Akibat Pernikahan Dini - Bab 217 Hati Yang Menjauh (2)

Setelah mendengar apa yang dikatakan ibunya, Kirana meraih lengannya dan melihat ibunya, perlahan-lahan memindahkan pandangan ke kerumunan orang di ruangan itu.

Seolah-olah melambat, Kirana melihat mata semua orang khawatir dan tertekan, air matanya tiba-tiba jatuh di pipinya yang pucat.

Waktu yang lalu, ketika dia pura-pura hamil, bayinya “gugur”, dia tidak merasakan sakit sedikit pun. Sekarang... sekarang ketika sudah mengalaminya sendiri... kenapa! Kenapa sangat sakit hati!

Setelah melihat gerakan menyakitkan Kirana memegang hatinya, Helbert yang terdiam, perlahan-lahan mendekat ke ranjang Kirana dan duduk diatas, mencoba merangkul orang yang membuatnya sakit hati.

Tiba-tiba Kirana melepas jarum yang ada ditangannya seperti orang gila, kemudian menampar Helbert dengan panik. Tangannya menampar wajah Helbert dengan keras.

Kemudian semua orang mendengar Kirana berteriak, "Helbert!!! Kamu bukan manusia!!! Dia adalah anakmu!!! Dia adalah anakmu!!! Saya belum sempat memberi tahu kamu tentang kehadirannya!!! Bagaimana kamu bisa melakukan ini kepada saya!!! Bagaimana kamu bisa melakukan ini padanya!!!"

"Dia adalah anakmu... dia anakmu!!! Aaaahhh!!!”

Helbert tiba-tiba memeluk Kirana yang sedang menghancurkan rambutnya sendiri, memeluknya erat-erat. Dia berharap dia akan lebih baik jika memukul dirinya sendiri, tetapi dia juga tidak ingin melukai dirinya sendiri.

"Kamu pukul saya, marahi saya, saya bukan manusia! Saya pantas mati! Terserah kamu mau bagaimana, jangan melukai dirimu sendiri, oke... Kir..."

"Kirana, tenang dulu, Bert, saya akan mehukumnya untukmu! Jangan menyakiti dirmu sendiri, ya! Anak aka nada lagi!" Nenek Yang berkata dengan kecemasan, tetapi pada saat ini Kirana tidak bisa mendengar apa-apa!

Suara Helbert penuh dengan rasa sakit hati, bukannya menenangkan Kirana, Kirana malah berubah menjadi orang yang gila dan memukul Helbert.

Dengan mata yang berlinangan air mata, dia menatap Helbert dengan semacam kebencian, wajahnya pucat, "Helbert!!! Kamu pergi!!! Kamu pergi!!! Per... pergi..."

"Saya benci kamu, Helbert! Saya benci kamu!!! Kamu seorang pembunuh! Kamu membunuhnya!!! Saya membencimu!!!"

"Kir..."

"Kirana..."

"Kirana!!!"

"Kirana..."

"Kirana..."

Semua orang memandang keduanya dengan tatapan yang rumit. Setelah melihat Kirana memukuli Helbert, matanya tiba-tiba tertutup dan jatuh ke pelukan Helbert. Helbert melepaskan Kirana dengan gugup dan memandangnya dengan panik dan berteriak.

"Dokter! Panggil dokter!!!"

Kemudian, untuk waktu yang lama, ada banyak dokter bergegas untuk memeriksa Kirana. Kemudian berbalik mengerutkan kening dan menatap kerumunan orang dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Jangan terlalu banyak orang di ruangan ini, dan jangan memberinya tekanan lagi. Dia lemah dan tidak bisa menahan terlalu banyak stimulasi. Sisakan beberapa orang saja untuk merawatnya. Jangan terlalu banyak orang."

Akhirnya, hanya Ibu Kirana, Yesi dan juga Helbert yang tetap tinggal menjaga Kirana, yang lain menghela napas dan dibujuk untuk pulang.

Helbert berdiri di samping ranjang Kirana untuk waktu yang lama, seolah-olah seperti patung. Dengan rumit menatap Kirana dengan rasa sakit yang hebat di ranjang rumah sakit.

Setelah melihat bulu matanya yang sedikit bergetar, dia tahu wanita itu sudah sadar kembali, tetapi tahu bahwa orang yang tidak ingin dilihatnya adalah dirinya.

Helbert menghela nafas dalam-dalam, duduk di sebelah ranjang Kirana, "Kir, saya tahu kamu membenci saya dan tidak ingin melihat saya, kamu ingin memukul saya, memarahi saya, saya sama sekali tidak akan mengeluh, saya hanya berharap kamu tidak menyiksa dirimu sendiri, siksa saja diri saya."

"Saya juga tahu saya bajingan! Saya bukan manusia! Pantas mati! Tapi... lagipula, itu sudah tidak bisa diselamatkan, kamu jangan marah dan sedih, anak... kita... akan memilikinya lagi!"

"Saya... saya minta maaf..."

“Kamu pergi!” Kirana yang seharusnya memejamkan matanya, tiba-tiba membuka matanya dan menatap Helbert dengan matanya yang penuh kebencian, ketidakpeduliannya seperti memandang orang asing.

Helbert merasa sangat terpukul, dia tiba-tiba merasa panik, kondisi Kirana seperti ini, dia sangat panik, dia takut akan ekspresinya.

Dia lebih menerima dia membencinya! Setidaknya dia juga menghargainya dan punya perasaan! Tapi sekarang, dia melihat matanya sendiri tanpa kebencian yang dia miliki sebelumnya!

Seolah-olah melihatnya seperti orang asing membuat hatinya tidak bisa menerimanya, dia takut dia akan tidak peduli kepada dirinya lagi, takut bahwa dia menggangap dirinya seperti orang asing, tanpa sedikit pun kasih sayang!

"Kir... Kir jangan lakukan ini, kamu benci saya saja, saya tidak berharap kamu memaafkan saya, tolong, tolong jangan menatap saya dengan ekspresi ini, tolong..."

Pada saat ini, Helbert menurunkan harga diri dan kesombongannya, berharap kepada Kirana seperti seorang anak, memegang tangannya dengan kekuatan, seolah-olah dia takut dia akan melepaskan tangannya.

Kirana tersenyum dingin, sedikit bangkit dan menatap Helbert, "Helbert! Apakah kamu tahu bahwa hati saya sudah melebihi kematian? Sekarang, ini yang saya rasakan! Sudah pernah saya katakan, yang terluka, selalu dan selalu diri saya!!!"

"Tapi..." Kirana tiba-tiba menelan, dan air mata mengalir di pipinya lagi. Kirana menatap Helbert dengan tatapan suram.

"Tapi, anak itu tidak bersalah! Dia belum sempat... untuk memberi tahu ayahnya bahwa dia ada, hanya itu... hanya itu saja..."

"Tolong, Kir, jangan katakan lagi... Jangan katakan lagi..." Setelah Helbert mendengar kata-kata Kirana, Kirana tiba-tiba mengerutkan kening.

Dia mendorong Helbert menjauh dengan ganas, menatap Helbert seperti musuh. "Semuanya hilang! Bahkan sebelum dilahirkan untuk dilihat sekilas! Helbert! Mengapa saya tidak bisa mengatakannya! Saya akan terus mengatakannya!"

"Kamu selalu menjadi satu-satunya di hatimu!!! Kamu egois! Aneh! Kamu hanya peduli terhadap dirimu sendiri!!! Kamu tidak pernah memikirkan orang lain! Memikirkan perasaan orang lain!!!"

"Benar! Kamu adalah raja yang sombong! Kamu memiliki kesombonganmu sendiri, tetapi, saya membenci dirimu seperti ini! Kamu yang seperti ini! Hanya membuat saya merasa jijik!! Menjijikkan tahukah kamu!!!"

"Saya sangat bodoh! Telah berkali-kali terluka dan saya berharap kamu akan berubah! Kamu akan berubah bagi saya! Saya memang sangat bodoh! Sangat bodoh! Dalam Helbert-mu saya hanya terlihat seperti lelucon!"

"Tidak... Tidak, Kir, saya akan berubah, maaf, maaf... Kir, maafkan saya... maafkan saya..."

Tiba-tiba kelembutan Helbert membuat Kirana mencibir, matanya yang acuh tak acuh menatap Helbert dengan dingin.

"Helbert! Sudah terlambat! Sudah terlambat! Saat anak itu pergi, semua sudah terlambat!"

"Tidak... belum terlambat, belum... belum terlambat..."

"Helbert, jangan menipu dirimu sendiri lagi, kita cukup sampai disini, saya lelah! Silakan keluar!!!" Kirana tiba-tiba meningkatkan suaranya, Ibu Kirana dan Yesi yang berada di luar pintu dengan cepat masuk, melihat kondisi kedua orang itu yang sepertinya tidak begitu baik!

"Kir... saya salah... saya salah, oke..."

"Keluar!!! Keluar!!! Kamu tidak mau keluar, saya yang keluar!!!"

"Kirana..."

"Kirana..."

“Jangan... saya pergi, saya pergi, jangan marah dan menyakiti dirimu, tunggu kamu sudah tenang, kita akan membicarakannya.” Helbert seperti orang biasa menurunkan semua kesombongannya, karena takut Kirana akan menunjukkan ekspresi itu lagi, ekspresi yang menghancurkan hatinya.

Kirana tidak lagi menatapnya, perlahan-lahan berbaring dengan punggung menghadap kerumunan orang. Ibu Kirana dan Yesi menghela nafas dan saling memandang dengan cemas, dan menutup pintu untuk Kirana.

Hanya tersisa dia sendiri, Kirana menangis lagi, membasahi bantal, mengulurkan tangan dan menyentuh perutnya yang kosong.

Helbert yang bersandar di pintu, mendengar tangisan menyakitkan di ruangan itu, ada rasa yang sangat sakit di matanya. Dia berjalan keluar dari koridor dan pergi ke kebun rumah sakit, menyalakan sebatang rokok.

Yesi dan Ibu Kirana menghela nafas tanpa daya, diam-diam duduk di kursi di depan ruangan menunggu Kirana.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu