Akibat Pernikahan Dini - Bab 96 Terungkap (1)

Yesi yang tengah berlari benar-benar tidak tahu kemana dirinya berlari. Wanita itu seperti orang yang berlari dengan rasa gelisah, berlari dengan asal. Yesi hanya ingin menjauh dari tempat ini. Dia tidak ingin memikirkannya, tidak ingin melihatnya...

Tetapi Yesi yang baru saja berhenti berlari dengan bingung menatap posisinya saat ini. Dirinya... ada di mana?

Yesi tiba-tiba mengelap air matanya barulah dia bisa melihat dengan jelas. Tidak disangka dia berlari sampai ke pinggiran kota.

Saat itu Yesi berdiri di pinggiran jalan gelap. Baru saja ingin melangkah pergi, tiba-tiba Yesi merasa leher belakangnya dingin. Lehernya tiba-tiba ditahan oleh seseorang.

Lehernya merasakan aura dingin, "Jangan bergerak! Aku hanya ingin mengambil uangmu! Keluarkan uangmu!"

Dari belakang tubuhnya tiba-tiba terdengar suara berat dan juga bengis. Setelah itu Yesi merasakan pisau yang ada di lehernya semakin mendekat.

Tubuh Yesi terpaku. Walaupun tidak melihat jelas penampilan luar orang di belakangnya, tapi Yesi tahu bahwa itu ada pria paruh baya karena saat pria itu bicara, suaranya terdengar tua.

"Cepat! Tidak mau hidup ya kau!" Melihat Yesi sama sekali tidak merespon, pria dibelakangnya bersuara dengan nada tidak sabaran.

"Aku... aku tidak bawa dompet...." Kesadaran Yesi kembali. Pertama kali menghadapi kondisi ini dan merasakan suara tergesa-gesa dan kejam pria di belakangnya, Yesi hanya bisa ketakutan dan menjawab dengan suara bergetar.

"Baiklah, sepertinya kamu memang tidak mau hidup!" Mendengar ucapan Yesi, pria itu mengira bahwa Yesi sedang beralasan dan mengulur waktu. Tetapi Yesi sungguh tidak paham apapun. Dirinya memang lupa membawa dompet hari ini tetapi malah bertemu dengan perselisihan ini!

Pria paruh baya itu sedang bersiap menurunkan pisaunya. Yesi baru saja ingin berteriak meminta pertolongan tetapi bibirnya tiba-tiba dibekap oleh pria itu. Lehernya merasa kesakitan.

"Mmphhh..." Rasa sakit yang begitu dingin menusuk membuat Yesi membelalakkan matanya. Air matanya kembali turun dari sudut matanya. Awalnya Yesi mengira ini adalah akhir hidupnya tetapi tiba-tiba Yesi mendengar suara dingin penuh bahaya berada di belakang mereka.

"Aku memberikanmu waktu 3 detik untuk melepaskannya!" Tangan pria itu terhenti. Tiba-tiba pria itu membalikkan dirinya dan tubuh Yesi ke depan. Melihat seorang pria muda tengah berdiri dengan memasukkan tangan ke dalam saku celana. Pria itu berdiri dan menatap mereka dengan tatapan berbahaya.

Yesi berhenti menangis. Matanya menatap pria yang sedang melangkah maju mendekati mereka dengan tatapan memohon dan berharap. Tiba-tiba mata Yesi memancarkan tatapan terkejut, tidak disangka pria itu adalah Ivan!

"Tidak boleh kemari! Kembali melangkah, aku akan membunuhnya!"  Pria dibelakang Yesi saat itu seperti singa yang terkejut. Mengeluarkan amarah.

Sudut bibir Ivan mengembangkan senyuman jahat. Melihat sekilas pria itu yang sedang mengambil kesempatan pada wanita yang lemah. Kedua mata hitam itu tiba-tiba berpindah ke arah lain. Bukankah wanita ini adalah wanita yang berani memakinya? Ck ck... Ivan melihat tatapan Yesi yang menatapnya dengan memohon dan penuh harap.

Tiba-tiba Ivan menghentikan langkahnya. Hah... wanita ini bisa menampilkan wajah seperti itu? Bukankah dia sangat angkuh?

Sudut bibir Ivan mengembangkan senyuman jahat. Sama sekali tidak mengindahkan perkataan kasar pria paruh baya itu. Ivan melihat Yesi sekilas dengan tatapan lain lalu tersenyum ringan sambil berkata, "Lepaskan wanita itu, biar aku yang membunuhnya."

"Pftt..." Jika bekapan pada mulut Yesi dibuka, Yesi pasti akan muntah darah dengan penuh kemarahan karena Ivan.

Yesi hanya bisa menggeram di dalam hati karena Ivan. Yesi menatap pria sialan dengan maksud buruk itu dengan tatapan tajam!

Pria sombong dan kasar itu! Yesi mengira pria itu akan menyelamatkannya tapi tidak disangka malah mendorongnya lebih cepat ke dalam lubang kematian!

Pria yang menundukkan Yesi saat itu terpelongo. Pria paruh baya itu menyipitkan matanya tak suka dan curiga. Tapi melihat Ivan kembali melangkahkan kakinya dan semakin mendekat ke arah mereka. Pria yang menundukkan Yesi berilusi sedang menarik Yesi mundur sambil memperingatkan Ivan yang tak berhenti mendekat ke arah mereka: "Kamu tidak boleh mendekat! Aku benar-benar akan membunuhnya!"

"Bunuh saja! Cepat! Menjadi perampok pun selambat ini! Benar-benar merepotkan! Lagipula aku tidak mengenal wanita itu. Terserah mau kau apakan!"

Ivan tidak meringsek maju tetapi malah semakin cepat berjalan mengarah ke mereka. Mendengar ucapan Ivan, Yesi menatap pria yang memasang senyum jahat itu tetapi terus berjalan ke arah mereka dengan tatapan geram.

Ivan, sampai matipun aku tidak akan melepaskanmu!!! Yesi menatap Ivan dengan geram. Saat itu, hatinya yang ketakutan diisi penuh oleh kemarahan.

Pria paruh baya itu terprovokasi oleh ucapan Ivan. Pisau di tangan pria itu bersiap menggores leher Yesi, tetapi tiba-tiba tidak tahu kapan. Ivan yang awalnya masih berjarak beberapa langkah dari mereka, tiba-tiba dengan cepat sampai di depan mereka. Gerakan cepatnya membuat orang belum bisa tersadar. Pria paruh baya itu merasa kesakitan. Tiba-tiba suara tulang yang patah dengan jelas terdengar di tempat yang sepi ini.

Setelah itu, pria yang menundukkan Yesi berteriak kencang. Tiba-tiba kaki pria itu dibengkokkan oleh Ivan. Tangan Ivan yang cekatan membengkuk tangan pria itu ke belakang!

Yesi masih belum sadar situasinya. Wanita itu hanya merasa tubuhnya menjadi ringan dan bebas. Yesi memutar tubuhnya dengan tatapan melongo, menatap ke arah Ivan dan melihat Ivan membekuk pria paruh baya sialan itu di tanah.

Wajah Ivan juga terlihat redup dan berbahaya. Melihat wajah pria paruh baya itu memucat, Ivan terkikih pelan, "Ck ck ck. Celakanya aku juga orang yang terlatih. Beraninya kau bertarung denganku. Kau harus lihat apakah kau masuk dalam kualifikasi tersebut! Sangat jelas kalau kau tidak!"

Tidak lama kemudian, orang-orang sekitar melihat pemandangan ini lalu mengerumuni mereka. Polisi juga datang dengan cepat. Sembari mengambil pria yang ada di tangan Ivan, sembari mengucap penuh hormat pada Ivan, "Ketua Ivan, anda telah bekerja keras!"

Ivan tidak menjawab ucapan mereka. Setelah memberikan perampok itu pada polisi, Ivan langsung memutar tubuhnya berjalan ke arah Yesi yang masih termangu.

"Hei, sadarlah! Ck ck ck... Apakah kamu terpesona oleh pembawaan memikat diriku?" Tangan Ivan yang panjang dan kurus bergoyang pelan di depan Yesi.

Tiba-tiba kesadaran Yesi kembali. Setelah mendengar jelas ucapan Ivan, Yesi menatap Ivan dengan tatapan sebal.

"Tidak peduli! Aku hanya tahu jika sedari awal kamu tidak ada maksud baik!"

"Ck ck ck. Kamu sungguh bukan wanita yang bisa tahu apa yang baik dan buruk! Bagaimana bisa pikiranmu sesempit ini? Bukannya aku mengulur waktu, tapi aku merubah perhatiannya! Dasar wanita berpikiran sempit!"

Ivan melirik sebentar Yesi yang dipenuh amarah. Melihat sudut mata wanita itu masih tersisa air mata yang belum dihapus. Kedua mata hitam itu menjadi melunak.

"Hft! Kamu menyebutnya itu sebagai menyelamatkan orang? Jelas-jelas kamu sedang balas dendam! Dasar rendahan!" Yesi tidak merespon Ivan lagi. Terlebih lagi tidak mengungkapkan sedikit rasa terima kasih pada Ivan.

Yesi memutar tubuhnya langsung berjalan pergi tetapi dihentikan oleh Ivan, "Aduh, kenapa kau ini keras kepala sekali?! Apakah kamu berkata jujur? Duh benar-benar! Aku tidak ingin berdebat denganmu! Pergilah denganku!"

"Lepas! Lepaskan aku!!! Apa yang ingin kamu lakukan?!" Yesi tiba-tiba memberontak. Dengan kuat mendorong tangan Ivan. Wajah Ivan langsung redup. Menatap tajam wanita yang tidak tahu baik dan buruk ini.

"Sebenarnya aku ingin melakukan beberapa hal. Tetapi kamu adalah wanita keras kepala yang tidak tahu mana baik dan buruk! Aku ini belum seberapa tertarik!"

"Kamu..." Yesi menatap Ivan dengan tajam dan melihat Ivan yang menarik napas dalam-dalam lalu kembali menarik tangannya berjalan ke depan.

"Sial, bagaimana bisa aku berhubungan dengan wanita yang tidak tahu baik dan buruk ini! Aku hanya ingin mengobati luka di lehermu! Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, hah? Benar-benar tidak punya hati!"

Sebenarnya Yesi masih ingin memberontak, tetapi tiba-tiba mendengar Ivan berkata seperti itu, dirinya menjadi termangu dan berhenti memberontak. Ivan membawa Yesi ke apotek terdekat, membeli beberapa obat-obatan lalu berjalan ke arah Yesi duduk di luar dengan wajah rumit.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu