Akibat Pernikahan Dini - Bab 61 Perasaan Curiga (1)

“Hah, kenapa, sebelumnya masih pura – pura bertindak seperti detektif! Sekarang sudah begitu cepat menyerah?” Helbert dengan senyum dinginnya menyindir Kirana.

Tetapi Kirana bahkan untuk melawannya, atau bahkan berbicara dengannya saja sudah merasa sangat membuang – buang waktu, maka dengan diam dan tatapan dinginnya menatap matanya, sepasang matanya, bahkan tidak ada sedikit perasaan pun.

Dengan dinginnya menatapnya, Helbert yang berada di atasnya, setelah Helbert selesai berbicara, Kirana tidak memberikan reaksi apa pun, hanya diam dengan tatapan dinginnya.

Helbert mengedipkan matanya yang hitam itu, hatinya merasa kecewa, ada perasaan anehnya yang membuat dia sangat marah.

Karena dia lebih bersedia melihat Kirana menatapnya dengan tatapan marah, juga tidak bisa tahan melihat tatapan matanya yang dingin seperti melihat orang asing itu.

“Berbicaralah!” Helbert dibuat marah oleh sifat Kirana, melihat dia tidak berniat membuka mulut, muka Helbert tambah suram, dalam mukanya tersirat perasaan yang tidak dapat diungkapkan.

Suasana dingin seperti di kuburan datang dari arah belakang mobil, asisten Leo bahkan ingin memberhentikan mobilnya, suasana ini sangat mengerikan, saat direktur Helbert menerima sebuah panggilan masuk, mukanya terlihat dingin sampai sekarang.

Dia baru tahu, muka Helbert yang terlihat tidak baik itu karena siapa, bersamaan, dia merasa aneh karena sifat Kirana yang dingin itu, mereka berdua, sedang ribut apa lagi?

Memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu, sebaiknya ia fokus menyetir saja, agar dia cepat turun, suasana ini sungguh sangat aneh, membuat dia ingin cepat turun!

Mobilnya perlahan – lahan berhenti di depan vila Helbert, tidak menunggu asisten Leo membukakan pintu untuknya, Helbert membuka pintunya sendiri, bersamaan, ia menggendong kirana yang diam sejak tadi.

Kirana terkaget meminta turun, tetapi dia tidak bisa, asisten Leo dengan tatapan kasihan melihat nona Kirana, kemarahan direktur Helbert, sangat mengerikan……..

Sekali lagi Kirana dilempar ke ranjang dengan kasar oleh Helbert, Kirana tidak peduli dengan kepalanya yang pusing karena dilempar, ingin segera bangkit, tetapi malah ditahan oleh Helbert dengan kasar.

“Apakah kamu begitu hausnya akan laki – laki? Hah? Kalau begitu aku akan memuaskanmu bagaimana!” Helbert dengan tatapan dinginnya menatap Kirana, dengan kasar menciumnya.

Kirana merapatkan mulutnya erat – erat, tidak membiarkan lelaki itu menciumnya, bersamaan, kedua tangan dan kakinya memberontak, melihat Helbert, dia merasa sangat jijik!

Tetapi dengan segera di tahan oleh Helbert, dengan kasar merobek pakaian Kirana, bibirnya yang dingin itu segera menghampiri dadanya.

Kirana tidak dapat memberontak, matanya terlihat pasrah, mukanya terlihat pucat, kedua matanya itu terlihat kepasrahannya, tidak lagi memberontak, karena ciuman Helbert yang merambat ke sekujur tubuhnya.

Tiba – tiba, gerakan Helbert terhenti, melihat Kirana tidak lagi memberontak, malah terlihat pasrah, dia mengangkat kepalanya, tetapi hatinya justru kecewa.

Justru melihat mata Kirana yang seperti tidak ada kehidupan, kepasrahan di matanya hampir tidak pernah ia temui, Helbert tiba – tiba merasakan kekacauan di hatinya.

Maksud awalnya untuk menghukum Kirana juga telah musnah, dengan kecewa melepaskan tubuh Kirana, begitu Kirana bebas, justru berdiri dengan cepat, segera berlari ke arah kamar mandi.

Tak berapa lama kemudian, Helbert dapat melihat suara muntahan yang sangat kencang, muka Helbert seperti membeku, sentuhannya, membuat dia sangat jijik!

Muka Helbert tambah suram, kesuramannya bahkan terlihat di matanya, kedua tangannya di gempal erat – erat, lalu melepaskannya lagi, melirik ke arah kamar mandi, dengan muka tak berperasaan ia bangkit berdiri.

Saat Kirana selesai muntah, kejijikan dari lambung dan hatinya akhirnya hilang, tadi pagi ia tidak memakan apa – apa, belakangan kondisi lambungnya sedang tidak baik, hingga sekarang.

Saat melihat Helbert, dia merasa jijik, jangankan saat dia menciumnya, dia berusaha menahannya, untung saja tadi dia tidak memuntahkannya!

Sekarang Kirana terhadap Helbert, hanya dapat merasakan jijik! Sangat jijik! Setelah sekian lamanya di kamar mandi, dia baru keluar dengan tak bertenaga, tetapi tidak melihat bayangan Helbert.

Mulut Kirana tersenyum, kamu membuatku merasa jijik, maka aku akan membuat kamu merasakan kejijikan!

Turun dengan perlahan, juga tidak melihat satu bayangan pun, Kirana bersiap untuk pergi, justru ia melihat seseorang di dapur, “Aduh, nona Kirana, tunggu sebentar!”

Kirana memutar kepalanya yang terlihat adalah seorang wanita paruh baya umurnya yang mengenakan celemek, “mari.. cepat minum menghangatkan lambungmu.”

Kirana mengerutkan dahinya, bagaimana dia tahu kalau dia belum memakan apa pun, justru dia melihat wanita itu tersenyum dengan hangat: “melihat raut mukamu yang tidak baik, mendengar suara dari perutmu, lambungmu tidak enak ya? Mari, minumlah susu ini, hangat.”

Kirana tiba – tiba merasa aneh, melihat senyuman hangat dari wanita itu, justru membuat dia merasa sangat akrab, tidak berpikir terlalu banyak, Kirana langsung mengambil susu hangat itu dan meminumnya.

Setelah lambungnya merasa lebih baik, Kirana dengan perasaan terima kasih menganggukkan kepalanya, mengembalikan gelas itu padanya, “terima kasih banyak bibi.”

“sama – sama, sama – sama, kelak harus perhatikan tubuhmu, terlebih lagi lambungmu!”

Wanita itu tersenyum mengingatkannya, tetapi kirana justru merasa hangat, setelah sekali lagi mengucapkan perasaan terima kasihnya, Kirana dengan segera keluar dari vila Helbert.

Setelah melihat bayangan Kirana keluar dari vila, di lorong itu tiba – tiba muncul bayangan yang tinggi dan besar, dengan tatapannya yang kacau melihat ke arah Kirana.

“Tuan Helbert, kenapa kamu tidak langsung berbicara dengan perempuan itu?” wanita itu berkata kepada Helbert, dengan rasa penasaran.

Saat dia sedang membereskan dapur, lalu keluar dari dapur, melihat Helbert yang menuruni tangga dengan muka kacaunya, saat melihatnya bersiap – siap untuk pergi, ia memberhentikan langkahnya, memutar badannya dan menyampaikan sesuatu, lalu kembali ke kamarnya.

Helbert dengan muka dinginnya berkata: “tidak apa, kamu teruskan saja pekerjaanmu!”

Wanita itu juga tidak dapat berkata apa – apa, hanya dapat menggelengkan kepalanya dan terus berjalan ke arah dapur, anak muda jaman sekarang, benar – benar tidak dapat dimengerti!

Tatapan dingin Helbert justru menatap ke arah halaman luar, juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.....

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu