Waiting For Love - Bab 262 Suamiku Punya Belas Kasihan

Clarice menjawabnya dengan jujur, ia tidak pernah berpikir untuk menyembunyikan sesuatu dari Lewis.

Lewis mengangguk-anggukkan kepalanya, namun tak berkata apa-apa, ia tahu Clarice orang yang seperti apa, ia tahu hati Clarice ada pada dirinya. Benar-benar kelewatan kalau sampai dirinya cemburu pada David Luo di saat seperti ini.

Tapi Alex malah menyahut, "Sepertinya Nyonya Tang peduli juga pada masalah mantan suaminya ini."

Clarice langsung melotot ke arahnya, bukan kesekali dua kalinya kedua orang ini bermusuhan.

"Tang's Corp. tiba-tiba mendapatkan dana dengan nominal besar dari langit dan bisa memulai banyak proyek besar dalam waktu bersamaan, wajar kan kalau aku penasaran. Sudah kupikirkan seharian tapi aku benar-benar tak tahu darimana asalnya uang ini, Tuan Muda Yu kan pintar dan tahu banyak, tolong beritahu aku."

Alex tersenyum kecut, menyilangkan kakinya, lalu memasang tampang sombongnya selangit, "Dari mana lagi, uang sebanyak ini kalau tidak punya jaminan, bank pasti tak akan mau meminjamkannya, jelas hanya rentenir saja yang mau melakukan bisnis dengan resiko tinggi seperti ini."

"Rentenir?" Clarice sungguh sangat terkejut mendengar kosakata ini, meskipun ia tak seberapa mengerti tentang hal-hal gelap seperti ini, tapi rentenir yang bisa meminjamkan dana sebesar ini pasti memiliki latar belakang yang tak biasa, kalau sampai David tak bisa mengembalikannya, tak tahu apa yang akan terjadi, tak menutup kemungkinan juga dia akan dikejar-kejar sampai lompat bunuh diri.

Alex sama sekali tidak mempedulikan Clarice yang terkejut itu, ia malah berbicara pada Lewis dengan dana yang sangat pelan dan biasa seperti sedang membicarakan cuaca di luar.

"Awalnya kupikir David Luo adalah orang yang pintar dan mengerti mengapa cicak memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ternyata, aku benar-benar terlalu berharap banyak padanya. Rentenir, apa siapa saja bisa berurusan dengan rentenir? Benar-benar cari mati!"

Lewis menatap ke arah Clarice sejenak dengan tatapan yang tenang dan dingin. Lalu menjawab pertanyaan Alex dengan nada yang sama tenangnya, "Dia bukan tidak pintar, ia hanya terlalu terobsesi pada Tang's Corp. saja."

Alex meninggikan pundaknya, ia tak mengerti apa yang membuat David bisa terobsesi dan melakukan hal segila ini.

Lewis pun mengambil kotak rokok yang ada di atas meja, mengeluarkan sepuntung rokok terakhir yang ada di dalamnya, menyalakan korek apinya yang dihiasi berlian-berlian mewah, setelah api menyala sejenak, seutas asap pun mengitari jari-jarinya.

Ia menghisap rokok itu dalam-dalam, lalu mengeluarkan asap-asap tipis dari mulutnya, suaranya tersamar dalam asap-asap itu, terdengar begitu serak dan berat.

"David Luo adalah orang yang pintar, proyek-proyek yang di pilihnya ini adalah proyek-proyek yang keuntungannya tinggi, dalam jangka waktu yang pendek pun juga akan segera menghasilkan banyak uang. Bukan tidak mungkin ia menggunakan keuntungan dari proyek-proyek ini untuk membayar bunga tinggi dari rentenir itu, dan yang terpenting, begitu proyek-proyek ini dimulai, Tang's Corp. langsung bisa hidup kembali dari kematiannya. Ia sedang taruhan."

Taruhan David ini memang sangat besar, tapi keberuntungannya juga memang benar-benar tidak baik.

Setelah diterpa hujan badai ini, kekhawatiran dan rasa takut tak mungkin akan lepas begitu saja dari Tang's Corp. Salah satu proyek mereka terpaksa harus dihentikan karena kegagalan dalam pengawasan selama proyek itu berjalan.

Setelah proyek itu dihentikan, tiba-tiba muncullah sebuah celah dalam keuangan mereka, lalu semakin lama celah itu semakin membesar, dan tak lama kemudian pun mulai mempengaruhi proyek-proyek lain yang berjalan normal, proyek-proyek itu pun kemudian mulai berhenti beroperasi. Kemudian, keuangan mereka pun mulai menyulit, mereka tak bisa membayar gaji-gaji para karyawan mereka lagi, seluruh perusahaan melumpuh, para pemegang saham juga sudah tak mempercayai David lagi, meskipun Derrick Tang juga keluar untuk mempertahankannya, tetap saja kondisi mereka tidak bisa kembali stabil lagi.

Tang's Corp. kembali terjebak dalam situasi yang krisis.

Tak lama kemudian, para rentenir itu pun mulai beraksi, awalnya mereka hanya mengancam saja, membuat kehidupan Keluarga Luo kacau berantakan, David pun lalu menjual aset-aset yang tersisa di tangannya, namun semua itu tetap saja tidak cukup untuk membayar bunganya. Para rentenir itu pun berkata, kalau tak bisa mengembalikan uang mereka, maka mereka akan langsung membelahnya hidup-hidup, David sama sekali tak punya pilihan lain.

Dan mau tak mau Keluarga Xie pun juga ikut terkena dampaknya, seluruh anggota Keluarga Xie pun menekankan semua beban ini pada Jennifer, mereka meminta Jennifer bercerai dari David. Saat ini, David tak hanya putus asa saja, ia juga harus menghadapi kemungkinan berpisah dari istrinya.

......

Setelah rapat mingguan Hari Senin berakhir, Alex pun langsung masuk ke kantor Lewis dengan tergesa-gesa.

"Kabar baik, kudengar katanya David kabur, tak tahu bersembunyi di pegunungan atau hutan mana dia, para pemegang saham Tang's Corp. sudah tidak tahan lagi, kalau kita membeli Tang's Corp. di saat seperti ini, kita pasti akan mendapatkan harga yang sangat bagus."

Lewis meletakkan dokumen yang ada di tangannya, membuka laptop yang ada di mejanya, lalu membalas perkataan Alex dengan santai, "Aku tak tertarik untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan."

Mendengar perkataan Lewis, Alex pun tercengang, dalam hatinya ia mengeluh, "Sial."

Selama sekian tahun mereka berjuang mati-matian di dalam lika-liku bisnis, menerpa angin dan hujan, apakah mereka tak sering mengambil kesempatan dalam kesempitan, kalau tak begitu, dari mana kita mendapatkan keuntungan?! Pedagang memang seharusnya meraup banyak keuntungan, rasa belas kasihan yang tak berguna itu hanya milik para dermawan saja.

Dan Lewis yang bertindak berusaha menjauhkan diri dari Tang's Corp. seperti sekarang ini jelas karena dirinya punya suatu perasaan yang tak bisa diungkapkan terhadap Keluarga Tang.

"Sayang sekali kalau sampai daging enak sebesar ini jatuh ke mulut orang lain......" Alex ingin membujuknya, namun Lewis malah meliriknya tajam, ia pun segera menelan kembali niatnya.

"Aku sudah bilang aku tidak tertarik, Alex, kalau telingamu tidak ada yang dengan telingamu, tolong jangan buat aku mengatakan perkataan yang sama dua kali."

Alex pun mengerutkan keningnya lalu membanting pintu dan keluar dari ruangan itu.

Setelah sebuah suara benturan pintu yang keras, dua pintu kayu merah kecoklatan di kantor CEO itu pun tertutup kembali.

Lewis bangkit berdiri dan berjalan ke depan jendela kantornya, ia membelakangi pintu kantornya, bayangannya terlihat sangat tinggi dan kesepian.

Sejam yang lalu, ia menerima telepon dari Derrick Tang. Sebelum mengangkat telepon ini, ia sudah bisa menebak apa tujuan Derrick mencarinya, tak lebih hanya sekedar masalah uang.

David membuat masalah yang sebesar ini, harta bergerak ditambah harga tak bergerak milik Derrick pun tetap saja tidak cukup untuk mengganti semua kerugiannya, Tang's Corp. sudah benar-benar terkuras habis olehnya, dengan kata lain, aset-aset milik Keluarga Tang semua berada dalam genggaman tangan Lewis, kalau Derrick ingin menolong David, ia pasti harus meminta pertolongan pada Lewis.

Haha, ayah yang sombong dan selalu menyuruhnya melakukan ini itu ternyata mau menurunkan harga dirinya, memohon padanya dengan nada yang sangat sungkan.

Meskipun Lewis dari awal sudah tahu kalau Derrick tak akan diam saja melihat masalah David, tapi saat Derrick membuka mulut dan memohon langsung padanya, hatinya terasa seperti tercampur aduk. Ia hanya merasa ibunya benar-benar terlalu sulit seumur hidupnya ini.

Ia terus berdiri di depan jendela, sampai tak tahu sejak kapan, rintik-rintik hujan pun mulai turun di luar sana.

Lewis pun membalikkan badannya dan mengambil telepon yang ada di meja, lalu menelepon nomor telepon kantor manajer keuangan......

Saat istirahat makan siang, Lewis terus bekerja di kantornya, Clarice dan sekretaris-sekretaris lainnya pergi makan keluar, lalu membawa beberapa makanan yang dibungkus kembali ke kantor.

"CEO Tang, ayo makan." Clarice masuk ke dalam kantor Lewis sambil mengayun-ayunkan kotak makanan di tangannya.

Setelah Lewis duduk di atas meja kantornya itu, barulah pandangan matanya beralih dari komputernya dan menatap ke arah Clarice, kemudian ia pun tersenyum.

"Kau beli apa?"

"Hakau dan acar." Clarice meletakkan kotak makanannya itu di atas meja Lewis.

Lewis menyimpan kembali senyumannya, lalu mengambil sumpit yang ada di tangan Clarice, "Nyonya Tang, apa kau tak merasa makanan yang kau siapkan untuk suamimu ini terlalu ala kadarnya?"

"Dasar laki-laki payah, kau baru saja mengeluarkan uang sebanyak itu dari departemen keuangan, sudah bagus kita masih bisa makan, jangan pilih-pilih makanan." kata Clarice dengan serius.

"Cepat juga kau mengetahuinya." Lewis mengangkat sumpitnya dan menyumpit sebuah hakau, suaranya terdengar sangat datar.

Clarice juga sudah lumayan lama terjun di dunia bisnis ini, setidaknya ia tahu banyak sedikit. Dulu ia sudah sangat mahir dalam menghadapi klien-klien yang memusingkan, dan jelas saja bukan masalah baginya untuk menghadapi karyawan-karyawan kecil di kantornya sekarang. Mana mungkin ada masalah yang bisa disembunyikan darinya, selain masalah-masalah yang sengaja ditutupi oleh Lewis darinya.

"Kau mengeluarkan uang sebanyak ini, apa untuk mengembalikan hutang David?" tanya Clarice.

Sorot mata Lewis sedikit mendalam, tangannya mengaku tanpa sadar, kedua sumpitnya pun saling bertabrakan dan mengeluarkan suara yang tajam.

"Apa kau merasa akau terlalu baik hati?" tanyanya.

Memang, kalau melihat dari sudut pandang Lewis, ia memang tak seharusnya membantu David menyelesaikan masalahnya.

Tak usah mengungkit kalau David adalah anak gelap dari Derrick, dialah pelaku utama yang secara tidak langsung membuat ibunya mengalami gangguan jiwa. Ungkit saja kalau David dari awal sampai akhir selalu bertentangan dengannya, kalau bukan karena taktiknya yang bagus, yang akan jatuh dan menjadi orang yang dikejar-kejar rentenir adalah dirinya, Lewis Tang.

Meskipun demikian, ia masih tetap saja mau mengeluarkan dana yang besar untuk membayar hutang David, bahkan Lewis sendiri pun merasa, kelakuannya ini sungguh tak masuk akal.

Namun Clarice malah menertawakannya, katanya, "Iya memang sepertinya agak sedikit baik hati, tapi itu membuktikan bahwa suamiku punya belas kasihan."

Bagaimanapun, darah yang mengalir di tubuh Lewis dan David adalah darah yang sama, mereka adalah saudara sebapak namun beda ibu,

"Belas kasihan? Apa kau tahu berapa harganya belas kasihan ini? Aku mengeluarkan sebagian besar dana perusahaan untuk hal ini, kalau sampai ada masalah muncul saat kegiatan operasional perusahaan berlangsung, perusahaanku akan langsung menjadi Tang's Corp. berikutnya."

"Tak akan." Clarice menyangkal perkataan Lewis.

Lewis pun melihat ke arah Clarice, seperti sedang mencari alasannya berkata seperti itu.

Setelah berpikir sejenak, Clarice pun menjawab dengan tersenyum, "Aku percaya padamu."

Meskipun perkataan ini hanya omong kosong saja seperti bukan apa-apa, namun Lewis yang mendengarnya pun merasa hangat hatinya.

Tentu saja ia tak akan mengecewakan kepercayaan Clarice ini.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu