Akibat Pernikahan Dini - Bab 18 Perselisihan

“Kirana, kamu kenapa?” Ibu Kirana dengan sedikit khawatir menatap Kirana yang depannya terdapat sepiring nasi tapi tidak makan sesuap pun terduduk di depannya, anaknya yang telah terbengong sekian lama.

Kirana tiba-tiba tersadar kembali, terlihat ibunya dan Daniel dengan mengernyitkan dahi dan ekspresi khawatir menatapnya, dia menyiratkan sebuah senyuman yang menenangkan mereka, “Aku tidak apa-apa! Ayo makan.”

Tapi makanan ini, benar-benar sulit untuk ditelan, hari ini adalah keputusan dari pengadilan, apabila keluarganya tidak dapat mengeluarkan uang untuk mengganti rugi, sisa umur ayahnya hanya bisa hidup di dalam penjara.

“Daniel, apa kamu sudah menemukan cara?”

Kirana mengernyitkan dahinya melihat Daniel, Daniel juga mengernyitkan dahinya, benar-benar tidak ada keinginan untuk makan, dia meletakkan mangkoknya, dan menggelengkan kepalanya, dalam pikirannya malah teringat malam dimana dia pergi ke seluruh tempat untuk mengumpulkan uang, saat dia bersiap-siap akan mentransfer uang perusahaan, John malah mencarinya lagi.

Teringat, tatapan John yang melihatnya saat itu, tatapan yang dingin itu membawa sikap yang mengejek, benar-benar seperti menusukkan jarum pada luka Daniel.

“Daniel! Hanya dengan kamu memohon padaku, aku akan memberikan uang yang kamu butuhkan kepadamu, bagaimana?” John dengan tatapan mengejek dan senyuman yang dingin menatap Daniel, tapi Daniel menolehkan kepalanya dan tidak melihat ke arah John, dan dengan wajah tenang berkata, “Terima kasih banyak, aku bisa memikirkannya sendiri, kamu tidak perlu khawatir, apabila tidak ada urusan lagi, aku pergi dulu.”

Setelah selesai berbicara, Daniel ingin melangkahkan kakinya dan pergi, tapi ditahan oleh John yang saat itu wajahnya penuh dengan kemarahan, memojokkannya pada dinding, dengan kedua kepalan tangan di sebelah kepala Daniel.

John menyipitkan kedua matanya yang menyeramkan itu menatap Daniel, “Lihat aku!” melihat Daniel yang tidak mau untuk bertatapan dengannya, suara John terdengar penuh dengan kemarahan.

Kedua mata Daniel yang tenang pelan-pelan bertatapan dengan kedua mata John yang berwarna biru gelap, John melihatnya dengan teliti, tapi dia tidak dapat menemukan sedikitpun dari kedua bola mata itu, perasaannya yang rumit terdapat disana.

Benar-benar membuat John merasa hatinya risau, dia rela apabila Daniel marah padanya, membencinya, walaupun itu hanya merendahkannya dan lain-lain, bagus juga, juga tidak rela apabila di matanya terdapat perasaannya, dengan mata yang tidak terkandung hal rumit disana menatapnya.

Di sisi lain, John juga merasa marah dan juga merasa sedikit iba, orang ini, apabila berkata tidak cinta dia benar-benar tidak cinta, apabila dia ingin melepaskannya dia benar-benar melepaskannya.

John tiba-tiba mencium dengan kasar bibir Daniel, lidahnya yang lincah membongkar bibir Daniel yang masih tertutup, dan bercampur aduk dengan lidahnya yang membawa kesegaran, kedua tangannya memegang erat tangan Daniel, dan menekannya kuat-kuat di dinding serta menciuminya dengan kegilaan.

Daniel terkejut memandang kedua bola mata biru tua yang berada di dekatnya itu, tubuhnya merasa lemas, perasaan yang begitu familiar, telah lama tidak dirasakannya.....

Seperti jeritan ringan di malam yang kelam, suara dari gigi dan bibir mereka, mata Daniel tiba-tiba memancarkan sebuah keserakahan, tapi juga hanya sekejap saja, dia teringat orang tuanya, teringat ayahnya yang masih dalam bahaya.

Daniel mendorong kuat-kuat John, wajahnya penuh dengan kedinginan yang sampai diukur, setelah menatap dingin John, dia melemparkan sepatah kata yang tanpa perasaan dan langsung meninggalkannya.

“Aku dan kamu, tidak mungkin ada masa yang akan datang di antara kita!”

Melihat bayangan Daniel, hati John merasa sakit yang teramat dalam, dia juga ingin melepaskannya! Tapi ini semua sudah terlambat, karena dia sudah mencintai sampai ke dalam tulangnya.....

John menyipitkan bola mata birunya yang menyeramkan itu, Daniel! Kamu ingin pergi dari sisiku? Aku tidak akan mengijinkannya! Tidak ada masa yang akan datang kah, kamu lihat saja, sebenarnya ada atau tidak!

Setelah melihat Daniel menggelengkan kepala dan mulai memasuki pikiran yang dalam, kemudian wajahnya yang seketika berubah menjadi pucat dan tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.......

Kirana mengerutkan dahinya, tiba-tiba dia meletakkan mangkoknya, dan berkata, “Aku ada urusan, tidak makan lagi, aku pergi dulu, kalian lanjutkan makan lah!”

Setelah selesai berbicara, Kirana langsung mengambil jaketnya dan tergesa-gesa berjalan menuju keluar, ibunya dengan rasa khawatir melihat Kirana yang tergesa-gesa itu, “Heyy, Kirana, kamu belum makan sesuap nasi pun.....”

“Aku tidak makan lagi.....” Setelah terdengar suara Kirana yang sudah lumayan jauh dari pintu rumahnya, isi ruangan itu pun kembali sepi, ibunya menghelakan nafas, dia juga tidak mempunyai nafsu untuk makan dan meletakkan mangkok itu ke atas meja.

Setelah Daniel kembali tersadar, dia melihat nasi dan sayur yang ada di dalam mangkok Kirana tidak termakan sesuap pun, dia juga melihat Kirana, dengan penuh penasaran dia bertanya pada ibunya, “Bu, mana Kirana.....”

Ibunya menghelakan nafasnya dengan ringan, kerutan di wajahnya sepertinya membuat ibu Kirana semakin tua beberapa tahun, membuat hati Daniel merasa sakit.

“Dia bilang ada urusan mendadak, pergi dahulu, sesensok pun dia belum menyentuhnya, anak ini.....”

Daniel malah mengerutkan dahinya, dan melanjutkan pikirannya........

Sedangkan Kirana yang pergi, dia berjalan menuju ke arah kantor Helbert.

“Hallo! Leo, apa Helbert ada disana?” Leo mengernyitkan dahinya, setelah mendengar suara yang elegan itu dia langsung mengetahui siapa orang itu, dia mengangkat kepalanya dan melihat ternyata Vina yang menawan.

Melihat wajahnya yang tidak sabaran memperlihatkan tidak ada yang harus dicurigai, Leo memegang bibir bawahnya, Vina telah datang berkali-kali, panggilan pun telah mengganggunya berkali-kali, tidak perlu dicurigai dia datang hanya untuk menanyakan apakah Direktur Helbert ada disana atau tidak, sedang melakukan apa, “Mohon maaf, Nona Vina, Direktur Helbert baru saja pergi, dia pergi keluar kota....”

Wajah Leo menampilkan sebuah senyuman yang menunjukkan sebuah ejekan, semua orang tau, Direktur Helbert paling membenci Vina, dia selalu seperti itu, juga tidak mengerti berpura-pura bodoh atau bagaimana, selalu datang untuk menjerat.

Apabila Helbert mau memperhatikannya, tentu saja sudah dari awal, bagaimana mungkin tidak menemuinya? Benar-benar.......

Menurut Leo, Vina juga termasuk seorang yang kasihan, melihat sikapnya, pasti dia menyukai Direktur Helbert, tapi, sesuai dengan sifat Direktur Helbert, Vina sama sekali tidak akan mendapatkan sedikitpun harapan, Direktur Helbert itu siapa? Leo sejak awal tidak pernah melihat Helbert meletakkan seorang wanita pun di dalam hatinya......

Dulu, dia merasa Vina adalah orang yang mengerti, seorang wanita yang bisa bertahan di sisi Direktur Helbert lumayan lama, tapi melihat sikapnya yang sekarang, ck ck ck, semakin tidak ada harapan...........

“Setiap kali pergi ke luar kota? Dan juga, kamu bukannya harus ikut dengan dia, kenapa kamu tidak pergi?” Vina dengan tatapan yang dingin melotot padanya, wajahnya penuh dengan kecurigaan.

Leo tertawa sinis, “Nona Vina mau percaya silahkan tidak silahkan, aku sedang bekerja, aku tidak mengantar anda!”

“Kamu!” Vina melotot pada Leo, teringat dulu saat dirinya masih berada di sisi Helbert, orang ini bagaimana memuji Vina, sekarang, Helbert tidak mau bertemu dengannya, pria tidak tau diri ini ternyata berani berbuat seperti ini padanya!

Vina dengan wajah muram melototi pria yang sedang menundukkan kepalanya bekerja itu, Leo yang sudah tidak menaggapinya, dalam hatinya mengeluarkan kata-kata yang kesal! Heng, cepat atau lambat, aku akan membuatmu memohon!

Vina melirik ke pintu kantor yang tertutup itu, dia mengangkat kakinya dan berjalan menuju kesana, saat dia ingin membuka pintu dan melihat Helbert benar-benar tidak ada disana atau hanya pura-pura saja, terdengar suara Leo yang mengisyaratkan peringatan terhadapnya.

“Nona Vina, anda sangat familiar dengan emosi Direktur Helbert, tapi, di saat dia tidak berada di kantor, dia tidak mengijinkan seorang pun masuk ke dalam ruangannya, akibatnya, anda tidak akan bisa menanggungnya......”

Vina yang sedang memegang pintu ruangan Helbert tiba-tiba terdiam, emosi Helbert, dia tentu saja tau! Setelah dia mempertimbangkan, dia mengangkat kakinya, menatap Leo dengan penuh kemarahan, dan dengan wajah yang muram pergi meninggalkan tempat itu....

Leo mengangkat kepalanya dan dengan tatapan yang mengejek melihat Vina yang penuh kemarahan serta merasa sangat malu, akan tetapi tetap saja dengan gaya sombongnya dia pergi meninggalkan tempat itu, ck ck ck, benar-benar tolol.......

Kirana karena jalan dengan tergesa-gesa, setelah melewati persimpangan, dia tidak menyadari orang yang telah berpapasan dengannya, seorang Vina dengan wajah yang muram dan penuh amarah.......

Vina terdiam seketika, saat berpapasan, dia merasa familiar dengan wanita itu, setelah dia ingat-ingat, ternyata adalah orang yang pernah dia ajak berbincang-bincang, Kirana!

Dia kenapa datang kesini? Vina tiba-tiba teringat suatu penyebab, dia menyipitkan kedua matanya yang ganas itu, memutar tubuhnya dan mengikuti Kirana.

“Helbert ada disini kah?” Leo yang baru saja melawan Vina, awalnya merasa kesal, lagi-lagi mendengar suara wanita mencari Direktur Helbert, dia kira lagi-lagi perempuan mana yang tidak tau diri, dia mengangkat kepalanya dengan ringan.

“Tidak... Heee... Nona Kirana, anda mencari Direktur Helbert? Ada, ada, dia sedang istirahat di dalam kantor, anda langsung saja buka pintu ruangannya, hanya saja dengan suara yang pelan.”

Leo yang ekspresinya berubah-ubah itu segera memberikan senyuman palsu, Kirana mengernyitkan dahinya, dia menganggukkan kepalanya dengan ringan dan langung pergi menuju ruangan Helbert.

Leo berusaha untuk tetap tersenyum melihat Kirana yang berjalan ke arah pintu dan masuk ruangan Helbert, setelah dia masuk dan menutup pintu, Leo menundukkan kepalanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.

Sedangkan Vina yang bersembunyi di sebuah persimpangan, wajahnya menjadi muram, kedua bola matanya yang menawan itu penuh dengan kebencian.

Bukannya dia bilang Helbert tidak ada disini kah? Demi apa wanita ini diperbolehkan masuk? Atau jangan-jangan, Helbert sebenarnya berada di dalam ruangannya? Leo pria jelek! Berani-beraninya membohongiku! Tapi setelah berpikir dari segi yang lain, ini semua pasti Helbert yang menyuruhnya!

Hati Vina tiba-tiba menjadi kelam, wajahnya pun terlihat penuh dengan kemarahan yang sangat dalam, kedua matanya pun mulai menyipit, apa karena Kirana wanita pelacur ini kah?

Setelah matanya dengan tatapan yang dingin itu melihat pintu ruangan yang tertutup, dengan wajah yang muram dia pergi meninggalkan tempat itu, Kirana! Aku tidak akan membiarkanmu untuk hidup dengan baik!

Kirana yang baru saja masuk dengan suara pelan, terlihat pemandangan pria tampan yang sedang tertidur berada di depan matanya.....

Hanya terlihat wajah Helbert yang terdapat sedikit kerutan akibat kelelahan, di tengah-tengah tidur pulasnya, wajah tampannya yang terlihat dari sisi samping wajahnya sepertinya tetap saja terpancar sebuah sinar yang dingin, kakinya yang panjang ditumpangkannya pada sandaran sofa.

Kedua tangannya saling bersilang dan diletakkan di depan kedua dadanya, sangat sulit ditemukan dia dalam keadaan yang diam, Kirana mengangkat ringan kedua alisnya, tidak perlu bilang, Helbert saat tertidur, tidak terlihat kejam, memberikan suatu perasaan hangat yang palsu.

Tapi hanya perasaan Kirana seketika, kemudian berganti lagi dengan sikap dingin, dengan tatapan yang sangat dingin dia menatap Helbert, kedua mata Helbert sedikit bergerak, dengan setengah sadar dia membuka matanya, tapi malah melihat Kirana dengan tatapan yang dingin.

Helbert segera tersadarkan diri, tapi posisinya belum berganti, kedua tangannya berpindah dan diletakkan di bawah kepalanya, gayanya yang malas membuat mata Kirana sedikit berkedip, dengan tatapan dingin dia mengamati Kirana dari ujung kepala hingga ujung kaki, dirabanya bibirnya yang tipis iitu, tapi tidak berbicara sama sekali.

Kirana tidak ingin berbelit-belit lagi dengannya, dengan tanpa rasa ragu Kirana duduk di tempat hari itu dia duduk, dan dengan tatapan dingin menatap Helbert.

Helbert melihat gerak-gerik tubuhnya yang begitu otomatis, kedua bola matanya yang hitam dan dalam itu berkedip, matanya penuh dengan sebuah perasaan yang tidak tau apa itu.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu