Akibat Pernikahan Dini - Bab 209 Ternyata Aku Hamil (1)

Awalnya, Kirana ingin menemani Helbert Han untuk mengobrol, tetapi dia tidak bisa menahan rasa kantuknya, dan akhirnya jatuh tertidur lagi. Helbert Han menyaksikan Kirana yang kembali tertidur lelap.

Setelah dengan pelan meletakkannya di tempat tidur, Helbert Han menutupinya dengan selimut. Belakangan ini, Kirana telah bekerja keras, pasti tidak bisa tidur dengan nyenyak. Melihat wajahnya yang kelelahan, Helbert Han juga ikut merasa lelah untuknya.

Tetapi jika Kirana tahu apa yang dipikirkan Helbert Han, dia ingin mengatakan pada Helbert bahwa dia sekarang tidur sangat nyenyak! Ini juga bukan salahnya! Dia tidak tahu mengapa jelas-jelas begitu khawatir pada Helbert Han, namun karena sangat ngantuk, membuatnya tidur ... dengan sangat nyenyak!

Setelah Helbert Han selesai mandi, dia naik ke tempat tidur dan memeluk Kirana dengan lembut, mencium aroma milik Kirana. Helbert Han menghela nafas pelan, dia masih memiliki orang ini, yang membuatnya rela untuk mengabaikan segalanya.

Awalnya dia ingin memeluk pinggang Kirana, tidak tahu apakah itu hanya ilusinya saja. Saat dia menyentuh pinggang Kirana, kenapa rasanya Kirana sudah agak berlemak!

Senyum dibibir Herbert Han melebar, bertambah gemuk adalah hal bagus, justru yang dia takuti adalah Kirana terlalu kurus. Setelah memeluk Kirana, Helbert Han pelan-pelan terlelap.

Kehangatan adalah rasa manis dalam kesunyian ....

Keesokan harinya, Kirana terbangun oleh rasa gatal di ujung hidungnya. Dengan ketidakpuasan, dia ingin menghilangkan rasa gatal yang aneh itu, berpikir bahwa itu adalah dua ekor anjing peliharaan Helbert Han.

Sejak dia membebaskan mereka beberapa waktu yang lalu, mereka selalu datang untuk membangunkannya, "Domy! Jangan ganggu aku!"

Kirana tampaknya masih tertidur, melambai sembarangan di udara, tetapi setelah mendengar tawa khas pria, Kirana mengerutkan keningnya.

Domy berubah wujud menjadi manusia?

Tidak, Kirana membuka sedikit matanya. Ketika dia melihat pria yang sedang memainkan rambut di depannya, Kirana menamparnya.

"Menyebalkan! Kenapa mengganggu orang yang sedang bermimpi indah!"

Helbert Han tersenyum dan cepat-cepat menyingkir, melihat tampilan wajah Kirana yang jelas belum puas tidur. Dia mengelus hidung Kirana.

"Babi malas, kamu tidur sangat awal tadi malam. Ini sudah siang. Kamu hitung sendiri, sudah berapa lama kamu tidur, masih belum cukup juga!"

Kirana menarik selimut menutupi kepalanya untuk mencegah Helbert Han melihat wajahnya yang memerah. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa dirinya begitu suka tidur akhir-akhir ini!

Helbert Han menarik selimut yang ditarik Kirana, "Bodoh, jangan ditutupi. Jangan menahan nafasmu. Cepat bangun. Kamu harus sarapan. Salah, ini sudah makan siang."

Melihat wajah Kirana bersemu merah, Helbert Han tersenyum lembut di bibirnya, menundukkan kepalanya dan mencium bibir Kirana dengan lembut, dan Kirana barulah bangun dengan malas.

Dia masih menguap saat mencuci muka, dan setelah Kirana akhirnya selesai mencuci muka, Helbert Han yang berada di ruang tamu menyuruh pelayan untuk memanaskan kembali makanan.

Helbert Han tertawa geli memandangi tatapan lemah Kirana dan meletakkan sepiring sayuran di depannya. "Cepat makan, tahu kamu tidak ingin makan yang berminyak, minta mereka buatkan hidangan vegetarian, cepat dicoba rasanya."

Kirana melirik hidangan vegetarian di mangkuk, setelah membasahi kerongkongannya, dia mengambil makanan dalam piring itu dan memasukkannya ke mulutnya, tetapi baru saja mengunyah beberapa kali, perutnya berulah lagi. Rasa mual yang kuat membuat Kirana bergegas berdiri.

Menutup mulutnya, dia berjalan cepat ke kamar mandi. Helbert Han sudah pernah melihat reaksi Kirana beberapa kali, terakhir kali dia pernah berpikir akan membawanya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.

Namun, karena adanya masalah itu, sehingga menjadi tertunda. Helbert Han menghampiri Kirana yang tengah muntah, membantu mengelus punggungnya dengan perasaan kasihan.

"Nanti aku temani kamu pergi ke rumah sakit."

Kirana sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menjawabnya, dan kembali muntah lagi. Setelah Kirana muntah cukup lama, Helbert Han segera memeluk dia yang berwajah pucat.

Kenapa bisa muntah sampai begitu parah! Setelah Helbert Han membawa Kirana ke rumah sakit, dia sekali lagi bertemu dengan Dokter Zhou. Kirana tidak memiliki ekspresi apapun lagi menghadapi Dokter Zhou.

Namun, Dokter Zhou tampaknya tidak menyalahkan Kirana. Malahan masih tersenyum lembut kepada Kirana, "Hari ini bagian mana yang merasa tidak nyaman?"

"Perut, dia selalu muntah." Helbert Han menatap Kirana yang lemah dengan hati yang tidak tega, dan membantunya menjawab. Dokter Zhou menatap Kirana dengan bingung.

Setelah membuka suatu daftar, dia berkata kepada Helbert Han, "Papah dia dan ikuti aku."

Helbert Han langsung memapah Kirana dan pergi ke departemen urologi untuk pemeriksaan, kemudian ke departemen kebidanan dan kandungan, dan terakhir ke ruang USG untuk pemeriksaan.

Setelah Helbert Han meletakkan Kirana di dalam, dia mundur keluar dengan perlahan, menunggu hasil pemeriksaannya!

Dokter Zhou dan seorang wanita paruh baya sedang melakukan USG untuk Kirana, Dokter Zhou tiba-tiba bertanya kepada Kirana, "Apakah kamu sering mengantuk akhir-akhir ini?"

"Benar ..."

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu