Akibat Pernikahan Dini - Bab 22 Tenang
Melihat Bryan sama sekali tidak peduli, sepertinya pria itu sedikitpun tidak menghargai hidupnya dan juga dia memasang senyum brengsek mengarah ke arahnya. Melihat hal itu hati Kirana dipenuhi oleh rasa marah.
Tangan Kirana menarik telinga Bryan, lalu berkata: "Bryan! Kamu ingin menjadi korban yang pura-pura tertabrak ya? Jangan bersandar padaku! Kamu tidak ingin hidup, tapi aku masih mau hidup!"
"Duh duh, sakit... dasar wanita tidak punya hati! Lepaskan aku!" Wajah Bryan yang berlebihan membuat Kirana mengira bahwa dirinya terlalu keras menarik telinga Bryan. Saat melepaskan tangannya, Bryan langsung tersenyum jahil seperti orang yang tak berdosa.
Kirana menatapnya kesal. Dia kembali dijahili oleh pria itu!
"Jangan semena-mena! Tubuh itu adalah pemberian orangtua! Sayangi hidupmu, kamu bisa mati tahu! Kelakuan kekanakkan ini, kamu sudah beberapa kali melakukannya! Kalau saja orangtuamu tahu, pasti kamu dipukul habis-habisan!"
Ucapan Kirana dipenuhi kemarahan. Si bodoh ini, hanya dia yang bisa terbiasa melakukan hal yang tidak bertanggung jawab pada hidupnya seperti ini!
Begitu mengingat pria itu selalu meminta bonceng dengan manja, Kirana menjadi kesal dan tidak bisa berkata-kata lagi.
Senyuman di wajah Bryan tiba-tiba memudar, wajahnya sedikit meredup. Tatapan matanya menjadi sedih, "Maaf membuatmu kecewa. Aku tidak punya orang tua. Mereka tidak akan bisa mengaturku!"
Melihat ekspresi wajah Bryan yang meredup, hati Kirana seperti ditarik dengan kasar, Kirana terperangah. Baru saja pria itu membantah, tapi tiba-tiba langsung memikirkan hal yang lain.
Kedua orangtuanya sudah tiada? Apakah yang dikatakan teman-teman dulu itu benar?
Kirana merasa agak canggung. Hatinya sedang rumit, tapi bagaimana bisa ucapannya menjadi bijaksana seperti ini? Tapi Bryan tiba-tiba tersenyum jahil dan menaruh tangannya ke atas bahunya, "Hei wanita bodoh, kamu harus membelikanku sebuah ponsel!"
Kirana memutar kepalanya. Senyum jahil pria itu tercetak jelas di bawah sinar matahari, sedikit menawan. Senyumannya tidak lebar, ada arti sedih dan pedih pada senyumnya.
Senyum itu membuat orang merasa menyesal. Sebenarnya pria ini sudah mengalami hal apa....
Jangan melihat Bryan yang biasanya sembrono, teledor dan tidak pedulian, tetapi Kirana selalu merasa pria itu kesepian dan sedih, mungkin seperti menderita karena terpisah dari dunia luar.
Ini juga menjadi alasan kenapa Kirana biasanya tidak suka beradu mulut dengan orang. Dia merasa hal itu kekanakkan dan membosankan. Tapi setiap bertemu dengan si bodoh Bryan ini, kemampuan debat Kirana sesuai dengan Bryan, membuat Bryan menjadi tidak berdebat dengan dirinya sendiri.
Tetapi setiap Kirana menanggapinya, Bryan selalu menjahilinya dengan pura-pura menguap. Kirana semakin menyerangnya, Bryan semakin sadis menjahilinya, dan Bryan malah senang. Karena setidaknya masih ada orang yang bicara dengannya bahkan jika itu adu mulut.
Hal ini juga tidak harus membuat Bryan merasa seperti salah paham bahwa seluruh dunia hanya tersisa dia seorang. Kesendirian dan kesepian yang melekat pada dirinya semakin membuat sifat Bryan semakin aneh.
Kirana memutar matanya jengkel lalu membuang jauh tangan Bryan yang berada di atas bahunya. Kirana agak jauh dari posisi Bryan, lalu mengangkat alisnya berkata: "Apa yang aku punya sampai membelikanmu ponsel!"
Salah satu tangannya masuk ke dalam saku celananya, tersenyum jahil sambil memandang Kirana: "Terakhir kali, seorang wanita tak punya hati, tidak diduga berani memutuskan telepon dariku! Tidak tahu ini bagus atau buruk, ponsel itu jatuh dari tanganku dan ponselnya... hancur!"
Kirana menatapnya. Terjatuh? Pasti dia sengaja menjatuhkannya, dan sekarang pria ini masih berani bergantung padanya! Awalnya Kirana tidak berencana mempedulikannya, tapi kemudian ucapan Bryan yang samar membuatnya tercengang.
"Rabu depan malamnya adalah hari ulang tahunku. Kamu harus datang! Dan juga, ponsel itu menjadi hadiah ulang tahunku. Baiklah, senangnya diriku karena sudah mengatakannya!"
Kirana menatap anak bandel di depannya dengan diam. Pria itu menginginkan hadiah tapi memaksa! Dan juga, ketika Pria itu membantu Zasmin merayakan hari ulang tahun, mereka merayakannya dengan sangat berisik. Karena hal itu, Kirana sangat alergi dengan yang namanya perayaan ulang tahun!
Bisa menghindar, ya menghindar! Kirana menggelengkan kepalanya menolak, "Aku bisa memberikanmu ponsel. Tetapi ulang tahunmu, aku mengucapkan selamat ulang tahun padamu lebih awal, ya. Aku tidak bisa datang, aku..."
Belum selesai Kirana bicara, Bryan menatap Kirana kesal, lalu dengan keras kepala berkata, "Coba kalau kau berani! Jika kamu tidak datang, setiap malam aku akan ada dibawah rumahmu dan bernyanyi sampai membuatmu kesal!"
Kirana menyipitkan matanya yang penuh bahaya, menatap lurus pria bodoh yang sedang bertingkah tidak tahu malu di depannya. Bryan bernyanyi? Itu akan menjadi kejadian yang sangat mengerikan! Sangat mengerikan!
Tidak usah mengatakan akan bernyanyi sampai membuatnya kesal! Ah sial, jika pria itu bicara seperti ini, dirinya jadi merasa tidak enak.
"Bryan, bisakah kamu tidak kekanakkan?" Kirana benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi pada pria itu dan di balas Bryan dengan omong kosong dengan wajah yang serius: "Dimananya aku bersikap kekanakkan? Aku ini sudah dewasa! Lagipula aku tidak peduli. Jika kamu tidak datang, aku akan lakukan yang aku ucapkan. Aku segera menepati janjiku untuk bernyanyi untukmu!"
Pasti! Bicara dengan orang keras kepala dan kekanakkan seperti ini, tidak ada gunanya. Kirana menatap sekilas Bryan, menghela napas berat lalu kembali menghirup napas dalam-dalam, lalu berkata: "Baik, aku mengerti!"
Bryan langsung tersenyum bodoh dengan gembiranya. Kegelisahan di hatinya benar-benar menghilang. Bryan merupakan orang yang mudah merasa puas, selama mendapatkan jawaban pasti dari Kirana.
Kirana hanya diam melihat Bryan yang tersenyum bodoh. Jika bilang Bryan itu bodoh, dirinya tidak benar-benar menganggap pria itu bodoh sungguhan. Kirana menggelengkan kepalanya pasrah sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "Aku harus apa? Jika aku bilang akan datang, pasti aku datang. Jangan berdiri dengan bodohnya lalu menghalangiku. Aku sibuk, aku pergi dulu!"
Bryan tidak melepaskan Kirana. Salah satu tangannya menarik tangan Kirana. Karena tarikannya yang terlalu kencang, Kirana yang belum siap tiba-tiba jatuh ke dalam pelukan hangat Bryan.
Kirana langsung terkejut. Dirinya tidak mengerti keadaan saat ini sama dengan Bryan yang juga terkejut karena tidak mengerti.
Kedua orang itu bingung sejenak. Di dalam pelukan Bryan, Kirana merasakan ada bau matahari, terasa hangat, sedangkan Bryan merasakan harum segar wanita yang ada di dalam pelukannya.
Membuat Bryan semakin ingin menyelidikinya lebih dalam dan ingin selalu memilikinya....
Bryan tersadar apa yang terjadi. Entah apa yang dipikirkannya, Bryan langsung bergerak. Kirana merasakan pinggangnya semakin ditarik ke dalam, tubuhnya semakin masuk ke dalam pelukan Bryan.
Kirana tersadar, melotot kesal kepada Bryan yang tersenyum seperti senang seperti mendapatkan permen. Kirana tiba-tiba mendorong pria itu, mundur beberapa langkah, menatapnya dengan penuh kewaspadaan, "Bryan!"
Bryan merasa harum yang ada di dalam pelukannya menjauh. Hatinya kecewa, tapi Bryan masih tersenyum jahil sambil menatap Kirana: "Hei wanita bodoh! Parfum apa yang kamu pakai? Wangi sekali!"
Wajah Kirana tiba-tiba memerah, menatap Bryan dengan tatapan entah malu atau marah, "Bryan, kamu butuh dipukul, ya? Aku tidak pernah pakai parfum!"
Senyum Bryan semakin lebar, "Baguslah. Aku suka mencium harumnya..."
"Cium, cium, cium apa sih sialan! Aku muak denganmu! Bodoh!" Kirana benar-benar malas bicara lagi dengan Bryan. Pasti Tuhan curiga bahwa Kirana terlalu santai, lalu Tuhan mengirim anak bodoh ini untuk membuat dirinya bersenang-senang!
Melihat amarah Kirana memuncak, Bryan tersenyum licik seperti seekor serigala, "Bagaimana kamu tahu kalau aku memuakkan? Kamu begitu memahamiku! Jangan terlalu semangat seperti itu..."
Kirana memelototi Bryan, giginya menggeretak kesal: "Bryan!!!"
"Oke, oke, oke. Aku tahu namaku enak didengar dan enak untuk diteriakkan, tapi jangan berkali-kali meneriakinya, aku jadi agak malu. Bagaimanapun masih ada orang..." Bryan bicara sambil sengaja mengedipkan matanya ke arah Kirana lalu memperhatikan sekitarnya.
Kirana berulang kali menarik napas dalam-dalam, tangannya diam-diam dilepaskan. Membutuhkan waktu lama untuk Kirana menenangkan hatinya untuk tidak memukul pria di depannya. Bodohnya Kirana masih menghiraukan pria itu. Dirinya benar-benar bodoh!
Sepertinya kalimat ini pernah diucapkan oleh seseorang...
Kirana memutar badannya berjalan pergi. Ketika Bryan melihat Kirana berjalan cepat pergi, Bryan ingin mengejarnya tetapi gerbang rumah Kirana sudah tertutup. Hidung Bryan menabrak gerbang rumah Kirana, lalu mengusap hidungnya lalu tertawa. Lewat gerbang besar rumah Kirana, Bryan berteriak kepada Kirana yang tergesa-gesa masuk: "Wanita tak punya hati, jangan lupa pesta ulang tahunku!"
Bryan tahu bahwa Kirana mendengarnya dengan jelas, karena melihat langkah Kirana yang semakin tergesa-gesa, lalu dalam sekejap tubuh Kirana masuk ke dalam villanya yang mewah dan bagus.
Hati Bryan menjadi bahagia. Sejak hari itu dirinya yang hanya bersembunyi dalam kegelapan telah menghilang. Bryan tersenyum bodoh menatap bayangan yang perlahan hilang dibalik Villa besar itu.
Begitu Bryan mengingat hari ulang tahunnya, wajahnya tiba-tiba redup, di dalam hatinya muncul perasaan rumit yang sulit dijelaskan. Di wajahnya yang tampan muncul ekspresi dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan aura kesedihan.
Bryan berdiri cukup lama di luar pintu gerbang villa Kirana. Bayangan tubuhnya yang kesepian terlihat seperti sedang ditelantarkan oleh orang.
Tapi begitu ingat bahwa bisa melihat wanita tidak punya hati itu datang ke pesta ulang tahunnya, wajah Bryan mulai muncul setitik ekspresi senyum. Bryan memutar tubuhnya lalu dengan langkah besar pergi menuju mobilnya.
"Kirana, tumben kamu pulang lebih awal?" Baru masuk ke dalam, Kirana sudah ditanya oleh ayahnya yang sedang membaca koran. Kirana terkejut. Kacau! Dirinya lupa jika waktu pulang sekolah dan pulang kerja itu berbeda. Hari ini dia pulang kerja lebih awal, tapi dia lupa dengan sekolah!
"Ehem.. hari ini guruku ada urusan, jadi pulang lebih awal. Oh ya, kak Daniel di mana?"
Kirana bicara dengan sedikit canggung dan aneh, sibuk mengganti topik. Tak diduga ayah Kirana juga tidak terlalu memperhatikan, ayahnya juga terbawa dengan topik yang diganti oleh Kirana.
"Kakakmu? Pagi-pagi sekali dia sudah pergi. Sepertinya sedang sibuk mengalihkan urusan bisnis. Duh, jika tidak ada aku di perusahaan, perusahaan kakakmu sedari awal bisa selesai masalahnya! Semuanya menyalahkanku karena telah membuat kakakmu lelah..."
Ayah Kirana terlihat kecewa. Pria paruh baya itu menurunkan korannya, tatapan matanya yang redup menatap layar televisi.
Kirana menghampiri ayahnya, lalu memberikan pria paruh baya itu segelas teh. Sembari memberikan teh, Kirana berkata: "Ayah, masalah ini bukanlah salahmu. Lupakanlah masalah perusahaan. Tidak apa-apa! Istirahat sejenak dan temanilah ibu. Ada kakak yang mengurusnya pasti masalah ini selesai, jangan khawatir!"
Ayah Kirana menerima gelas yang diberikan oleh Kirana, lalu menghela napasnya. Meminumnya sedikit lalu berkata, "Ah aku harap, bisa sibuk seperti sebelumnya, tidak apa-apa. Sekarang aku telah bersantai-santai, tapi aku selalu merasa kosong dan sepi. Ah kamu mengatakan ini..."
"Cukup, cukup! Seharian ini kamu selalu menghela napas! Aku jengah mendengarnya! Jika tidak apa-apa, lebih baik kau membantuku mencuci piring!" Ibu Kirana keluar dari dapur dengan tubuh yang dilingkari apron, tangannya masih memegang sayur kol putih.
Mendengar dari kejauhan helaan napas pria tua itu benar-benar membuat ibu Kirana jengah! Pria itu juga tidak ada lelahnya!
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoCinta Yang Berpaling
NajokurataCinta Tak Biasa
SusantiMarriage Journey
Hyon SongI'm Rich Man
HartantoAkibat Pernikahan Dini×
- Bab 1 Dijebak
- Bab 2 Kehilangan Keperawanan
- Bab 3 Kebingungan
- Bab 4 Bertemu Kembali
- Bab 5 Kembali
- Bab 6 Mangsa
- Bab 7 Karma
- Bab 8 Samuel
- Bab 9 Pertemuan
- Bab 10 Bicaralah!
- Bab 11 Ingin Bersama Kamu
- Bab 12 Bryan
- Bab 13 Menyedihkan
- Bab 14 Rileks
- Bab 15 Bahaya
- Bab 16 Percakapan
- Bab 17 Vina
- Bab 18 Perselisihan
- Bab 19 Budak Hutang
- Bab 20 Kesulitan
- Bab 21 Di Mabuk Asmara
- Bab 22 Tenang
- Bab 23 Kenangan
- Bab 24 Bakat
- Bab 25 Melepaskan Gairah
- Bab 26 Pertemuan
- Bab 27 Ciuman Paksa (Bagian pertama)
- Bab 28 Dicium Paksa (Bawah)
- Bab 29 Disengajakan (I)
- Bab 30 Disengajakan (II)
- Bab 31 Memiliki Maksud
- Bab 31 Memiliki Maksud (2)
- Bab 32 Ada Maksud
- Bab 32 Ada Maksud (4) (2)
- Bab 34 Konspirasi
- Bab 33 Konspirasi (2)
- Bab 34 Konspirasi (BAWAH) (SATU)
- Bab 34 Konspirasi BAWAH) (2)
- Bab 35 Iblis (1)
- Bab 35 Iblis (2)
- Bab 36 Hukuman (1)
- Bab 36 Hukuman (2)
- Bab 37 Hukuman (1)
- Bab 37 Hukuman (2)
- Bab 38 Dihukum(1)
- Bab 38 Dihukum(2)
- Bab 39 Hukuman (1)
- Bab 39 Hukuman (2)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (1)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (2)
- Bab 41 Ternyata (1)
- Bab 41 Ternyata.. (2)
- Bab 42 Lelaki Playboy
- Bab 42 Lelaki Playboy (2)
- Bab 43 Desakan Pernikahan (1)
- Bab 43 Desakan menikah (2)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (1)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (1)
- Bab 45 Ulang Tahun (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (3)
- Bab 46 Keanehan (1)
- Bab 46 Keanehan (2)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (1)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (2)
- Bab 48 Hadiah Spesial (1)
- Bab 48 Hadiah Spesial (2)
- Bab 49 Psikologi Kompleks (1)
- Bab 49 Psikologi Kompleks(2)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (1)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (2)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (1)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (2)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (1)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (2)
- Bab 53 Terlibat (1)
- Bab 53 Terlibat (2)
- Bab 54 Membuat Jatuh (1)
- Bab 54 Membuat Jatuh (2)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (1)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (2)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (1)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (2)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (1)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (2)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (1)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (2)
- Bab 59 Dijebak (1)
- Bab 59 Dijebak (2)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik(1)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik (2)
- Bab 61 Perasaan Curiga (1)
- Bab 61 Perasaan Curiga (2)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (1)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (2)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (1)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (2)
- Bab 64 Anak (1)
- Bab 64 Anak (2)
- Bab 64 Anak (3)
- Bab 65 Kemarahan (1)
- Bab 65 Kemarahan (2)
- Bab 66 Kemarahan (1)
- Bab 66 Kemarahan (2)
- Bab 67 Kemarahan (1)
- Bab 67 Kemarahan (2)
- Bab 68 Kemarahan (1)
- Bab 68 Kemarahan (2)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (1)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (2)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (2)
- Bab 72 Wanita Hamil (1)
- Bab 72 Wanita Hamil (2)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (1)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (2)
- Bab 74 Mengatasinya (1)
- Bab 74 Mengatasinya (2)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (1)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (2)
- Bab 76 Badai Pertunangan (1)
- Bab 76 Badai Pertunangan (2)
- Bab 77 Sang Mantan (1)
- Bab 77 Sang Mantan (2)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (1)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (2)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (1)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (2)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (1)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (2)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (1)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (2)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (1)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (2)
- Bab 83 Hanya Kirana (1)
- Bab 83 Hanya Kirana (2)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (1)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (2)
- Bab 85 Nafsu (1)
- Bab 85 Nafsu (2)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (1)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (2)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (1)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (2)
- Bab 68 Pesta (1)
- Bab 88 Pesta (2)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (1)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (2)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (1)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (2)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (1)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (2)
- Bab 92 Sakit Cinta (1)
- Bab 92 Sakit Cinta (2)
- Bab 93 Hatiku Sakit (1)
- Bab 93 Hatiku Sakit (2)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (1)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (2)
- Bab 95 Balas Dendam (1)
- Bab 95 Balas Dendam (2)
- Bab 96 Terungkap (1)
- Bab 96 Terungkap (2)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (1)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (2)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (1)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (2)
- Bab 99 Tanpa Diduga (1)
- Bab 99 Tanpa Diduga (2)
- Bab 100 Setengah hati (1)
- Bab 100 Setengah Hati (2)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (1)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (2)
- Bab 102 Emosional (1)
- Bab 102 Emosional (2)
- Bab 103 Emosional (1)
- Bab 103 Emosional (2)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (1)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (2)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (1)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (2)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (1)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (2)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (1)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (2)
- Bab 108 Sangat Marah (1)
- Bab 108 Sangat Marah (2)
- Bab 109 Penderitaan (1)
- Bab 109 Penderitaan (2)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (1)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (2)
- Bab 111 Penderitaan (1)
- Bab 111 Penderitaan (2)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (1)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (2)
- Bab 113 Pertengkaran (1)
- Bab 113 Pertengkaran (2)
- Bab 114 Kesedihan (1)
- Bab 114 Kesedihan (2)
- Bab 115 Busur Keras (1)
- Bab 115 Busur Keras (2)
- Bab 116 Kekerasan (1)
- Bab 116 Kekerasan (2)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (1)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (2)
- Bab 118 Menggoda (1)
- Bab 118 Menggoda (2)
- Bab 119 Perampokan Cinta (1)
- Bab 119 Perampokan Cinta (2)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (1)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (2)
- Bab 121 Cinta Tragis (1)
- Bab 121 Cinta Tragis (2)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (1)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (2)
- Bab 123 Kejamnya (1)
- Bab 123 Kejamnya (2)
- Bab 124 Pengkhianatan (1)
- Bab 124 Pengkhianatan (2)
- Bab 125 Pengkhianatan (1)
- Bab 125 Pengkhianatan (2)
- Bab 126 Pengkhianatan (1)
- Bab 126 Pengkhianatan (2)
- Bab 127 Pengkhianatan (1)
- Bab 127 Pengkhianatan (2)
- Bab 128 Pengkhianatan (1)
- Bab 128 Pengkhianatan (2)
- Bab 129 Pengkhianatan (1)
- Bab 129 Pengkhianatan (2)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (1)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (2)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (1)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (2)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (1)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (2)
- Bab 133 Dia panik? (1)
- Bab 133 Dia panik? (2)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (1)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (2)
- Bab 135 Tumbuhnya Perasaan (1)
- Bab 135 Tumbuh Perasaan (2)
- Bab 136 Kasih Sayang (1)
- Bab 136 Kasih Sayang (2)
- Bab 137 Sistem Persekusi (1)
- Bab 137 Sistem Persikusi (2)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (1)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (2)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (1)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (2)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 144 Pengundang Amarah (1)
- Bab 144 Pengundang Amarah (2)
- Bab 145 Rasa Benci (1)
- Bab 145 Rasa Benci (2)
- Bab 146 Benci (1)
- Bab 146 Benci (2)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (1)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (2)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (1)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (2)
- Bab 149 Loyalitas Dia (1)
- Bab 149 Loyalitas Dia (2)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (1)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 153 Kencan Buta (1)
- Bab 153 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (1)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (2)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (1)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (2)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (1)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (2)
- Bab 157 Salah Paham (1)
- Bab 157 Salah Paham (2)
- Bab 158 Pengakuan (1)
- Bab 158 Pengakuan (2)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (1)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (2)
- Bab 160 Cinta Pertama (1)
- Bab 160 Cinta Pertama (2)
- Bab 161 Cinta Pertama (1)
- Bab 161 Cinta Pertama (2)
- Bab 162 Inisial Cinta (2)
- Bab 162 Inisial CInta (2)
- Bab 163 Jawaban (1)
- Bab 163 Jawaban (2)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (1)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (2)
- Bab 165 Jawaban (1)
- Bab 165 Jawaban (2)
- Bab 166 Lawan (1)
- Bab 166 Lawan (2)
- Bab 167 Rival (1)
- Bab 167 Rival (2)
- Bab 168 Rival (1)
- Bab 168 Rival (2)
- Bab 169 Kelompok Musuh (1)
- Bab 169 Kelompok Musuh (2)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (1)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (2)
- Bab 171 Perjamuan (1)
- Bab 171 Perjamuan (2)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (1)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (2)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (1)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (2)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (1)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (2)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (1)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (2)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (1)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (2)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Rencana Awal (1)
- Bab 179 Rencana Awal (2)
- Bab 180 Rencana Awal (1)
- Bab 180 Rencana Awal (2)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 183 Terluka (1)
- Bab 183 Terluka (2)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (1)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (2)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (1)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (2)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (1)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (2)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (1)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (2)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (1)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (2)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (1)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (2)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (1)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (2)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (1)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (2)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (1)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (2)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Krisis Lagi (1)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Kerisis Lagi (2)
- Bab 198 Kegilaan Dia 1
- Bab 198 Kegilaan Dia (2)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (1)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (2)
- Bab 200 Menolong Dia (1)
- Bab 200 Menolong Dia (2)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (1)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (2)
- Bab 202 Menembus Krisis (1)
- Bab 202 Menembus Krisis (2)
- Bab 203 Perangkap Indah (1)
- Bab 203 Perangkap Indah (2)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (1)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (2)
- Bab 205 Rencana (1)
- Bab 205 Rencana (2)
- Bab 206 Kebetulan (1)
- Bab 206 Kebetulan (2)
- Bab 207 Kebetulan (1)
- Bab 207 Kebetulan (2)
- Bab 208 Menang (1)
- Bab 208 Menang (2)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (1)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (2)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (1)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (2)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (1)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (2)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (1)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (2)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (1)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (2)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (1)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (2)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (1)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (2)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (1)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (2)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (1)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (2)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (1)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (2)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (1)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (2)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (1)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (2)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (1)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (2)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (1)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (2)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (1)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (2)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 228 Waktu Jantung Berdetak (1)
- Bab 228 Detak Jantung Sesaat (2)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (1)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (2)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (1)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (2)
- Bab 231 Hilang Ingatan (1)
- Bab 231 Hilang Ingatan (2)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (1)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (2)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (1)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (2)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (1)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (2)
- Bab 235 Bertemu Kembali (1)
- Bab 235 Bertemu Kembali (2)
- Bab 236 Kembali Bertemu (1)
- Bab 236 Kembali Bertemu (2)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (1)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (2)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (1)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (2)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (1)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (2)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (1)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (2)
- Bab 241 Kembali (1)
- Bab 241 Kembali (2)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (1)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (2)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (1)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (2)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (1)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (2)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (1)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (2)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 248 Penutup (1)
- Bab 248 Penutup (2)
- Bab 249 Penutup (1)
- Bab 249 Penutup (2)