Akibat Pernikahan Dini - Bab 65 Kemarahan (1)

Setelah Kirana dan Daniel tiba di rumah, suasana di ruang tamu sangat kaku, wajah muram ayah Kirana, mukanya yang suram itu seakan -akan akan menenggelamkannya, ibu Kirana dengan pasrah duduk di atas sofa menghela napas panjangnya.

Melihat mereka kembali, ibu Kirana memberikan kode kepada Kirana, hati Kirana deg – degan, ayahnya selalu mempunyai emosi yang stabil, tetapi jika tiba – tiba marah, maka akan seperti badai yang sulit di tenangkan.

“Masih tahu untuk pulang! Berlutut!” tatap ayah Kirana dengan marah dan kecewa, Kirana “bum…” suara itu, suara dari lututnya yang menyentuh lantai dingin.

“Aih! Dia masih mengandung! Mengapa kamu membuatnya berlutut! Kirana, cepat berdiri!” ibu Kirana dengan tidak puas menatap ayah Kirana, dengan kasihan membantu Kirana berdiri.

“Jangan membantunya!” ayah Kirana dengan marah mencegah, ibu Kirana tidak peduli, tetapi Kirana justru menolak bantuan ibu Kirana, menatap ke bawah dengan perasaan bersalah, dia tahu ayahnya sangat marah karena dia telah membuat ayahnya kecewa.

Walaupun tatapan ayah Kirana sangat marah, tetapi hatinya sedikit merasa kecewa dan kasihan, mengalihkan pandangannya dari Kirana, dengan nada marah berkata: “coba katakan! Siapa yang sepertimu! Hah! Kamu masih sekolah! Kamu justru membuat masalah seperti ini! Masih hamil di luar nikah! Apakah kamu masih kurang membuat keluargamu malu!”

Ayah Kirana tidak tahu kalau Kirana sudah berhenti sekolah, dia mengira kalau Kirana hamil saat sekolah, jika begitu apa yang akan dilihat oleh teman – teman di sekolah! Terdiam sesaat, ayah Kirana melanjutkan perkataannya.

“lagi pula! Berani – beraninya kamu dengan Helbert! Lelaki itu tidak punya hati! Kamu bisa saja memilih dari sekian banyak orang! Mengapa kamu harus memilih dia!! Lagi pula, kamu sudah besar, kita juga tidak bisa mengaturmu! Tetapi bisa – bisanya kamu membelakangi kami dan hamil di luar nikah!”

“apakah jangan – jangan kamu sudah melahirkan, baru akan beri tahu kami!”

Tatapan ayah Kirana yang marah itu penuh dengan kekecewaan, walaupun Kirana tidak mengangkat kepalanya juga dapat merasakan kemarahan ayahnya, Daniel mengerutkan dahi dan melihat Kirana yang sedang berlutut.

Melihat Kirana yang tidak berbicara, tidak menjelaskan dan tidak meminta maaf, hanya menundukkan kepalanya saja.

Daniel melihatnya sangat pasrah dan kasihan, “ayah, karena sudah terjadi, walaupun berbicara sebanyak apa pun juga tidak akan merubahnya, biarkan Kirana berdiri dulu, lantainya dingin, tubuhnya juga begitu lemah.”

“Iya, dia masih mengandung!” ibu Kirana sangat kasihan, tulang Kirana memang sejak kecil sudah tidak bagus, begitu Kirana mendengar perkataannya, membuatnya semakin merasa bersalah.

Dia sendiri, benar – benar sangat merasa bersalah kepada mereka, di perutnya bahkan sama sekali tidak ada anak, mana mungkin dia akan peduli apakah lantainya dingin atau tidak, Kirana terdiam, membiarkan ayah Kirana terus melampiaskan kemarahannya.

Saat ini dia benar – benar tidak ada yang perlu di ucapkan, lagi pula, kepahitan ini, hanya bisa dia pendam.

Hatinya ingin mencincang Helbert! Bagaimana dia bisa egois tidak tahu malu dan tidak tahu diri seperti ini!!

Wajah pucat Kirana terlihat semakin dingin, Helbert!!

Melihat raut wajah Kirana yang aneh, ayah Kirana merasa kasihan sekaligus marah, ibu Kirana menghela napas dalam, membantu Kirana untuk berdiri.

“ayahmu ini! Juga untuk kebaikan mu! Kamu ini… aih…” ibu Kirana melihat raut wajah Kirana yang tidak baik, juga tidak lagi mengungkit masalah ini, semua ucapannya berubah menjadi helaan napas.

Saat ibu Kirana pergi ke dapur untuk membuatkan sesuatu yang hangat untuk Kirana, mempertimbangkan dirinya yang sedang mengandung, tidak boleh masuk angina!

Daniel duduk di sebelah Kirana, mengelus kepalanya: “tidak apa, ayah hanya emosi sesaat, jagalah badanmu baik – baik, jangan berpikir terlalu banyak.”

Kirana memeluk pinggang Daniel, menenggelamkan kepalanya, tidak berbicara apa – apa, Daniel dengan pasrah menghela napas, mengelus pundak Kirana.

Tidak mempunyai selera untuk makan malam, begitu Kirana terpikirkan perbuatan Helbert, sesuatu terpendam dalam hatinya membuat dia merasa tidak enak!

Mengangkat telepon dan memasukkan nomor telepon orang itu, begitu nomor tersambung, dahi Kirana berkerut ingin marah.

Hanya saja orang yang di telepon, dengan suara tenangnya, ada suara riuh musik dan juga suara lelaki dan perempuan yang bercampur jadi satu, Helbert dengan nada dinginnya berkata.

“Ada apa!!”

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu