Akibat Pernikahan Dini - Bab 22 Tenang

Melihat Bryan sama sekali tidak peduli, sepertinya pria itu sedikitpun tidak menghargai hidupnya dan juga dia memasang senyum brengsek mengarah ke arahnya. Melihat hal itu hati Kirana dipenuhi oleh rasa marah.

Tangan Kirana menarik telinga Bryan, lalu berkata: "Bryan! Kamu ingin menjadi korban yang pura-pura tertabrak ya? Jangan bersandar padaku! Kamu tidak ingin hidup, tapi aku masih mau hidup!"

"Duh duh, sakit... dasar wanita tidak punya hati! Lepaskan aku!" Wajah Bryan yang berlebihan membuat Kirana mengira bahwa dirinya terlalu keras menarik telinga Bryan. Saat melepaskan tangannya, Bryan langsung tersenyum jahil seperti orang yang tak berdosa.

Kirana menatapnya kesal. Dia kembali dijahili oleh pria itu!

"Jangan semena-mena! Tubuh itu adalah pemberian orangtua! Sayangi hidupmu, kamu bisa mati tahu! Kelakuan kekanakkan ini, kamu sudah beberapa kali melakukannya! Kalau saja orangtuamu tahu, pasti kamu dipukul habis-habisan!"

Ucapan Kirana dipenuhi kemarahan. Si bodoh ini, hanya dia yang bisa terbiasa melakukan hal yang tidak bertanggung jawab pada hidupnya seperti ini!

Begitu mengingat pria itu selalu meminta bonceng dengan manja, Kirana menjadi kesal dan tidak bisa berkata-kata lagi.

Senyuman di wajah Bryan tiba-tiba memudar, wajahnya sedikit meredup. Tatapan matanya menjadi sedih, "Maaf membuatmu kecewa. Aku tidak punya orang tua. Mereka tidak akan bisa mengaturku!"

Melihat ekspresi wajah Bryan yang meredup, hati Kirana seperti ditarik dengan kasar, Kirana terperangah. Baru saja pria itu membantah, tapi tiba-tiba langsung memikirkan hal yang lain.

Kedua orangtuanya sudah tiada? Apakah yang dikatakan teman-teman dulu itu benar?

Kirana merasa agak canggung. Hatinya sedang rumit, tapi bagaimana bisa ucapannya menjadi bijaksana seperti ini? Tapi Bryan tiba-tiba tersenyum jahil dan menaruh tangannya ke atas bahunya, "Hei wanita bodoh, kamu harus membelikanku sebuah ponsel!"

Kirana memutar kepalanya. Senyum jahil pria itu tercetak jelas di bawah sinar matahari, sedikit menawan. Senyumannya tidak lebar, ada arti sedih dan pedih pada senyumnya.

Senyum itu membuat orang merasa menyesal. Sebenarnya pria ini sudah mengalami hal apa....

Jangan melihat Bryan yang biasanya sembrono, teledor dan tidak pedulian, tetapi Kirana selalu merasa pria itu kesepian dan sedih, mungkin seperti menderita karena terpisah dari dunia luar.

Ini juga menjadi alasan kenapa Kirana biasanya tidak suka beradu mulut dengan orang. Dia merasa hal itu kekanakkan dan membosankan. Tapi setiap bertemu dengan si bodoh Bryan ini, kemampuan debat Kirana sesuai dengan Bryan, membuat Bryan menjadi tidak berdebat dengan dirinya sendiri.

Tetapi setiap Kirana menanggapinya, Bryan selalu menjahilinya dengan pura-pura menguap. Kirana semakin menyerangnya, Bryan semakin sadis menjahilinya, dan Bryan malah senang. Karena setidaknya masih ada orang yang bicara dengannya bahkan jika itu adu mulut.

Hal ini juga tidak harus membuat Bryan merasa seperti salah paham bahwa seluruh dunia hanya tersisa dia seorang. Kesendirian dan kesepian yang melekat pada dirinya semakin membuat sifat Bryan semakin aneh.

Kirana memutar matanya jengkel lalu membuang jauh tangan Bryan yang berada di atas bahunya. Kirana agak jauh dari posisi Bryan, lalu mengangkat alisnya berkata: "Apa yang aku punya sampai membelikanmu ponsel!"

Salah satu tangannya masuk ke dalam saku celananya, tersenyum jahil sambil memandang Kirana: "Terakhir kali, seorang wanita tak punya hati, tidak diduga berani memutuskan telepon dariku! Tidak tahu ini bagus atau buruk, ponsel itu jatuh dari tanganku dan ponselnya...  hancur!"

Kirana menatapnya. Terjatuh? Pasti dia sengaja menjatuhkannya, dan sekarang pria ini masih berani bergantung padanya! Awalnya Kirana tidak berencana mempedulikannya, tapi kemudian ucapan Bryan yang samar membuatnya tercengang.

"Rabu depan malamnya adalah hari ulang tahunku. Kamu harus datang! Dan juga, ponsel itu menjadi hadiah ulang tahunku. Baiklah, senangnya diriku karena sudah mengatakannya!"

Kirana menatap anak bandel di depannya dengan diam. Pria itu menginginkan hadiah tapi memaksa! Dan juga, ketika Pria itu membantu Zasmin merayakan hari ulang tahun, mereka merayakannya dengan sangat berisik. Karena hal itu, Kirana sangat alergi dengan yang namanya perayaan ulang tahun!

Bisa menghindar, ya menghindar! Kirana menggelengkan kepalanya menolak, "Aku bisa memberikanmu ponsel. Tetapi ulang tahunmu, aku mengucapkan selamat ulang tahun padamu lebih awal, ya. Aku tidak bisa datang, aku..."

Belum selesai Kirana bicara, Bryan menatap Kirana kesal, lalu dengan keras kepala berkata, "Coba kalau kau berani! Jika kamu tidak datang, setiap malam aku akan ada dibawah rumahmu dan bernyanyi sampai membuatmu kesal!"

Kirana menyipitkan matanya yang penuh bahaya, menatap lurus pria bodoh yang sedang bertingkah tidak tahu malu di depannya. Bryan bernyanyi? Itu akan menjadi kejadian yang sangat mengerikan! Sangat mengerikan!

Tidak usah mengatakan akan bernyanyi sampai membuatnya kesal! Ah sial, jika pria itu bicara seperti ini, dirinya jadi merasa tidak enak.

"Bryan, bisakah kamu tidak kekanakkan?" Kirana benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi pada pria itu dan di balas Bryan dengan omong kosong dengan wajah yang serius: "Dimananya aku bersikap kekanakkan? Aku ini sudah dewasa! Lagipula aku tidak peduli. Jika kamu tidak datang, aku akan lakukan yang aku ucapkan. Aku segera menepati janjiku untuk bernyanyi untukmu!"

Pasti! Bicara dengan orang keras kepala dan kekanakkan seperti ini, tidak ada gunanya. Kirana menatap sekilas Bryan, menghela napas berat lalu kembali menghirup napas dalam-dalam, lalu berkata: "Baik, aku mengerti!"

Bryan langsung tersenyum bodoh dengan gembiranya. Kegelisahan di hatinya benar-benar menghilang. Bryan merupakan orang yang mudah merasa puas, selama mendapatkan jawaban pasti dari Kirana.

Kirana hanya diam melihat Bryan yang tersenyum bodoh. Jika bilang Bryan itu bodoh, dirinya tidak benar-benar menganggap pria itu bodoh sungguhan. Kirana menggelengkan kepalanya pasrah sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "Aku harus apa? Jika aku bilang akan datang, pasti aku datang. Jangan berdiri dengan bodohnya lalu menghalangiku. Aku sibuk, aku pergi dulu!"

Bryan tidak melepaskan Kirana. Salah satu tangannya menarik tangan Kirana. Karena tarikannya yang terlalu kencang, Kirana yang belum siap tiba-tiba jatuh ke dalam pelukan hangat Bryan.

Kirana langsung terkejut. Dirinya tidak mengerti keadaan saat ini sama dengan Bryan yang juga terkejut karena tidak mengerti.

Kedua orang itu bingung sejenak. Di dalam pelukan Bryan, Kirana merasakan ada bau matahari, terasa hangat, sedangkan Bryan merasakan harum segar wanita yang ada di dalam pelukannya.

Membuat Bryan semakin ingin menyelidikinya lebih dalam dan ingin selalu memilikinya....

Bryan tersadar apa yang terjadi. Entah apa yang dipikirkannya, Bryan langsung bergerak. Kirana merasakan pinggangnya semakin ditarik ke dalam, tubuhnya semakin masuk ke dalam pelukan Bryan.

Kirana tersadar, melotot kesal kepada Bryan yang tersenyum seperti senang seperti mendapatkan permen. Kirana tiba-tiba mendorong pria itu, mundur beberapa langkah, menatapnya dengan penuh kewaspadaan, "Bryan!"

Bryan merasa harum yang ada di dalam pelukannya menjauh. Hatinya kecewa, tapi Bryan masih tersenyum jahil sambil menatap Kirana: "Hei wanita bodoh! Parfum apa yang kamu pakai? Wangi sekali!"

Wajah Kirana tiba-tiba memerah, menatap Bryan dengan tatapan entah malu atau marah, "Bryan, kamu butuh dipukul, ya? Aku tidak pernah pakai parfum!"

Senyum Bryan semakin lebar, "Baguslah. Aku suka mencium harumnya..."

"Cium, cium, cium apa sih sialan! Aku muak denganmu! Bodoh!" Kirana benar-benar malas bicara lagi dengan Bryan. Pasti Tuhan curiga bahwa Kirana terlalu santai, lalu Tuhan mengirim anak bodoh ini untuk membuat dirinya bersenang-senang!

Melihat amarah Kirana memuncak, Bryan tersenyum licik seperti seekor serigala, "Bagaimana kamu tahu kalau aku memuakkan? Kamu begitu memahamiku! Jangan terlalu semangat seperti itu..."

Kirana memelototi Bryan, giginya menggeretak kesal: "Bryan!!!"

"Oke, oke, oke. Aku tahu namaku enak didengar dan enak untuk diteriakkan, tapi jangan berkali-kali meneriakinya, aku jadi agak malu. Bagaimanapun masih ada orang..." Bryan bicara sambil sengaja mengedipkan matanya ke arah Kirana lalu memperhatikan sekitarnya.

Kirana berulang kali menarik napas dalam-dalam, tangannya diam-diam dilepaskan. Membutuhkan waktu lama untuk Kirana menenangkan hatinya untuk tidak memukul pria di depannya. Bodohnya Kirana masih menghiraukan pria itu. Dirinya benar-benar bodoh!

Sepertinya kalimat ini pernah diucapkan oleh seseorang...

Kirana memutar badannya berjalan pergi. Ketika Bryan melihat Kirana berjalan cepat pergi, Bryan ingin mengejarnya tetapi gerbang rumah Kirana sudah tertutup. Hidung Bryan menabrak gerbang rumah Kirana, lalu mengusap hidungnya lalu tertawa. Lewat gerbang besar rumah Kirana, Bryan berteriak kepada Kirana yang tergesa-gesa masuk: "Wanita tak punya hati, jangan lupa pesta ulang tahunku!"

Bryan tahu bahwa Kirana mendengarnya dengan jelas, karena melihat langkah Kirana yang semakin tergesa-gesa, lalu dalam sekejap tubuh Kirana masuk ke dalam villanya yang mewah dan bagus.

Hati Bryan menjadi bahagia. Sejak hari itu dirinya yang hanya bersembunyi dalam kegelapan telah menghilang. Bryan tersenyum bodoh menatap bayangan yang perlahan hilang dibalik Villa besar itu.

Begitu Bryan mengingat hari ulang tahunnya, wajahnya tiba-tiba redup, di dalam hatinya muncul perasaan rumit yang sulit dijelaskan. Di wajahnya yang tampan muncul ekspresi dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan aura kesedihan.

Bryan berdiri cukup lama di luar pintu gerbang villa Kirana. Bayangan tubuhnya yang kesepian terlihat seperti sedang ditelantarkan oleh orang.

Tapi begitu ingat bahwa bisa melihat wanita tidak punya hati itu datang ke pesta ulang tahunnya, wajah Bryan mulai muncul setitik ekspresi senyum. Bryan memutar tubuhnya lalu dengan langkah besar pergi menuju mobilnya.

"Kirana, tumben kamu pulang lebih awal?" Baru masuk ke dalam, Kirana sudah ditanya oleh ayahnya yang sedang membaca koran. Kirana terkejut. Kacau! Dirinya lupa jika waktu pulang sekolah dan pulang kerja itu berbeda. Hari ini dia pulang kerja lebih awal, tapi dia lupa dengan sekolah!

"Ehem.. hari ini guruku ada urusan, jadi pulang lebih awal. Oh ya, kak Daniel di mana?"

Kirana bicara dengan sedikit canggung dan aneh, sibuk mengganti topik. Tak diduga ayah Kirana juga tidak terlalu memperhatikan, ayahnya juga terbawa dengan topik yang diganti oleh Kirana.

"Kakakmu? Pagi-pagi sekali dia sudah pergi. Sepertinya sedang sibuk mengalihkan urusan bisnis. Duh, jika tidak ada aku di perusahaan, perusahaan kakakmu sedari awal bisa selesai masalahnya! Semuanya menyalahkanku karena telah membuat kakakmu lelah..."

Ayah Kirana terlihat kecewa. Pria paruh baya itu menurunkan korannya, tatapan matanya yang redup menatap layar televisi.

Kirana menghampiri ayahnya, lalu memberikan pria paruh baya itu segelas teh. Sembari memberikan teh, Kirana berkata: "Ayah, masalah ini bukanlah salahmu. Lupakanlah masalah perusahaan. Tidak apa-apa! Istirahat sejenak dan temanilah ibu. Ada kakak yang mengurusnya pasti masalah ini selesai, jangan khawatir!"

Ayah Kirana menerima gelas yang diberikan oleh Kirana, lalu menghela napasnya. Meminumnya sedikit lalu berkata, "Ah aku harap, bisa sibuk seperti sebelumnya, tidak apa-apa. Sekarang aku telah bersantai-santai, tapi aku selalu merasa kosong dan sepi. Ah kamu mengatakan ini..."

"Cukup, cukup! Seharian ini kamu selalu menghela napas! Aku jengah mendengarnya! Jika tidak apa-apa, lebih baik kau membantuku mencuci piring!" Ibu Kirana keluar dari dapur dengan tubuh yang dilingkari apron, tangannya masih memegang sayur kol putih.

Mendengar dari kejauhan helaan napas pria tua itu benar-benar membuat ibu Kirana jengah! Pria itu juga tidak ada lelahnya!

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu