Akibat Pernikahan Dini - Bab 18 Perselisihan
“Kirana, kamu kenapa?” Ibu Kirana dengan sedikit khawatir menatap Kirana yang depannya terdapat sepiring nasi tapi tidak makan sesuap pun terduduk di depannya, anaknya yang telah terbengong sekian lama.
Kirana tiba-tiba tersadar kembali, terlihat ibunya dan Daniel dengan mengernyitkan dahi dan ekspresi khawatir menatapnya, dia menyiratkan sebuah senyuman yang menenangkan mereka, “Aku tidak apa-apa! Ayo makan.”
Tapi makanan ini, benar-benar sulit untuk ditelan, hari ini adalah keputusan dari pengadilan, apabila keluarganya tidak dapat mengeluarkan uang untuk mengganti rugi, sisa umur ayahnya hanya bisa hidup di dalam penjara.
“Daniel, apa kamu sudah menemukan cara?”
Kirana mengernyitkan dahinya melihat Daniel, Daniel juga mengernyitkan dahinya, benar-benar tidak ada keinginan untuk makan, dia meletakkan mangkoknya, dan menggelengkan kepalanya, dalam pikirannya malah teringat malam dimana dia pergi ke seluruh tempat untuk mengumpulkan uang, saat dia bersiap-siap akan mentransfer uang perusahaan, John malah mencarinya lagi.
Teringat, tatapan John yang melihatnya saat itu, tatapan yang dingin itu membawa sikap yang mengejek, benar-benar seperti menusukkan jarum pada luka Daniel.
“Daniel! Hanya dengan kamu memohon padaku, aku akan memberikan uang yang kamu butuhkan kepadamu, bagaimana?” John dengan tatapan mengejek dan senyuman yang dingin menatap Daniel, tapi Daniel menolehkan kepalanya dan tidak melihat ke arah John, dan dengan wajah tenang berkata, “Terima kasih banyak, aku bisa memikirkannya sendiri, kamu tidak perlu khawatir, apabila tidak ada urusan lagi, aku pergi dulu.”
Setelah selesai berbicara, Daniel ingin melangkahkan kakinya dan pergi, tapi ditahan oleh John yang saat itu wajahnya penuh dengan kemarahan, memojokkannya pada dinding, dengan kedua kepalan tangan di sebelah kepala Daniel.
John menyipitkan kedua matanya yang menyeramkan itu menatap Daniel, “Lihat aku!” melihat Daniel yang tidak mau untuk bertatapan dengannya, suara John terdengar penuh dengan kemarahan.
Kedua mata Daniel yang tenang pelan-pelan bertatapan dengan kedua mata John yang berwarna biru gelap, John melihatnya dengan teliti, tapi dia tidak dapat menemukan sedikitpun dari kedua bola mata itu, perasaannya yang rumit terdapat disana.
Benar-benar membuat John merasa hatinya risau, dia rela apabila Daniel marah padanya, membencinya, walaupun itu hanya merendahkannya dan lain-lain, bagus juga, juga tidak rela apabila di matanya terdapat perasaannya, dengan mata yang tidak terkandung hal rumit disana menatapnya.
Di sisi lain, John juga merasa marah dan juga merasa sedikit iba, orang ini, apabila berkata tidak cinta dia benar-benar tidak cinta, apabila dia ingin melepaskannya dia benar-benar melepaskannya.
John tiba-tiba mencium dengan kasar bibir Daniel, lidahnya yang lincah membongkar bibir Daniel yang masih tertutup, dan bercampur aduk dengan lidahnya yang membawa kesegaran, kedua tangannya memegang erat tangan Daniel, dan menekannya kuat-kuat di dinding serta menciuminya dengan kegilaan.
Daniel terkejut memandang kedua bola mata biru tua yang berada di dekatnya itu, tubuhnya merasa lemas, perasaan yang begitu familiar, telah lama tidak dirasakannya.....
Seperti jeritan ringan di malam yang kelam, suara dari gigi dan bibir mereka, mata Daniel tiba-tiba memancarkan sebuah keserakahan, tapi juga hanya sekejap saja, dia teringat orang tuanya, teringat ayahnya yang masih dalam bahaya.
Daniel mendorong kuat-kuat John, wajahnya penuh dengan kedinginan yang sampai diukur, setelah menatap dingin John, dia melemparkan sepatah kata yang tanpa perasaan dan langsung meninggalkannya.
“Aku dan kamu, tidak mungkin ada masa yang akan datang di antara kita!”
Melihat bayangan Daniel, hati John merasa sakit yang teramat dalam, dia juga ingin melepaskannya! Tapi ini semua sudah terlambat, karena dia sudah mencintai sampai ke dalam tulangnya.....
John menyipitkan bola mata birunya yang menyeramkan itu, Daniel! Kamu ingin pergi dari sisiku? Aku tidak akan mengijinkannya! Tidak ada masa yang akan datang kah, kamu lihat saja, sebenarnya ada atau tidak!
Setelah melihat Daniel menggelengkan kepala dan mulai memasuki pikiran yang dalam, kemudian wajahnya yang seketika berubah menjadi pucat dan tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.......
Kirana mengerutkan dahinya, tiba-tiba dia meletakkan mangkoknya, dan berkata, “Aku ada urusan, tidak makan lagi, aku pergi dulu, kalian lanjutkan makan lah!”
Setelah selesai berbicara, Kirana langsung mengambil jaketnya dan tergesa-gesa berjalan menuju keluar, ibunya dengan rasa khawatir melihat Kirana yang tergesa-gesa itu, “Heyy, Kirana, kamu belum makan sesuap nasi pun.....”
“Aku tidak makan lagi.....” Setelah terdengar suara Kirana yang sudah lumayan jauh dari pintu rumahnya, isi ruangan itu pun kembali sepi, ibunya menghelakan nafas, dia juga tidak mempunyai nafsu untuk makan dan meletakkan mangkok itu ke atas meja.
Setelah Daniel kembali tersadar, dia melihat nasi dan sayur yang ada di dalam mangkok Kirana tidak termakan sesuap pun, dia juga melihat Kirana, dengan penuh penasaran dia bertanya pada ibunya, “Bu, mana Kirana.....”
Ibunya menghelakan nafasnya dengan ringan, kerutan di wajahnya sepertinya membuat ibu Kirana semakin tua beberapa tahun, membuat hati Daniel merasa sakit.
“Dia bilang ada urusan mendadak, pergi dahulu, sesensok pun dia belum menyentuhnya, anak ini.....”
Daniel malah mengerutkan dahinya, dan melanjutkan pikirannya........
Sedangkan Kirana yang pergi, dia berjalan menuju ke arah kantor Helbert.
“Hallo! Leo, apa Helbert ada disana?” Leo mengernyitkan dahinya, setelah mendengar suara yang elegan itu dia langsung mengetahui siapa orang itu, dia mengangkat kepalanya dan melihat ternyata Vina yang menawan.
Melihat wajahnya yang tidak sabaran memperlihatkan tidak ada yang harus dicurigai, Leo memegang bibir bawahnya, Vina telah datang berkali-kali, panggilan pun telah mengganggunya berkali-kali, tidak perlu dicurigai dia datang hanya untuk menanyakan apakah Direktur Helbert ada disana atau tidak, sedang melakukan apa, “Mohon maaf, Nona Vina, Direktur Helbert baru saja pergi, dia pergi keluar kota....”
Wajah Leo menampilkan sebuah senyuman yang menunjukkan sebuah ejekan, semua orang tau, Direktur Helbert paling membenci Vina, dia selalu seperti itu, juga tidak mengerti berpura-pura bodoh atau bagaimana, selalu datang untuk menjerat.
Apabila Helbert mau memperhatikannya, tentu saja sudah dari awal, bagaimana mungkin tidak menemuinya? Benar-benar.......
Menurut Leo, Vina juga termasuk seorang yang kasihan, melihat sikapnya, pasti dia menyukai Direktur Helbert, tapi, sesuai dengan sifat Direktur Helbert, Vina sama sekali tidak akan mendapatkan sedikitpun harapan, Direktur Helbert itu siapa? Leo sejak awal tidak pernah melihat Helbert meletakkan seorang wanita pun di dalam hatinya......
Dulu, dia merasa Vina adalah orang yang mengerti, seorang wanita yang bisa bertahan di sisi Direktur Helbert lumayan lama, tapi melihat sikapnya yang sekarang, ck ck ck, semakin tidak ada harapan...........
“Setiap kali pergi ke luar kota? Dan juga, kamu bukannya harus ikut dengan dia, kenapa kamu tidak pergi?” Vina dengan tatapan yang dingin melotot padanya, wajahnya penuh dengan kecurigaan.
Leo tertawa sinis, “Nona Vina mau percaya silahkan tidak silahkan, aku sedang bekerja, aku tidak mengantar anda!”
“Kamu!” Vina melotot pada Leo, teringat dulu saat dirinya masih berada di sisi Helbert, orang ini bagaimana memuji Vina, sekarang, Helbert tidak mau bertemu dengannya, pria tidak tau diri ini ternyata berani berbuat seperti ini padanya!
Vina dengan wajah muram melototi pria yang sedang menundukkan kepalanya bekerja itu, Leo yang sudah tidak menaggapinya, dalam hatinya mengeluarkan kata-kata yang kesal! Heng, cepat atau lambat, aku akan membuatmu memohon!
Vina melirik ke pintu kantor yang tertutup itu, dia mengangkat kakinya dan berjalan menuju kesana, saat dia ingin membuka pintu dan melihat Helbert benar-benar tidak ada disana atau hanya pura-pura saja, terdengar suara Leo yang mengisyaratkan peringatan terhadapnya.
“Nona Vina, anda sangat familiar dengan emosi Direktur Helbert, tapi, di saat dia tidak berada di kantor, dia tidak mengijinkan seorang pun masuk ke dalam ruangannya, akibatnya, anda tidak akan bisa menanggungnya......”
Vina yang sedang memegang pintu ruangan Helbert tiba-tiba terdiam, emosi Helbert, dia tentu saja tau! Setelah dia mempertimbangkan, dia mengangkat kakinya, menatap Leo dengan penuh kemarahan, dan dengan wajah yang muram pergi meninggalkan tempat itu....
Leo mengangkat kepalanya dan dengan tatapan yang mengejek melihat Vina yang penuh kemarahan serta merasa sangat malu, akan tetapi tetap saja dengan gaya sombongnya dia pergi meninggalkan tempat itu, ck ck ck, benar-benar tolol.......
Kirana karena jalan dengan tergesa-gesa, setelah melewati persimpangan, dia tidak menyadari orang yang telah berpapasan dengannya, seorang Vina dengan wajah yang muram dan penuh amarah.......
Vina terdiam seketika, saat berpapasan, dia merasa familiar dengan wanita itu, setelah dia ingat-ingat, ternyata adalah orang yang pernah dia ajak berbincang-bincang, Kirana!
Dia kenapa datang kesini? Vina tiba-tiba teringat suatu penyebab, dia menyipitkan kedua matanya yang ganas itu, memutar tubuhnya dan mengikuti Kirana.
“Helbert ada disini kah?” Leo yang baru saja melawan Vina, awalnya merasa kesal, lagi-lagi mendengar suara wanita mencari Direktur Helbert, dia kira lagi-lagi perempuan mana yang tidak tau diri, dia mengangkat kepalanya dengan ringan.
“Tidak... Heee... Nona Kirana, anda mencari Direktur Helbert? Ada, ada, dia sedang istirahat di dalam kantor, anda langsung saja buka pintu ruangannya, hanya saja dengan suara yang pelan.”
Leo yang ekspresinya berubah-ubah itu segera memberikan senyuman palsu, Kirana mengernyitkan dahinya, dia menganggukkan kepalanya dengan ringan dan langung pergi menuju ruangan Helbert.
Leo berusaha untuk tetap tersenyum melihat Kirana yang berjalan ke arah pintu dan masuk ruangan Helbert, setelah dia masuk dan menutup pintu, Leo menundukkan kepalanya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.
Sedangkan Vina yang bersembunyi di sebuah persimpangan, wajahnya menjadi muram, kedua bola matanya yang menawan itu penuh dengan kebencian.
Bukannya dia bilang Helbert tidak ada disini kah? Demi apa wanita ini diperbolehkan masuk? Atau jangan-jangan, Helbert sebenarnya berada di dalam ruangannya? Leo pria jelek! Berani-beraninya membohongiku! Tapi setelah berpikir dari segi yang lain, ini semua pasti Helbert yang menyuruhnya!
Hati Vina tiba-tiba menjadi kelam, wajahnya pun terlihat penuh dengan kemarahan yang sangat dalam, kedua matanya pun mulai menyipit, apa karena Kirana wanita pelacur ini kah?
Setelah matanya dengan tatapan yang dingin itu melihat pintu ruangan yang tertutup, dengan wajah yang muram dia pergi meninggalkan tempat itu, Kirana! Aku tidak akan membiarkanmu untuk hidup dengan baik!
Kirana yang baru saja masuk dengan suara pelan, terlihat pemandangan pria tampan yang sedang tertidur berada di depan matanya.....
Hanya terlihat wajah Helbert yang terdapat sedikit kerutan akibat kelelahan, di tengah-tengah tidur pulasnya, wajah tampannya yang terlihat dari sisi samping wajahnya sepertinya tetap saja terpancar sebuah sinar yang dingin, kakinya yang panjang ditumpangkannya pada sandaran sofa.
Kedua tangannya saling bersilang dan diletakkan di depan kedua dadanya, sangat sulit ditemukan dia dalam keadaan yang diam, Kirana mengangkat ringan kedua alisnya, tidak perlu bilang, Helbert saat tertidur, tidak terlihat kejam, memberikan suatu perasaan hangat yang palsu.
Tapi hanya perasaan Kirana seketika, kemudian berganti lagi dengan sikap dingin, dengan tatapan yang sangat dingin dia menatap Helbert, kedua mata Helbert sedikit bergerak, dengan setengah sadar dia membuka matanya, tapi malah melihat Kirana dengan tatapan yang dingin.
Helbert segera tersadarkan diri, tapi posisinya belum berganti, kedua tangannya berpindah dan diletakkan di bawah kepalanya, gayanya yang malas membuat mata Kirana sedikit berkedip, dengan tatapan dingin dia mengamati Kirana dari ujung kepala hingga ujung kaki, dirabanya bibirnya yang tipis iitu, tapi tidak berbicara sama sekali.
Kirana tidak ingin berbelit-belit lagi dengannya, dengan tanpa rasa ragu Kirana duduk di tempat hari itu dia duduk, dan dengan tatapan dingin menatap Helbert.
Helbert melihat gerak-gerik tubuhnya yang begitu otomatis, kedua bola matanya yang hitam dan dalam itu berkedip, matanya penuh dengan sebuah perasaan yang tidak tau apa itu.
Novel Terkait
His Soft Side
RiseMy Cute Wife
DessyMr Huo’s Sweetpie
EllyaBack To You
CC LennyCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaMy Secret Love
Fang FangUnlimited Love
Ester GohAkibat Pernikahan Dini×
- Bab 1 Dijebak
- Bab 2 Kehilangan Keperawanan
- Bab 3 Kebingungan
- Bab 4 Bertemu Kembali
- Bab 5 Kembali
- Bab 6 Mangsa
- Bab 7 Karma
- Bab 8 Samuel
- Bab 9 Pertemuan
- Bab 10 Bicaralah!
- Bab 11 Ingin Bersama Kamu
- Bab 12 Bryan
- Bab 13 Menyedihkan
- Bab 14 Rileks
- Bab 15 Bahaya
- Bab 16 Percakapan
- Bab 17 Vina
- Bab 18 Perselisihan
- Bab 19 Budak Hutang
- Bab 20 Kesulitan
- Bab 21 Di Mabuk Asmara
- Bab 22 Tenang
- Bab 23 Kenangan
- Bab 24 Bakat
- Bab 25 Melepaskan Gairah
- Bab 26 Pertemuan
- Bab 27 Ciuman Paksa (Bagian pertama)
- Bab 28 Dicium Paksa (Bawah)
- Bab 29 Disengajakan (I)
- Bab 30 Disengajakan (II)
- Bab 31 Memiliki Maksud
- Bab 31 Memiliki Maksud (2)
- Bab 32 Ada Maksud
- Bab 32 Ada Maksud (4) (2)
- Bab 34 Konspirasi
- Bab 33 Konspirasi (2)
- Bab 34 Konspirasi (BAWAH) (SATU)
- Bab 34 Konspirasi BAWAH) (2)
- Bab 35 Iblis (1)
- Bab 35 Iblis (2)
- Bab 36 Hukuman (1)
- Bab 36 Hukuman (2)
- Bab 37 Hukuman (1)
- Bab 37 Hukuman (2)
- Bab 38 Dihukum(1)
- Bab 38 Dihukum(2)
- Bab 39 Hukuman (1)
- Bab 39 Hukuman (2)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (1)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (2)
- Bab 41 Ternyata (1)
- Bab 41 Ternyata.. (2)
- Bab 42 Lelaki Playboy
- Bab 42 Lelaki Playboy (2)
- Bab 43 Desakan Pernikahan (1)
- Bab 43 Desakan menikah (2)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (1)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (1)
- Bab 45 Ulang Tahun (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (3)
- Bab 46 Keanehan (1)
- Bab 46 Keanehan (2)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (1)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (2)
- Bab 48 Hadiah Spesial (1)
- Bab 48 Hadiah Spesial (2)
- Bab 49 Psikologi Kompleks (1)
- Bab 49 Psikologi Kompleks(2)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (1)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (2)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (1)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (2)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (1)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (2)
- Bab 53 Terlibat (1)
- Bab 53 Terlibat (2)
- Bab 54 Membuat Jatuh (1)
- Bab 54 Membuat Jatuh (2)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (1)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (2)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (1)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (2)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (1)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (2)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (1)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (2)
- Bab 59 Dijebak (1)
- Bab 59 Dijebak (2)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik(1)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik (2)
- Bab 61 Perasaan Curiga (1)
- Bab 61 Perasaan Curiga (2)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (1)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (2)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (1)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (2)
- Bab 64 Anak (1)
- Bab 64 Anak (2)
- Bab 64 Anak (3)
- Bab 65 Kemarahan (1)
- Bab 65 Kemarahan (2)
- Bab 66 Kemarahan (1)
- Bab 66 Kemarahan (2)
- Bab 67 Kemarahan (1)
- Bab 67 Kemarahan (2)
- Bab 68 Kemarahan (1)
- Bab 68 Kemarahan (2)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (1)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (2)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (2)
- Bab 72 Wanita Hamil (1)
- Bab 72 Wanita Hamil (2)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (1)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (2)
- Bab 74 Mengatasinya (1)
- Bab 74 Mengatasinya (2)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (1)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (2)
- Bab 76 Badai Pertunangan (1)
- Bab 76 Badai Pertunangan (2)
- Bab 77 Sang Mantan (1)
- Bab 77 Sang Mantan (2)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (1)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (2)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (1)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (2)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (1)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (2)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (1)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (2)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (1)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (2)
- Bab 83 Hanya Kirana (1)
- Bab 83 Hanya Kirana (2)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (1)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (2)
- Bab 85 Nafsu (1)
- Bab 85 Nafsu (2)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (1)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (2)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (1)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (2)
- Bab 68 Pesta (1)
- Bab 88 Pesta (2)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (1)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (2)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (1)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (2)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (1)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (2)
- Bab 92 Sakit Cinta (1)
- Bab 92 Sakit Cinta (2)
- Bab 93 Hatiku Sakit (1)
- Bab 93 Hatiku Sakit (2)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (1)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (2)
- Bab 95 Balas Dendam (1)
- Bab 95 Balas Dendam (2)
- Bab 96 Terungkap (1)
- Bab 96 Terungkap (2)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (1)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (2)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (1)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (2)
- Bab 99 Tanpa Diduga (1)
- Bab 99 Tanpa Diduga (2)
- Bab 100 Setengah hati (1)
- Bab 100 Setengah Hati (2)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (1)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (2)
- Bab 102 Emosional (1)
- Bab 102 Emosional (2)
- Bab 103 Emosional (1)
- Bab 103 Emosional (2)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (1)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (2)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (1)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (2)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (1)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (2)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (1)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (2)
- Bab 108 Sangat Marah (1)
- Bab 108 Sangat Marah (2)
- Bab 109 Penderitaan (1)
- Bab 109 Penderitaan (2)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (1)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (2)
- Bab 111 Penderitaan (1)
- Bab 111 Penderitaan (2)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (1)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (2)
- Bab 113 Pertengkaran (1)
- Bab 113 Pertengkaran (2)
- Bab 114 Kesedihan (1)
- Bab 114 Kesedihan (2)
- Bab 115 Busur Keras (1)
- Bab 115 Busur Keras (2)
- Bab 116 Kekerasan (1)
- Bab 116 Kekerasan (2)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (1)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (2)
- Bab 118 Menggoda (1)
- Bab 118 Menggoda (2)
- Bab 119 Perampokan Cinta (1)
- Bab 119 Perampokan Cinta (2)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (1)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (2)
- Bab 121 Cinta Tragis (1)
- Bab 121 Cinta Tragis (2)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (1)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (2)
- Bab 123 Kejamnya (1)
- Bab 123 Kejamnya (2)
- Bab 124 Pengkhianatan (1)
- Bab 124 Pengkhianatan (2)
- Bab 125 Pengkhianatan (1)
- Bab 125 Pengkhianatan (2)
- Bab 126 Pengkhianatan (1)
- Bab 126 Pengkhianatan (2)
- Bab 127 Pengkhianatan (1)
- Bab 127 Pengkhianatan (2)
- Bab 128 Pengkhianatan (1)
- Bab 128 Pengkhianatan (2)
- Bab 129 Pengkhianatan (1)
- Bab 129 Pengkhianatan (2)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (1)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (2)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (1)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (2)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (1)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (2)
- Bab 133 Dia panik? (1)
- Bab 133 Dia panik? (2)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (1)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (2)
- Bab 135 Tumbuhnya Perasaan (1)
- Bab 135 Tumbuh Perasaan (2)
- Bab 136 Kasih Sayang (1)
- Bab 136 Kasih Sayang (2)
- Bab 137 Sistem Persekusi (1)
- Bab 137 Sistem Persikusi (2)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (1)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (2)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (1)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (2)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 144 Pengundang Amarah (1)
- Bab 144 Pengundang Amarah (2)
- Bab 145 Rasa Benci (1)
- Bab 145 Rasa Benci (2)
- Bab 146 Benci (1)
- Bab 146 Benci (2)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (1)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (2)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (1)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (2)
- Bab 149 Loyalitas Dia (1)
- Bab 149 Loyalitas Dia (2)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (1)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 153 Kencan Buta (1)
- Bab 153 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (1)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (2)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (1)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (2)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (1)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (2)
- Bab 157 Salah Paham (1)
- Bab 157 Salah Paham (2)
- Bab 158 Pengakuan (1)
- Bab 158 Pengakuan (2)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (1)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (2)
- Bab 160 Cinta Pertama (1)
- Bab 160 Cinta Pertama (2)
- Bab 161 Cinta Pertama (1)
- Bab 161 Cinta Pertama (2)
- Bab 162 Inisial Cinta (2)
- Bab 162 Inisial CInta (2)
- Bab 163 Jawaban (1)
- Bab 163 Jawaban (2)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (1)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (2)
- Bab 165 Jawaban (1)
- Bab 165 Jawaban (2)
- Bab 166 Lawan (1)
- Bab 166 Lawan (2)
- Bab 167 Rival (1)
- Bab 167 Rival (2)
- Bab 168 Rival (1)
- Bab 168 Rival (2)
- Bab 169 Kelompok Musuh (1)
- Bab 169 Kelompok Musuh (2)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (1)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (2)
- Bab 171 Perjamuan (1)
- Bab 171 Perjamuan (2)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (1)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (2)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (1)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (2)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (1)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (2)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (1)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (2)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (1)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (2)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Rencana Awal (1)
- Bab 179 Rencana Awal (2)
- Bab 180 Rencana Awal (1)
- Bab 180 Rencana Awal (2)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 183 Terluka (1)
- Bab 183 Terluka (2)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (1)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (2)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (1)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (2)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (1)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (2)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (1)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (2)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (1)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (2)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (1)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (2)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (1)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (2)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (1)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (2)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (1)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (2)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Krisis Lagi (1)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Kerisis Lagi (2)
- Bab 198 Kegilaan Dia 1
- Bab 198 Kegilaan Dia (2)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (1)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (2)
- Bab 200 Menolong Dia (1)
- Bab 200 Menolong Dia (2)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (1)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (2)
- Bab 202 Menembus Krisis (1)
- Bab 202 Menembus Krisis (2)
- Bab 203 Perangkap Indah (1)
- Bab 203 Perangkap Indah (2)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (1)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (2)
- Bab 205 Rencana (1)
- Bab 205 Rencana (2)
- Bab 206 Kebetulan (1)
- Bab 206 Kebetulan (2)
- Bab 207 Kebetulan (1)
- Bab 207 Kebetulan (2)
- Bab 208 Menang (1)
- Bab 208 Menang (2)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (1)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (2)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (1)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (2)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (1)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (2)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (1)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (2)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (1)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (2)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (1)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (2)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (1)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (2)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (1)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (2)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (1)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (2)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (1)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (2)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (1)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (2)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (1)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (2)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (1)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (2)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (1)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (2)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (1)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (2)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 228 Waktu Jantung Berdetak (1)
- Bab 228 Detak Jantung Sesaat (2)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (1)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (2)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (1)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (2)
- Bab 231 Hilang Ingatan (1)
- Bab 231 Hilang Ingatan (2)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (1)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (2)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (1)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (2)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (1)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (2)
- Bab 235 Bertemu Kembali (1)
- Bab 235 Bertemu Kembali (2)
- Bab 236 Kembali Bertemu (1)
- Bab 236 Kembali Bertemu (2)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (1)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (2)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (1)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (2)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (1)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (2)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (1)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (2)
- Bab 241 Kembali (1)
- Bab 241 Kembali (2)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (1)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (2)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (1)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (2)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (1)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (2)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (1)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (2)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 248 Penutup (1)
- Bab 248 Penutup (2)
- Bab 249 Penutup (1)
- Bab 249 Penutup (2)