Akibat Pernikahan Dini - Bab 107 Suka Atau Tidak? (2)

Dan dia juga melihat Nona Henny menatapinya seperti menatapi orang mati, dan menyilangkan tangan didepan dadanya, Erwin terkejut, kepalanya pusing!

Benar-benar adalah dia!!!

Erwin menatapi Herlina dan kembali menoleh kebelakang, lalu menendang salah satu anak buahnya, “Dasar kamu, ide ampas apa ini!!”

“Ketua.....ketua, aku salah......aku juga tidak mengetahuinya......dia......dia adalah adik dari Tuan Helbert......”

Terlihat anak buah yang ditendang oleh Erwin kesakitan dan terjatuh di lantai, dan dia hanya terus meminta ampun.

Erwin menendangnya lagi, jika bukan karena masalah disini belum selesai, dia benar-benar ingin menguliti dasar manusia bego ini!

“Jika kamu mengikatnya, mungkin kamu masih bisa hidup, tapi sekarang aku lihat kamu telah melukainya, Aduh, mungkin jasadmu saja tidak bisa komplit.”

Edi yang menyaksikan pertunjukan disana berkata menyindir Erwin, dan membuat Erwin melototinya.

“Itu kamu, benarkah?”

“Haha, Erwin, jangan salahkan semuanya kepadaku, ini semua karena kamu bego!” Edi tidak berani mengatakan hal yang tidak benar seperti ini.

Dia sangatlah mengetahui sifat Tuan Helbert!

“Aku kasih kamu tiga detik, lepaskan dia, jika tidak, haha......”

Nona Henny tertawa tidak sabaran kepada Erwin, namun dia melihat Erwin mengerutkan keningnya, tangannya sekali lagi diletakkan dileher Herlina.

Dia juga mengetahuinya, Helbert tidak akan melepaskan dirinya, daripada dibiarkan begitu saja, dia hanya bisa begini!

Terlihat ketika Erwin akan beraksi, tidak tahu sejak kapan, Samuel muncul disampingnya dan tangannya memegang pisau Erwin, dia tidak membiarkan Herlina terluka.

Melihat pisaunya dipegang oleh Samuel, Erwin tersenyum licik, dia menarik pisaunya, Samuel kesakitan dan melepaskan pisaunya, darah mulai mengalir dari tangannya.

“Samuel......”

Baru saja Herlina menyadarinya, dia langsung melihat kedua tangan Samuel berdarah, Samuel bergegas menarik Herlina, Erwin menusuk pisau kearah mereka dan Samuel langsung melindungi Herlina dibelakangnya.

Samuel sambil mengelak dari tusukan pisau Erwin, dan terus melindungi Herlina mundur kebelakang.

“Pergi mati saja!”

Erwin mengerakkan pisaunya, awalnya dia ingin menusuk kearah Herlina, tapi Samuel dengan cepat mendorong Herlina, dan terlihat pisau itu berganti arah dan menusuk kearah Samuel.

“Pufttt......” terdengar suara pisau tertusuk kedalam daging, Herlina yang baru saja didorong oleh Samuel langsung berbalik badan, dan melotot, “Samuel!!”

Terlihat sebuah pisau sedang tertancap didalam tubuh Samuel, hanya tersisa pegangan pisau yang terlihat, Samuel bergegas mundur, rasa sakit diperutnya membuatnya sesak nafas.

Adegan ini terjadi dengan cepat, ketika Nona Henny menyadarinya, Samuel sudah terjatuh dilantai dan berdarah.

Herlina bergegas memeluk Samuel, Nona Henny langsung mendekatinya dan menangkap Erwin yang sedang tertawa.

“Cepat telepon ambulan!! Cepat!!” Sambil berusaha menghentikan darah Samuel, Herlina meneriaki Nona Henny.

Nona Henny langsung mengeluarkan handphone dan bergegas menelepon ambulan, dan muka Herlina yang senantiasa tenang juga menjadi panik.

Air mata terus saja mengalir dari wajahnya, dan menetes di wajah Samuel yang pucat.

“Samuel, bertahanlah, bertahan! Kamu tidak boleh kenapa-kenapa! Apakah kamu mendengarkannya!! Samuel!! Samuel!!”

Kedua tangan Herlina pernuh dengan darah Samuel, darah itu membuat Herlina semakin panik.

“Jangan......nangis......aku......tidak apa-apa......semua salahku......aku tidak mampu, untuk......melindungi wanitaku......aku tidak seharusnya jatuh cinta kepadamu, .......dan membuatmu.......ikut terbawa bencana.......istriku......ma......ma....”

Sebelum kata maafnya disampaikan, tangan Samuel yang awalnya ingin diulurkannya untuk menghapus air mata Herlina sudah terjatuh.

“Samuel!!!!”

Herlina melototkan matanya, air mata semakin membasahi penglihatannya, rasa pusing menghantamnya, dan Herlina pingsan......