Waiting For Love - Chapter 87 Dirimu Bukanlah Milik David Luo, Melainkan Milikmu Sendiri (2)

Wanita itu mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menarik lengan baju David Luo,Clarice Lu terus berdiri dibelakang mereka, dan disaat itulah dirinya baru menyadari, wanita itu adalah wanita yang ditemuinya dalam kamar kecil tadi.

Wow, dari mana lagi munculnya wanita ini, kekasih baru David Luo? Pria itu benar-benar tidak bisa ditinggal sendirian hanya untuk sehari saja, perut Jasmine Man masih bertambah besar, dan David Luo tidak takut akan terjadi apa-apa dengan kandungan wanita itu.

Diwaktu yang sama, Lewis Tang sudah berdiri dari kursinya, dengan sebatang rokok yang menggantung dimulutnya, dirinya bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Tetapi David Luo tampaknya tidak berniat untuk membiarkan pria itu pergi begitu saja.

“CEO Tang takut?”

Lewis Tang menghembuskan asap tipis dari mulutnya, asap rokok itu mengepul diudara, matanya yang dalam membuat orang tidak dapat membedakkannya, “Hanya saja yang CEO Luo jadikan bahan taruhan itu adalah seorang istri, kalau anda tidak takut, bagaimana bisa saya menjadi takut, uang dan perusahaan hanyalah harta duniawi semata.”

Dirinya kembali duduk diatas kursi itu, dealer kembali membagikan kartu, David Luo mengambil langkah pertama dan membalikkan kartu terendahnya, sepasang kartu as, tiket kemenangan itu sudah ditangannya.

Lewis Tang menatap kartu yang dibuka oleh pria itu, namun tidak ikut membuka kartunya, sudut bibirnya yang kaku itu membuat lengkungan tipis, setelah hening untuk beberapa saat, dirinya berkata kepada David Luo, “Aku tidak ikut.”

Kata-katanya menandakan bahwa dirinya menyerah, dunia perjudian memiliki peraturannya sendiri, mereka yang memilih untuk mundur juga harus membayar biaya yang besar kepada lawannya. David Luo memenangkan uang itu, sambil menggandeng pasangannya, dirinya pergi dari tempat itu.

Sebaliknya, menunggu sampai pria itu meninggalkan arena berjudi itu, Clarice Lu barulah kembali kesisi Lewis Tang, menjulurkan tangan putih dan mulus miliknya, membalik kartu terendah milik Lewis Tang, flush, pria itu jelas-jelas bisa mengalahkan David Luo.

Clarice Lu menatap Lewis Tang dengan bingung, pria itu masih duduk diatas kursinya, dengan santainya menyilangkan kedua kaki panjangnya itu, tangannya menopang dagunya, lalu pandangan mata pria itu tertuju padanya, masih sepasang mata hitam yang sama, hitam dan dalam bagaikan tidak memiliki dasar.

“Kenapa mundur?” Clarice Lu tidak dapat menahan rasa penasarannya dan bertanya.

Lewis Tang tertawa kecil, lesung pipitnya itu sangat memikat hati, “Kalau aku menang, apakah kamu langsung bersedia bersama denganku?”

“……” Canggung, Clarice Lu tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Lewis Tang juga tidak ingin wanita itu menjawabnya, dia berdiri dari kursi itu, kembali ke sosok dirinya yang semula, dewasa dan stabil, dengan nada suara yang dalam berkata kepada wanita itu, “Apakah kamu sudah lelah? Temani aku pergi ke kamar tamu dilantai satu, ada barang yang harus aku ambil, lalu kita pulang.”

Clarice Lu mengikuti pria itu pergi meninggalkan arena judi itu, berjalan menelusuri tangga menuju kamar tamu dilantai satu kabin kapal itu. Dengan statusnya sebagai salah satu dari tiga investor itu, Lewis Tang memiliki sebuah kamar pribadi disana, dibandingkan dengan kamar presiden di hotel bintang enam, kamar tamu Bangsawan tidak kalah mewahnya, bahkan bisa dikatakan jauh lebih mewah lagi.

“Kamu duduk dulu, aku akan pergi mengganti pakaianku.” Lewis Tang dengan santainya meletakkan jasnya diatas sandaran sofa, lalu berjalan memasuki kamar pakaian.

Alih-alih duduk diatas sofa, menunggu, Clarice Lu berjalan kearah pintu geser dalam kamar itu, dirinya menarik terbuka tirai kotak-kotak itu, dibalik pintu kaca itu adalah pemandangan laut yang luas dan langit yang tinggi.

Dibelakangnya adalah sebuah kasur air yang empuk, berbaring diatas kasur itu menikmati pemandangan langit dan laut, perasaan itu kalau dipikir-pikir pasti terasa hebat. Orang kaya memang benar-benar tahu cara untuk menikmati diri sendiri.

Ketika dirinya sedang fokus, sebuah lengan tiba-tiba merangkul pinggangnya, sebelum Clarice Lu sempat merespon, punggungnya sudah jatuh diatas dada bidang dan hangat itu.

“Dari sini kita bisa melihat pemandangan laut terindah di Kota B, apa kamu menyukainya?” Suara seksi dan menggoda Lewis Tang itu terngiang disamping telinganya, hembusan nafas hangat pria itu juga menyapu telinganya, namun dirinya seperti tidak terusik sedikit pun.

“Iya, lumayan.” Balas Clarice Lu datar, ada sedikit tegangan yang menarik jarak antara mereka berdua.

Punggunya menempel diatas pintu kaca yang dingin itu, dihadapannya adalah dada bidang yang hangat milik pria itu. Pria itu tiba-tiba mendekatkan tubuhnya, jarak yang baru saja terbentuk diantara mereka sekarang telah lenyap, menyisahkan sebuah intimasi diantara mereka.

Clarice Lu merasa jantungnya sudah akan melompat keluar, kedua tangannya diatas dada pria itu, namun tidak bisa menahan pria itu untuk mendekat.

Tangan Lewis Tang yang kering dan hangat itu mengangkat perlahan dagunya, pandangan mata pria itu yang dalam terpaku lurus kearah mata jernih miliknya.

“Clarice, apakah kamu tahu mengapa diriku membuang kesempatan untuk memenangkan dirimu?”

Clarice Lu tidak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun, sebaliknya, matanya membesar, menatap pria itu erat-erat. Sosok pria itu yang sekarang, terlihat penuh dengan kasih sayang.

Tetapi Clarice Lu tidak berani mempercayai matanya sendiri, dirinya takut, takut semua itu hanyalah ilusi semata. Tetapi suara dan kehangatan Lewis Tang itu nyata.

Pria itu berkata, “Bagiku, perusahaan tidak cukup untuk dibandingkan dengan dirimu, menjadikanmu sebagai bahan taruhan itu adalah sebuah penghinaan. Dan lagi, dirimu bukanlah milik David Luo, tetapi milik dirimu sendiri, Clarice, yang ingin aku menangi itu bukanlah David Luo, tetapi hatimu.”

Perkataannya itu adalah ungkapan hati yang paling tulus yang pernah didengar oleh Clarice Lu dalam dua puluh tahun lebih hidupnya, bagaikan ada cahaya berkelip dalam mata jernih dan cantik yang dimilikinya itu, hatinya berkecamuk, tidak tahu apakah dirinya harus mendekati pria itu atau tidak.

Diwaktu yang sama, dibelakang mereka adalah sebuah kasur air yang besar, lembut dan nyaman, atmosfir cinta memenuhi ruangan itu, Clarice Lu merasa seperti Lewis Tang bisa kapan saja mendorongnya jatuh keatas kasur itu.

Dan kalau dirinya sudah jatuh keatas kasur itu, apa yang akan terjadi selanjutnya sudah bukan sesuatu yang dapat dia kendalikan lagi. Dia sangat takut dengan perasaan yang tidak dapat dia kendalikan itu, karena sudah pernah disakiti, dirinya tidak berani lagi mudah percaya pada perkataan manis pria.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu