukkan Clarice Lu, sambil memajukkan bibirnya yang lembut itu, anak itu berkata dengan manja, “Aku ingin tidur bersama kakak.”

“Kamu sudah bukan anak kecil lagi, tidur sendiri.” Ucap Lewis Tang sambil mengerutkan alisnya, tanpa menunggu Clarice Lu menjawab.

Dyson menganggkat wajah mungilnya itu dan melihat dirinya, tetapi sepasang tangan mungil dan pendek itu justru merangkul erat leher Clarice Lu, tidak berniat melepaskannya sama sekali, “Papa lebih besar dariku, kenapa papa boleh tidur dengan kakak, tetapi aku tidak boleh?”

Perkataan polos anak itu membuat Lewis Tang dan Clarice Lu tidak bisa langsung menjawabnya, Clarice Lu tertawa sambil mengusap-ngusap kepala kecil Dyson, kemudian menuntun tangan anak itu kembali ke kamar utama.

Malam itu, Dyson tidur di atas tempat tidur besar di kamar utama, tidur diantara Lewis Tang dan Clarice Lu. Lewis Tang tentu saja tidak dapat lagi melakukan hal yang tidak pantas dengan anak kecil, bahkan kalau dirinya ingin memeluk Clarice, tangan yang dijulurkannya itu harus lebih dulu melewati anak yang berada di tengah-tengah itu.

Dia mulai sedikit ragu, mengenai keputusannya yang akan membawa Dyson tinggal bersama mereka setelah menikah, sepertinya harus dipikir-pikirnya lagi.

Dyson merangkul Clarice Lu ketika tidur, tetapi, postur tidur anak itu dari dulu tidak terlalu bagus, setelah tertidur, dirinya dengan alami berbalik ke dalam pelukkan Lewis Tang.

Lewis Tang menjulurkan lengannya dan merangkul tubuh mungil dan lembut anak itu dengan perlahan, melihat wajah yang hampir mirip dengan dirinya sendiri itu, hatinya seketika ikut melembut.

Ketika menaikkan pandangannya, dirinya tidak sengaja melihat dalam kegelapan itu, kepala Clarice Lu bersandar diatas lengannya, mentap dirinya dengan pandangan yang lembut.

Pemandangan seperti itu, dulunya hanya bisa muncul di dalam mimpinya. Bertahun-tahun di luar negeri itu, malam demi malam, dingin dan panjang, dirinya sering memeluk tubuh mungil Dyson, semalaman tanpa tidur, terus membuka matanya sampai hari terang.

Tidak ada seorangpun yang tahu, betapa dirinya merindukan Clarice sewaktu itu. Lebih tidak ada lagi orang yang tahu, seberapa sakit sebenarnya perasaan rindu semacam itu.

"Dyson sudah tidur?" Clarice Lu mengelus kepala Dyson dengan pelan.b

Lewis Tang mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian menyelimuti lagi anak itu dengan erat, menghindari dia demam karena menendang selimut itu dalam tidurnya, "Kamu juga cepat sedikit tidur, malam ini takutnya tidak akan bisa memuaskanmu."

Clarice Lu memelototi pria itu setelah mendengar perkataannya, kata-kata itu diucapkan seperti dirinya memiliki banyak kemauan yang tidak terpuaskan saja, jelas-jelas pria itu sendiri yang tidak habis-habisnya, terus memintanya kepada dirinya .

Ada satu anak diantara mereka berdua, meskipun mereka tidak bisa terjerat dalam sesuatu yang lebih dalam lagi, tetapi perasaan mereka bertiga tidur bersama itu justru sangat dalam dan sulit dijelaskan, bagi Clarice Lu, perasaan semacam itu adalah sebuah kehangatan. Sementara bagi Lewis Tang, itu adalah sebuah suka cita, dia juga merasa sangat puas.

Pesawat Lewis Tang itu adalah penerbangan pagi, ketika dirinya pergi, Clarice Lu dan Dyson masih belum bangun. Dia turun dari tempat tidur itu dengan pelan dan hati-hati, setelah mencuci muka dan menyikat giginya, dia berganti ke dalam setelan jas yang rapi, sebelum pergi, dirinya kembali lagi ke dalam kamar tidur itu.

Di atas tempat tidur yang besar dan lembut itu, Clarice Lu masih tertidur pulas sambil memeluk Dyson, Lewis Tang menghentikan langkahnya di samping tempat tidur, membungkukkan tubuhnya lalu mengecup pipi Clarice dan anak itu, setelah itu, barulah dirinya meninggalkan tempat itu dengan hati yang berat.

Mobil itu sudah lama menunggu dibawah gedung apartemen itu, melihat Lewis Tang yang menjinjing koper keluar, sopir itu dengan sigap langsung membuka pintu dan turun dari mobil, kemudian mengambil alih koper itu dari dalam tangan pria itu, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi di belakang.

“Bagaimana dengan Felix Ang?” Tanya Lewis Tang.

"Asisten khusus Lin dan Wakil CEO Yu sudah bersama-sama menunggu anda di bandara." Ucap sopir itu.

LewisTang mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian masuk ke dalam mobil. Menembus cahaya matahari pagi, mobil itu melaju dengan kecepatan yang stabil menuju bandara.

Sementara di waktu yang sama, didalam apartemen, Clarice Lu sambil bertelanjang kaki dan mengwnakan pakaian tidur, berdiri di depan pintu kaca geser besar, pandangannya terus mengikuti arah perginya mobil itu, terus sampai mobil itu hilang dari pandangannya.

Cahaya lembut pagi hari menyinari tubuhnya, wajahnya, hangat. Clarice Lu memutar kepalanya, di atas tempat tidur besar itu, tubuh mungil Dyson masih terkubur di balik selimut, tertidur pulas, dengan cahaya matahari yang jatuh mewarnai wajahnya.

Sudut bibir Clarice Lu sedikit terangkat keatas, hari tenang seperti itu, membuat dirinya tiba-tiba merasakan suatu perasaan yang disebut dengan kebahagian.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu