Akibat Pernikahan Dini - Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)

Ivan Lim membawa sebuah kayu ke rumah Helbert Han, mengatakan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya, karena waktu itu ia meninggalkan Helbert Han kepada salah satu bartender, baru kemudian menyebabkan kesalahpahaman antara Helbert Han dan Kirana.

Tapi, baru saja sampai pada villa Helbert Han, ia langsung ditolak mentah-mentah. Helbert Han sudah memerintah bawahannya, jika Ivan Lim datang, bahkan halaman villa pun tidak boleh dibiarkan masuk!

Ivan Lim sangat kesal, masalah waktu itu dia tidak bersalah. Karena baru saja menyelesaikan masalah kesalahan perencanaan yang Yesi perbuat, ia dihadapi lagi dengan masalah keuangan perusahaan ayahnya.

Di tengah dua kesibukkan itu, dia masih harus menyempatkan diri menemani Helbert Han minum-minum untuk menghilangkan kesedihan! Dasar bocah itu! Bukan hanya tidak berterima kasih padanya, bahkan memperlakukannya seperti ini.

Meskipun meninggalkan Helbert Han seperti itu tidaklah benar, tapi, dia benar-benar tidak bersalah. Setelah gagal untuk meminta maaf pada Helbert Han, Ivan Lim sengaja melemparkan begitu saja kayu yang menyimbolkan sesuatu ke dalam halaman Helbert Han.

Setelah selesai, Ivan Lim berbalik dan pergi dengan asal. Helbert Han tidak ada waktu untuk meladeninya. Mata Helbert Han sekarang tengah menatap wanita yang sedang makan tanpa ekspresi apapun duduk di seberangnya.

Sejak kemarin malam, wajah Kirana selalu seperti ini. Mau Helbert Han berbuat apapun, baik itu membuat lelucon atau meminta maaf, Kirana tetap tidak mengatakan apapun.

Helbert Han menyuruhnya berbuat apa, maka Kirana akan melakukannya. Ekspresi kaku itu, Helbert Han dapat dengan jelas melihatnya, Kirana sedang tidak ingin bicara dengannya.

Apalagi memberinya ekspresi lain. Helbert Han dengan wajah rumit menatap lurus Kirana, sedangkan Kirana, ditatap oleh sepasang bola mata gelap nan dalam.

Bulu kuduk sekujur tubuhnya sudah hampir berdiri semuanya, meletakkan sumpit dan melap mulutnya dengan tisu, Kirana memutuskan untuk tidak makan lagi. Helbert Han mengernyitkan dahi menatap Kirana yang hanya makan beberapa suap saja.

"Kenapa tidak makan lagi? Tidak enak?"

Kirana tidak menjawab pertanyaannya, hanya menatapnya dengan mata tenang tanpa perasaan apapun, "Aku sudah boleh kembali 'kan."

"Apa kamu sangat tidak ingin bersama denganku? Ini adalah rumahmu! Kamu ingin pergi kemana!"

Wajah Helbert Han mendadak marah, terhadap Kirana yang dengan jelas merasa jijik bersamanya, dia sangat kesal, juga merasa sangat tidak berdaya.

Kirana tidak melihat wajahnya lagi, berdiri lalu meninggalkan tempat itu, namun tangannya ditahan oleh Helbert Han, "Tetap tinggal di sini, ya? Anggap aku yang memohon padamu ..."

Tangan Kirana yang awalnya ingin menepis tangan Helbert Han mendadak berhenti, ia berbalik dan menatap pria itu dengan mata gelap, pria yang dari dulu selalu angkuh ini, apa yang dia dengar hari ini, pria itu memohon padanya untuk tetap tinggal!

Jikalau ini dulu, dia pasti tidak tahan terhadap permohonan Helbert Han ini, tapi, sekarang berbeda dengan dulu, hati sudah berubah, karena keadaan apa, malah harus berkata lain!

Kirana tiba-tiba tersenyum ke arah Helbert Han, baru saja saat Helbert Han mengira Kirana bersedia menetap dan merasa senang, ia melihat Kirana yang dengan perlahan menurunkan tangannya.

"Menetap di sini, aku takut akan muntah karena terlalu jijik!"

Selesai berkata, Kirana tetap mempertahankan senyum itu lalu berbalik dan kemudian pergi, seperti perkataan penuh ketidaksukaan itu bukan dia yang katakan.

Tubuh Helbert Han kaku, dengan mata gelap ia memandang tangannya yang masih dengan posisi sama saat menahan lengan Kirana.

Tangannya seperti masih ada kehangatan dari Kirana dan sekujur tubuhnya memancarkan aura dingin. Pelayan-pelayan yang memang bekerja di dapur semuanya seperti sedang menahan napas.

Tidak berani menimbulkan bunyi sedikitpun. Karena takut membuat tuan mereka marah, mereka semakin berhati-hati.

Mata Helbert Han yang gelap itu memancarkan kedinginan, bahkan setelah Kirana pergi untuk waktu yang lama, dia masih tetap berada pada posisi semula.

Mengepalkan tangan keras, Helbert Han kemudian pergi, berbalik dan berjalan menuju garasi. Setelah Helbert Han pergi, para pelayan itu menghela napas lega. Jika terus bekerja dalam suasana mencekam itu, mereka tidak akan tahan tentunya.

Helbert Han menekan pedal gas, lalu mobil seperti sedang terbang, melaju dengan cepat. Tapi bukan menuju perusahaan, melainkan menuju tempat paling dalam mafia!

Nona Henny sedang memarahi seorang pelayan muda, tiba-tiba terdengar suara ribut di luar yang membuatnya mengerutkan dahi. Nona Henny belum sempat marah, matanya sudah menangkap sosok pria familiar yang berjalan masuk.

Nona Henny segera menyambutnya, secara bersamaan, anak muda yang tadi sedang dimarahi menghela napas lega, ia menatap terima kasih pada orang yang datang, untung saja orang itu datang, Nona Henny baru tidak lanjut memarahinya.

Akan tetapi, baru saja menengadahkan kepala, ia melihat seorang pria muda yang memiliki aura membunuh begitu kuat, nyaris saja membuatnya ingin kabur dari sana.

Meskipun pria itu sangat tampan, dia hanya bisa menggunakan kata tampan untuk mendeskripsikan pria itu. Karena dia tidak pintar, kata yang bisa dia pikirkan saat ini, hanya ini, pria itu lebih tampan dibandingkan semua pria yang pernah dia jumpai!

Tapi kedinginan yang terpancar dari tubuh pria itu membuatnya tidak berani terus menilai pria itu, saat sedang menatap dengan diam-diam, pria itu tiba-tiba menatapnya dengan dingin.

Hatinya bergetar ketakutan, tatapan itu terlalu mencekam, terutama aura pada tubuh pria itu, membuatnya sangat ketakutan, bahkan keringat dingin sudah mulai keluar.

Nona Henny sedikit bingung dan mengikuti arah pandangan Helbert Han. Setelah melihat adalah anak muda yang tidak berguna tadi, wajahnya langsung berubah suram lalu berkata dengan dingan pada anak muda itu, "Untuk apa masih diam di sana!! Masih ingin dimarahi?"

"Aku ... baik, baik, baik, aku segera pergi, segera pergi." awalnya dia kira pria itu datang untuk membantunya agar tidak lagi dimarahi, tapi sekarang, pria itu kelihatannya lebih menakutkan dari Nona Henny!

Dia sama sekali tidak ingin menetap di sana. Setelah mendengar perintah Nona Henny, dia segera pergi dengan cepat.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu