Akibat Pernikahan Dini - Bab 77 Sang Mantan (2)

Kirana tidak memandangnya, melepaskan tangannya dan langsung berjalan. Selanjutnya, tiba saatnya bagi pasangan yang bertunangan untuk memakai cincin satu sama lain.

Memikirkan Helbert, pada malam sebelum pertunangannya, dia tampak takut Kirana tidak jujur. Dia bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun padanya, jadi dia membawa KTP dan kartu keluarga ke kantor catatan sipil.

Kirana tentu saja tidak puas, dia seharusnya bisa lebih santai, ini bukan apa-apa! Kirana menolak dalam hati, tetapi ancaman laki-laki Helbert yang kejam, tak tahu malu, dan jahat mengingatkan Kirana bahwa dia ingin membunuhnya seumur hidup.

Mempertimbangkan kekakuan mereka ketika mereka mengambil foto surat nikah mereka, bahkan fotografer merasa bahwa dia bukannya memotret sepasang kekasih, namun memotret foto paspor. Helbert, wajahnya kaku seperti patung.

Terutama Kirana, raut wajahnya kusam sepanjang waktu, tidak pernah memberi Helbert wajah yang baik, apalagi wajah yang lembut!

Tidak mudah menaruh dua akta nikah itu di tangan mereka. Kirana merasa seperti seorang bunga yang diberikan ke telapak tangan penjahat.

Terutama di tangan Helbert! Untuk mengurus akta nikah dengannya, ini adalah hal yang benar-benar konyol. Ini sama seperti sertifikat siswa, tanpa keseriusan dan ketertarikan, apalagi kegembiraan.

Bahkan setelah mengurus akta pernikahan, dia tidak menatapnya sama sekali. Mereka kembali ke rumah mereka, ini sama saja seperti terjatuh di lubang hitam tanpa akhir!

Kirana sekarang memikirkan kembali bahwa pernikahan pertamanya diatur secepat itu ,dia bahkan tidak sempat menghela nafas. Begitu......cepat. Meskipun ini semua hanya akting namun ia merasa kejadian ini sangat menyedihkan, ia bisa sakit gigi jika memikirkannya!

Melihat bahwa Kirana masih bisa melamun pada saat seperti ini, wajah Helbert bahkan lebih suram dan tatapannya yang dingin setengah mati. Kirana tiba-tiba merasa seolah matanya mati kedinginan. Dia mendongak dan melihat wajah Helbert si brengsek itu menatapnya.

Kirana menatapnya dengan acuh tak acuh, dan kemudian sadar akan situasi dan menoleh darinya. Tawa lembut pembawa acara di sampingnya mengingatkannya.

Kirana tahu bahwa ada cincin yang akan ditukarkan. Helbert mengeluarkan cincin itu dari kotak cincin yang disiapkan dan dengan lembut menyelipkannya ke jari Kirana. Cahaya putih terang membuat hati Kirana bergetar. Sentuhan dingin di jari tengahnya mengingatkannya bahwa dia diseret ke dalam lubang oleh pria tak tahu malu dengan akal busuk ...

Setelah Helbert memakaikan cincin itu di jari Kirana, kini tiba giliran Kirana untuk melakukan hal yang sama.

Tetapi tepat sebelum Kirana meletakkan cincin itu di jari panjang Helbert, sebuah suara tiba-tiba muncul dari arah tamu.

"Helbert!"

Tangan Kirana sedikit menegang, dan Helbert, yang juga mengerutkan kening, memandang sumber bunyi itu, dan mata semua orang memandang ke sana.

Tetapi setelah melihat siapa lelaki itu, wajah Helbert tiba-tiba berubah, dan matanya yang gelap sedikit menyipit.

Kirana memandang wanita lemah yang berdiri di tengah dengan sedikit kejutan, gaun biru, rambut panjang bergelombang, dan alis lembut.

Wajah yang lembut, dengan kedewasaan yang lembut dan menawan. Wajahnya terlihat penuh kharisma namun pucat.

Dia adalah seorang wanita ideal. Kirana bahkan lebih terkejut dengan pria yang mempesona di samping wanita itu yang sedang menatapnya dengan senyum jahat.

Alasan mengapa dia yakin bahwa pria itu menatapnya adalah bahwa ketika dia melihatnya melewati, pria itu mengunci matanya ke arahnya dengan senyum jahat...

Kirana mulai bertanya-tanya, dan dia tidak ingat kapan dia bertemu pria seperti itu!

Namun, semakin dia terlihat, semakin akrab dia menjadi. Kirana tiba-tiba tertegun. Terakhir kali, di jalan... pria yang bertabrakan itu...