Akibat Pernikahan Dini - Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (2)

"Lepaskan!" Kirana berkata dengan ketus, tetapi tiba-tiba tubuhya dibalik dengan kasar, sehingga tubuh Helbert yang tinggi dan besar itu menimpanya.

Sekarang situasinya adalah, Kirana di bawah, dan Helbert di atas. Kepala Kirana sedikit pusing, belum tersadar akan apa yang terjadi, bibirnya sudah dibungkam oleh bibir dingin tapi juga panas Helbert.

"Akh ..." Kirana melebarkan matanya dengan marah sambil menatap muka tampan yang terletak begitu dekat di hadapannya.

Mata Helbert seperti kumparan air yang dalam, dan Kirana tanpa sadar dibawa masuk dalam tatapannya itu, entah karena daya tarik pria itu atau dalam ciuman panas pria itu ....

Dalam ciuman Helbert yang kasar bercampur sedikit kelembutan. Wangi matcha Helbert berpindah ke lidah Kirana, hidungnya juga mencium dengan jelas bau matcha Helbert.

"Lepas ... kan ... akh ...," Kirana merasa dadanya terbuka, bersamaan dengan itu, tangan Helbert telah masuk dan meremas payudaranya!

Kirana dengan keras memberontak, tapi yang jelas adalah, dalam ruang yang begitu sempit, kekuatan Kirana tidak dapat mengalahkan kekuatan Helbert ....

Helbert melepaskan bibirnya lalu turun ke leher Kirana, menicum lehernya dengan keras hingga meninggalkan jejak merah, seperti bunga plum yang segar ....

"Helbert! Lepaskan aku! Akh~ Kamu ...," Mulut Kirana yang mendapat kebebasan, memberontak meminta Helbert melepaskannya. Tapi Helbert seperti memberikan hukuman padanya, menciumi tulang selangkanya yang seksi dengan kasar.

Kirana tanpa sadar, karena perbuatan Helbert, ia mengeluarkan desahan yang memalukan. Hingga akhirnya menyadari, ia menggigit bibirnya dengan keras. Menahan agar tidak lagi mengeluarkan desahan memalukan itu.

Helbert seperti tidak ingin melepaskannya, sengaja menghisap daerah sensitif Kirana dengan bibirnya yang dingin.

Kirana hanya tahu bahwa dirinya ikut masuk dalam kenikmatan yang dibuat Helbert. Tubuhnya merasakan gairah, dan otaknya juga kosong.

Di saat Helbert ingin melakukan tahap selanjutnya, pintu kantor tiba-tiba terbuka, kemudian terdengarlah suara kaget Leo.

"Direktur Helbert! Para pemegang saham, mereka ... eh ... uhuk ... aku ... aku tidak ... tidak ... melihat apapun ... kalian ... teruskan ... teruskan saja!"

Setelah Asisten Leo melihat pergulatan yang terjadi di atas sofa, ia sungguh ingin mencongkel bola matanya! Apalagi setelah mengganggu kesukaan Direktur Helbert. Mata Helbert menatap Leo dengan pandangan marah dan dingin, membuat Leo bergetar ketakutan.

Sambil bergetar ketakutan, ia menutup pintu kantor Helbert dengan kencang. Leo bersender pada pintu, mengeluarkan keringat dingin dan dalam benaknya hanya muncul dua kata, yaitu, matilah dia!!!

Kirana langsung tersadar, dengan sekuat tenaga, ia mendorong tubuh Helbert pergi. Kirana berdiri lalu mengancingkan kemeja yang tadi dibuka oleh Helbert.

Helbert yang merasa aktivitasnya diganggu, menatap dengan marah ke arah Kirana yang juga menatapnya dengan tatapan sama.

Helbert perlahan kembali tenang, tapi Kirana masih dengan tatapan dingin, menatapnya lama, seperti ingin menguburnya dalam-dalam.

Tanpa mengucapkan apapun, Kirana keluar dari kantor Helbert dengan muka yang sangat dingin. Leo yang masih berdiri bengong di depan pintu, dibuat kaget oleh Kirana yang tiba-tiba keluar. Belum sempat menyapa, Kirana sudah mengeluarkan suara dengusan.

Setelah menutup pintu dengan membantingnya, Kirana buru-buru pergi. Leo dengan tubuh terpaku menatap punggung Kirana yang menjauh, lalu melihat lagi ke arah pintu, masih belum sadar akan apa yang terjadi.

Tiba-tiba dari dalam ruangan, terdengar suara datar Helbert. Leo meneguk ludahnya, gugup sampai tangannya berkeringat dingin.

Leo dengan ekspresi mau mati, berusaha menegarkan wajah kemudian mendorong kembali pintu bak pintu neraka itu.