Akibat Pernikahan Dini - Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (1)

"Kamu yang datang bulan!" Kirana menatapnya dengan dingin. Helbert merasa temperamen wanita sekarang bertambah galak, bukannya berkurang, terutama wanita bernama Kirana ini.

"Nenekku sudah kembali," Helbert mengalihkan pembicaraan dengan nada dingin. Kirana merasa Helbert sangat tiba-tiba mengatakan ini padanya, dengan wajah dingin kembali duduk, "Nenekmu kembali, apa hubungannya denganku?"

Helbert berbaring dengan malas di sofa, kakinya yang panjang diangkat dan ditaruh diatas meja, Hal ini membuat pandangan Kirana menoleh ke arahnya.

"Nenekku telah kembali, artinya kamu harus kembali memainkan peranmu," Helbert memerhatikan raut wajah Kirana berubah jadi lebih murung setelah mendengar pekataannya, yang entah kenapa malah membuat hatinya senang.

Dan seperti membuat orang kesal tanpa peduli akan hidup mereka, Helbert berkata lagi dengan tenang, "Jadi, kamu harus menunggu perintahku selama 24 jam, setiap saat ... harus siap!"

Raut wajah Kirana semakin gelap, Helbert kira dia adalah pager (radio panggil) apa! Yang datang jika dipanggil dan pergi jika dibuang!

"Helbert! Bisakah kamu lebih sombong dan tidak tahu malu?" Kirana mau bersikap sebagaimana tenangpun, begitu menghadapi orang seperti Helbert! Tanpa sadar selalu mudah dibuat marah olehnya.

"Bisa, kenapa tidak?" Helbert dengan tenang melihat ke arah Kirana, dan dibalik pandangannya terselip senyuman jenaka!.

"Kamu!" Kirana menggertakan giginya, namun Helbert malah berkata dengan suara dingin, "Jangan lupa, kontrakmu tahun ini lebih baik daripada kontrakmu beberapa bulan ini."

"Disamping itu, juga jauh lebih santai. Kamu hanya perlu muncul di saat-saat tertentu dan saat diperlukan datang ke perusahaan untuk menjadi sekretaris. Pikirkanlah baik-baik..."

Kirana diam-diam menghirup udara, marah pada pria seperti ini, tidak ada gunanya!

"Jadi ... ," dari mulut Kirana keluar kata ini. Bola mata Helbert yang gelap kembali terselip rasa jenaka, wanita ini selalu dapat membuatnya senang. Tapi dengan cepat ditutupinya, kembali pada raut wajah yang dingin.

"Jadi, nenekku mau melihat kamu. Kamu ... siap-siap dulu, akhir minggu, ya, sabtu malam minggu ini, aku akan menjemputmu untuk bertemu dengannya."

Suara Helbert dingin tanpa sedikitpun kehangatan, seperti berpikir beberapa kali sebelum mengatakan kalimat itu.

Kirana menyipitkan matanya dan menatap dingin ke arah Helbert yang terlihat begitu tenang. Pria itu begitu mudah mengatakannya!

"Kalau begitu kamu juga harus memberitahuku apa yang perlu kuperhatikan!" Kirana benar-benar benci kepada dirinya sendiri yang bisa begitu bodoh pada saat itu, berkali-kali jatuh ke lobang yang dibuat oleh pria jahat ini!!

Helbert berpikir dan menyangga kapalanya sejenak, kemudian berkata dengan datar, "Nenekku ramah, sifatnya juga baik dan tidak akan mempersulit kamu. Tenang saja akan hal ini. Tapi dia benci dengan wanita yang berdandan terlalu menor, untuk hal ini ..."

Helbert menilai penampilan Kirana, sepertinya dia belum pernah melihat Kirana berdandan terlalu berlebihan. "Itu juga bukan gayamu, jadi tidak usah khawatir. Nenekku suka minum teh, makan sayur-sayuran dan pantang makan daging! Ia menyukai perempuan yang anggung dan tenang, untuk ini ..."

Mata Helbert lagi-lagi mengamati Kirana. Kirana diam-diam mengepalkan tangannya. Helbert kira dia adalah sayur putih apa! Yang dapat dipilih sesukanya!

"Kamu perlu lebih memperhatikannya!" Helbert dengan nada sengaja, seperti sedang menyindir Kirana.

"Apanya yang perlu diperhatikan! Helbert! Kamu pikir aku ini barang apa! Cuih! Aku bukan barang! ..." Kirana dibuat marah oleh Helbert, tanpa sadar membuat dirinya sendiri masuk ke perangkap pria itu.

Malah dengan bodohnya memarahi diri sendiri. Kirana merasa setelah bertemu dengan Helbert, IQ nya jadi menurun.

Helbert tiba-tiba tersenyum ringan, tetapi dengan segera disembunyikan. Wanita bernama Kirana ini, kenapa bisa begitu lucu!

"Emosimu itu, perlu diubah. Setidaknya, didepan nenekku, meskipun harus akting sekalipun! Juga harus diubah menjadi lembut!"

Kirana hanya menatapnya dengan dingin. Biasanya dia juga merupakan wanita kalem, Helbert yang membuatnya menjadi bar-bar seperti ini!!!

"Intinya, kamu harus bisa menyesuaikan diri, jadi orang haruslah fleksibel." nada Helbert seperti menghinanya, membuat dia tak tahan menggertakan gigi.

.

Ekpresinya Helbert seperti mengatakan betapa bodohnya dia, Kirana berdiri dengan marah dan menyeringai, "Apakah sudah selesai?"

Helbert menoleh padanya dengan tatapan datar. "Ingat untuk menyelesaikan pekerjaanmu dulu, baru pergi."

Kirana berkali-kali mengingatkan dirinya, bahwa yang ada di hadapannya ini adalah seekor binatang buas seperti dia, pria itu adalah binatang, jangan perhitungan dengannya!

Tanpa melihat ke arah Helbert, Kirana berbalik dan bersiap pergi. Tapi karena dibuat sangat marah oleh Helbert, dia tidak menyadari adanya meja kecil dibawahnya, yang membuatnya tersandung.

Kirana melihat dirinya sudah akan 'mencium' lantai, dengan mata tertutup Kirana hanya bisa pasrah membayangkan nasibnya yang 'sial'.

Namun tiba-tiba pinggangnya dipeluk oleh seseorang, tubuhnya diangkat ke udara, kemudian dijatuhkan dengan keras ke sofa. Kirana kaget dan membuka mata lebar karena ia dipojokkan oleh Helbert, bersamaan dengan jatuh ke sofa.

Berbaring dalam pelukannya, bibir Kirana tanpa sengaja mencium wajah Helbert. Tubuh Helbert ditimpa oleh tubuh Kirana, sedangkan Kirana melalui hidungnya mencium wangi green tea yang terasa familiar namun juga asing, bersamaan dengan nafas pria itu.

Mata Helbert menatap lurus pada wanita yang ada di pelukannya. Gundukan kecil yang menimpanya, membuat dia bereaksi lagi. Apalagi ketika bibir Kirana dengan lembut mengenai mukanya.

Bak ombak yang beriak di air yang tenang, membuat dia tanpa sadar bergetar. Dalam kedua bola mata hitam Helbert, terpancar gairah panas yang membara.

Ia menatap dalam ke mata Kirana. Sedangkan Kirana melihat jakun Helbert yang sedikit bergetar, bersamaan dengan hawa panas tubuh Helbert dan tatapannya itu, seperti tersadar akan sesuatu.

Terutama ketika 'benda' di tubuh bagian bawah Helbert berubah keras, ia jadi was-was. Kirana berjuang keras untuk berdiri, tetapi pinggangnya ditekan kuat oleh Helbert, membuat tubuhnya menjadi lebih condong ke benda itu.

Kirana, wanita itu, selalu dapat membuatnya kehilangan kontrol!

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu