Akibat Pernikahan Dini - Bab 54 Membuat Jatuh (2)

Kirana melihat Herlina sebentar, namun tetap cemberut dan tidak menjawab pertanyaannya. Herlina juga menyadari bahwa bibir Kirana sepertinya terdapat sobekan, kelihatannya bengkak dan merah.

Herlina bertanya dengan cemas, "Kakak Kirana, ada apa dengan bibirmu? Apa kamu terjatuh?" setelah Kirana mendengar pertanyaan ini, ia menjadi kesal, dan seperti sedang menggertakan giginya, ia menjawab, "Digigit anjing!"

Bola mata hitam Helbert tiba-tiba menyipit, menatap tanpa bisa dibaca kearah Kirana, tapi Kirana tidak sedikitpun memandangnya. Herlina semakin bingung.

"Di dalam sana memangnya ada anjing? Kenapa aku tidak melihatnya? Kak Kirana, kamu mau suntik vaksin tidak, untuk menghindari wabah penyakit!" Herlina bertanya serius tanpa pikir banyak.

Tidak menyadari wajah Helbert yang semakin tidak senang, Kirana dengan tawa dingin menatap Helbert sekali, "Seharusnya memang perlu divaksin! Entah ada penyakit apa yang bisa ditularkan kepadaku!"

Yesi melihat interaksi antara mereka berdua, sepertinya mengerti sesuatu. Menahan senyum kotor dan tidak berbicara, sedangkan Helbert jelas semakin kelihatan tidak senang.

Tatapan dingin Helbert menatap Kirana lama, sedikit mengandung maksud berbahaya. Setelah memberikan tatapan penuh arti kepada Kirana, Helbert tidak berkata apa-apa lagi, kemudian pergi sendiri.

Kirana yang melihat tatapan Helbert itu, menjadi kaku, dan sepasang tangannya dikepal kuat. Mata Kirana yang dipenuhi rasa marah, memandang lekat pada punggung Helbert.

Herlina dengan bingung bolak-balik melihat kakaknya yang sudah pergi dan Kirana yang dipenuhi rasa marah, mereka, sebenarnya kenapa?

Melihat kakak yang pergi tanpa memedulikannya, Herlina memonyongkan bibir. Dengan perasaan sedih, ia memandang Kirana, sedangkan Yesi berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawa. Kirana memandang datar pada Yesi lalu berkata dengan dingin, "Kalau ingin ketawa ya ketawa saja, kalau ditahan bisa jadi sakit dalam!"

Setelah Yesi mendengar itu, tanpa bisa ditahan lagi ia tertawa keras. Kirana dengan wajah suram, melihat mata sedih Herlina yang juga sedang menatapnya. Kirana hanya dapat memandang langit tanpa berkata apa-apa.

Dua saudara itu, sebenarnya Herlina yang menyusahkan mereka, atau mereka yang menyusahkan Herlina! Pada kehidupan sebelumnya, sebenarnya Herlina melakukan kesalahan besar apa!

"Herlina, sekarang masih ingin pergi ke mana?" Kirana sungguh tidak berdaya, sebagai kakak ipar 'palsu' dari Herlina, ia juga tidak mungkin membuangnya begitu saja di jalanan.

Kirana tidak seperti kakaknya Herlina, yang bahkan tidak meninggalkan kentut lalu pergi! Begitu memikirkan ini, Kirana langsung emosi!

"Kak Kirana saja yang putuskan!" Herlina mengeluarkan gerakan khasnya, sambil tersenyum manis.

Kirana sungguh tidak berdaya, ia melihat ke arah Yesi yang tidak melakukan apapun, "Kalau menurutmu!"

Yesi tertawa ringan, "Kamu saja yang putuskan!"

Kirana langsung kesal, semua orang menyuruhnya untuk menentukan sendiri. Tapi dia sendiri tidak tahu ada tempat apalagi yang layak untuk diajak main!

"Kalau begitu kita makan saja!" melihat Kirana yang tidak ada ide, Herlina berpikir dengan serius, lalu memberi ide. Kirana menatapnya.

"Kamu mau makan apa?"

"Kak Kirana saja yang putuskan." dengan senyum manis, ia tetap memandangi Kirana, Kirana juga merasa tambah sayang.

"Kalau begitu makanan barat?"

"Makanan barat? Tapi aku sudah pernah makan, sudah bosan. Bagaimana kalau kita pergi bermain saja."

"Main dimana?" Kirana melemparkan pandangan ke arah Herlina, dan Herlina masih juga dengan senyum andalannya berkata, "Kak Kirana saja yang putuskan!"

Kirana merasa semakin tidak berdaya. "Bagaimana kalau pergi ke Yelang Valley? Kabarnya pemandangan di sana bagus, masih ada menara, kereta gantung, dan lain-lain."

"Yah, tapi aku fobia tinggi ..." Kirana baru saja selesai mengatakan pendapatnya. Setelah Herlina berpikir serius, ini adalah jawabannya tanpa rasa bersalah.

Kirana semakin cemberut, sedangkan Yesi menahan tawa senangnya. Melihat ekspresi Kirana, Yesi berbalik badan dan melanjutkan tawanya.

"Kalau begitu kamu mau apa?" Kirana mengucek-ucek kerutan dahinya yang dalam. Seperti ada perasaan ingin memusnahkan diri sendiri.

"Kalau begitu kita makan saja, deh." Herlina dengan muka tak bersalah menatap Kirana. Kirana sungguh tidak berdaya, baiklah, kembali lagi kepada titik awal!

Kalau bukan karena Kirana yakin ia tidak pernah menyakiti Herlina, ia pasti akan percaya bahwa Herlina adalah utusan Tuhan untuk membuatnya kesal ....

Pantas saja Helbert sangat jarang berbicara dengan Herlina, karena dia adalah monster kecil yang mempunyai pikiran aneh. Selalu mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuatmu pusing!

"Kamu ... mau makan apa ..." Kirana sudah tidak ada tenaga untuk menanyai ini lagi, Herlina kembali berkata dengan senyum tidak bersalah, "Kak Kirana saja yang putuskan."

Apa-apaan ini, selama hidupnya Kirana tidak ingin mendengar lagi kalimat dia saja yang putuskan!!!!

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu