Akibat Pernikahan Dini - Bab 111 Penderitaan (1)

Helbert menatapnya dengan dingin dan berkata dengan tenang: "Akhir-akhir ini agak sibuk, jadi lupa untuk pergi mengecek, tunggu ada waktu kosong, maka aku akan membawanya pergi mengecek."

"Hal seperti ini, bagaiamana bisa kamu melupakannya! Sungguh aku sudah tau akan bodoh sepertimu tidak bisa menjaga orang! Ini adalah cucuku nantinya! Bagaimana bisa kamu menyepelekannya! Meski kamu sibuk, kamu tetap harus menyempatkan waktu untuk mengeceknya!"

Nenek Yang mendengar perkataan Helbert yang terdengar seperti keberatan, langsung meletakkan sumpit yang ia pegang, dan berkata dengan nada yang serius dan tegas.

Setelah berpikir sesaat, Nenek Yang lanjut berkata: "Kalau terus menunggu kalian, aku tidak akan dapat apa-apa, aku akan pergi sendiri, sebentar, aku akan membawa Kirana pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya!"

"Janganlah, Nenek..."

"Nenek..."

Perkataan Nenek Yang barusan membuat Kirana dan Helbert yang awalnya tenang sudah tidak bisa tenang lagi, keduanya menatap Nenek Yang dengan tatapan terkejut.

Wajah Nenek Yang terlihat curiga, ada apa dengan hal ini, dia hanya ingin menemani Kirana untuk pergi mengecek kandungannya di rumah sakit, kenapa mereka harus meresponinya seperti ini?

"Ada apa, kenapa respon kalian seperti itu?"

Kirana terbatuk pelan, dia baru menyadari respon dia barusan terlalu berlebihan.

Dia di satu sisi tidak tau harus menjawab apa, dan wajah Nenek Yang terlihat semakin curiga, Helbert memejamkan matanya sebentar, dan berkata: "Nenek, aku sendiri yang akan menemani dia, tidak usah merepotkan Nenek."

"Merepotkan darimana! Aku sedikitpun tidak..."

"Nenek! Aku akan menemani dia untuk memeriksa."

Nenek Yang baru saja ingin berbicara, tetapi mendengar bentakan dari Helbert yang menghentikannya, Nenek Yang tertawa dengan pelan, begini baru benar! Dengan begini, mereka berdua lebih terlihat seperti sepasang suami dan istri!

Meski dia tidak tau, kenapa Helbert bersikeras menahannya, dia juga merasa curiga, tetapi saat ini, dia tidak berpikir banyak.

"Baiklah kalau begitu, kamu harus ingat selanjutnya, hal seperti ini, penting sekali untuk diperhatikan!" Nenek Yang sekali lagi mencibirnya.

Alis Helbert menunjukkan perasaan yang tidak tahan lagi, meski dia tau, bahwa niat dan maksud Nenek adalah tulus!

"Ya tau, nanti sore aku akan menemaninya pergi."

"Ya, oke baiklah..."

Nenek Yang mendengar janji dari cucunya itu, dia dengan puas menganggukkan kepalanya, menjadi seorang nenek juga tidaklah mudah, hal ini, masa masih juga harus dia yang mengurusinya!

Kirana hanya mengerutkan keningnya, dia memakan makanannya, dan tidak masuk dalam perbincangan itu.

Sampai mobil mereka hilang dari tatapan Nenek Yang, Kirana baru saja menghempaskan napasnya, Nenek Yang ini sungguh...

Tetapi baru saja mobil melaju tidak lama, ponsel Helbert berdering, karena sedang berkendara, Helbert tidak melihat ponselnya, dan langsung mengangkat teleponnya.

"Halo..."

"Bert~"

Ketika Helbert mengangkat telepon, suara yang terdengar dari telepon membuat kening Helbert mengerut.

Ujung bibir Kirana tertawa, Helbert menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dia mengangkat ponselnya ke telinganya, "Ada apa?"

Helbert melihat raut wajah Kirana yang dingin, seperti sedang tidak memperdulikan keadaan sekarang, dia hanya tersenyum sedikit dan menatap ke luar jendela.

Tatapan Helbert berkilau sesaat, terdengar suara bising Annabella, sekali lagi berdering, dan menyadarkan Helbert dari lamunannya.

"Helbert~ Bukannya kamu pernah bilang, kamu akan menemaniku saat pulang!"

Helbert memejamkan matanya, dia dengan tidak tahan berkata: "Aku masih ada urusan, nanti...."

"Lagi-lagi kamu berurusan! Kamu selalu ada urusan! Kapan baru kamu tidak ada urusan!" Annabella dengan marah berteriak.

Tatapan Helbert terlihat dingin, "Baik, sebentar lagi aku akan datang."

"Ya, baik, aku akan menunggumu."

Annabella berkata dengan cepat dan senang, setelah menutup telepon, Helbert terdiam, dia belum berkata apa-apa, tetapi Kirana sudah berkata dengan dingin.

"Antar aku ke kota, terserah kamu mau kemana."

Tatapan Helbert yang gelap terpejam sesaat, dia tidak berkata apa-apa, lalu mengendarai mobilnya ke kota.

Sesampainya di kota, Kirana tidak berbicara satu kalimat pun kepada Helbert, malah langsung turun dari mobil, kepalanya juga tidak menoleh dan berjalan pergi.

Wajah Helbert terlihat cuek, dia melihat bayangan Kirana yang semakin lama menghilang, dia lanjut mengendarai, dan bahkan mobilnya melaju secepat panah.

Kirana berjalan dengan langkah yang besar dan jengkel, dia merasa jengkel dan merunduk, apa yang terjadi padanya! Apa yang dia pikirkan! Perasaan itu, dia merasa dia sedang berkelahi dengan Helbert!

Berkelahi!!!

Kirana tiba-tiba tersadar, astaga! Apakah yang sedang dipikirkannya! Kirana! Kayaknya kamu terlalu banyak makan nasi! Apakah otakmu masih benar?!

Bagaimana mungkin kamu bisa punya pikiran seperti ini! Sungguh! Kirana dengan jengkel berjalan kedepan, tetapi dia tidak memperhatikan langkahnya, dia mengambil langkah yang sembarangan, dan membuat pangkal kakinya terkilir!

"Aw..."

Kirana tiba-tiba merasa seperti ingin menangis, hari ini, tidak ada hal yang baik!

"Kirana?"

Tiba-tiba, sebuah suara yang terdengar kebingungan terdengar, Kirana sambil memijat kakinya menoleh, dan ia melihat Jerry sedang memakai kacamata hitam dan masker berjalan ke arahnya.

"Jerry, bagaimana kamu bisa disini..."

"Kakimu terkilir? Kubantu kau..." Jerry tidak langsung menjawab pertanayan Kirana, hanya pelan-pelan membantunya, dan menghampiri sebuah kafe dan duduk.

"Terima kasih..."

"Sama-sama." Jerry melepaskan kacamata hitam dan maskernya, matanya tersenyum menatap Kirana.

"Kamu, bagaimana bisa disini?" Kirana bertanya dengan bingung.

"Aku? Aku sedang menunggu kakak sepupuku." Jerry mengerutkan keningnya menatap Kirana yang sedang memijat kakinya.

"Apakah masih sakit? Perlukah kita pergi memeriksanya di rumah sakit?"

"Hah? Tidak, tidak perlu, ini hanyalah hal kecil, tidak lama lagi juga akan hilang sendiri.

Kirana berburu-buru menjawab, mendengar Jerry sedang menunggu sepupunya, Isabella Yang?

"Oh iya, ngomong-ngomong tentang kakak sepupumu, aku sudah mendesain formatnya, tetapi aku tidak membawanya kemari."

"Tidak apa-apa, yang dia miliki adalah waktu." Jerry berkata sambil tersenyum sedikit.

Saat ini, tiba-tiba terlihat Isabella Yang dengan badannya yang jangkung berjalan ke arah mereka "Hai, hai, Kirana juga disini."

"Halo."

Setelah Isabella Yang duduk, dia menatap Kirana sambil tersenyum, "Kalian, bagaimana bisa bersama?"

Jerry dengan santai menjelaskan: "Baru saja, kebetulan di luar bertemu dengan dia."

"Oh, seperti itu, kupikir, Jerry kamu mengajak gadis cantik kencan,"

"Kakak Isabel!" Jerry dengan canggil tertawa pelan sambil menghadap ke arah Kirana memberi senyuman maaf, dan menatap Isabella Yang dengan tatapan tidak tahan.

Isabella Yang tertawa jahat, melihat ekspresi Kirana yang tenang, tatapan Isabella Yang terlihat penasaran dan tertarik pada Kirana semakin dalam.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu