Akibat Pernikahan Dini - Bab 103 Emosional (2)

Tiba-tiba terdengar sebuah cibiran dingin, Kirana baru mau mencoba pukulan selanjutnya, tiba-tiba dia menegang dan menoleh untuk melihatnya, tidak tahu kapan Helbert selesai menelepon.

Saat itu, dia menatapnya dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya dan menertawainya!

Kirana mendengar penghinaan dalam tawanya, Kirana tidak mempedulikannya, setelah menatapnya dengan dingin, ia langsung "phak..." sekali lagi dia menerbangkan bolanya.

Namun, bola masih belum dekat dengan lubang!

Wajah Kirana tiba-tiba menjadi kaku, setelah merasakan tatapan Helbert yang merembes padanya, Kirana merasa telapak tangannya berkeringat.

Apa-apaan ini! Kenapa sulit sekali!

Dia tetap tidak percaya! Dia ingin memasukkan bola untuk memperlihatkannya kepada Helbert, tubuhnya dilingkari dari belakang, tangan yang memegang tongkat golf itu juga dipegang oleh sepasang tangan besar.

Aroma matcha yang samar membuat Kirana menjadi lebih kaku, dan napas panas Helbert keluar ke telinganya, "Apakah kamu yakin kamu sedang memukul bola dan bukan memukul orang?"

Suara dingin itu membuat tubuh Kirana menjadi lebih kaku, Helbert melihat Kirana tidak bersuara, dan merasakan kekakuan tubuhnya, dan dia tertawa lagi.

"Aku tidak melakukan apapun kepadamu, mengapa kamu begitu kaku? Atau, ada yang ingin kamu lakukan?"

Suara dingin Helbert disatukan dengan isi kalimat seperti itu, tidak cocok sama sekali!

Setelah Kirana sadar kembali, dengan gigih menggertakkan giginya: "Lepaskan aku!!"

"Tenang, kepadamu, aku belum mencapai titik di mana aku ingin memanfaatkanmu kapan saja, di mana saja! Aku hanya ingin mengajarimu cara bermain! Lagi pula, ini berurusan dengan bisnisku!"

Kata-kata dingin Helbert membuat Kirana memiliki perasaan gila, mengajariku? Apa yang perlu diajar!

“Perhatikan kekuatan tanganmu, memegang tongkat dan posisi tubuh harus tepat!” Kirana sedikit melirik, saat ini Helbert seperti guru yang serius dengan bahasa yang formal, sekali lagi membuat Kirana mengerutkan keningnya.

"Jari telunjuk tangan kirimu memegang erat bagian atas dan bersandar erat pada bantalan tebal di bawah. Ibu jari dan jari telunjuk membentuk "V" dan menunjuk ke mata kanan."

Melihat Kirana mau bekerja sama dengan posisi korektif, Helbert merasa puas dan menganggukkan kepala, "Ya, itu dia."

"Dan tangan kananmu, gunakan semua jari-jarimu untuk memegang tongkat. Bagian tongkat yang kamu pegang harus berada di luar jari-jari telapak tangan. Jari tengah dan jari manis membutuhkan tenaga yang kuat. Saat berlatih memegang tongkat menggunakan tangan kanan, Ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan dilepas, ibu jari dan jari telunjuk membentuk "V" menunjuk ke dagu.

"Ketika kamu memegang tongkat dengan dua tangan, kamu harus bergabung bersama untuk membentuk satu badan. Jari kelingking tangan kanan ada di celah antara jari kiri dan jari tengah; ibu jari tangan kiri disembunyikan di bawah ibu jari telapak tangan kanan."

"Dan posisi berdiri kamu, kaki kanan harus tepat membentuk sudut 90°. Kaki kiri dibuka 1/4 ke arah luar, dengan 5# tongkat sebagai standar, kaki dibuka selebar bahu. Lengan dan persendian harus sedekat mungkin dengan tubuh, dan kaki harus diarahkan ke dalam. "

"Ya, itu dia."

Kirana seperti disihiri oleh Helbert, mendengarkan dan mengikuti suara seraknya, dan menerapkan posisi-posisi itu.

Selanjutnya, setelah postur dan posisis tangan dikoreksi oleh Helbert, tangan besar Helbert memegang tangan Kirana dengan erat, tangan itu sedikit kuat, dan tangan yang memegang tangan Kirana itu, memukul bola ke arah jauh.

Mata Kirana menatap erat bola yang terbang, terlihat "tongg...", bola masuk ke lubang dengan sangat akurat.

"Masuk! Masuk!" Suara kegembiraan Kirana, tiba-tiba suasana hati Helbert membaik. Ketika Kirana ingin berbalik, tiba-tiba dia merasakan pelukan Helbert.

Ditambah dengan perasaan senang tadi, Kirana menjadi sangat kaku.

Helbert juga merasakan sesuatu. Suasana di antara keduanya sangat aneh. Dia memutar badan dan melepaskan Kirana.

Terlihat tatapan gelap mata Helbert, tiba-tiba suasana canggung terasa.

Ketika aroma matcha itu pergi dengan perasaan penindasan, Kirana menghela nafas, pada saat yang sama, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

Dia hanya terpana melihat arah bola masuk ke dalam lubang, dan tiba-tiba dia merasa bodoh, betapa bodohnya dia, aneh dan canggung, lebih baik jangan memikirkannya.

Tidak mempedulikan ekspresi Helbert, Kirana mempraktekkan kembali yang diajarkan Helbert, tetapi hasilnya... hehe...

Wajah cemberut Kirana melihat ke arah bola yang terbang jauh, dia benar-benar tidak bisa mengerti, apakah bola golf di kehidupan sebelumnya memiliki kebencian kepadanya.

Tidak bisa masuk!!

Kirana menatap lubang dengan kemarahan, dan sekali lagi setelah merasakan ditatap oleh tatapan dingin, Kirana memperlihatkan kegelisahannya.

Dia tidak bisa memukul masuk, apakah Helbert berpikir bahwa dia sengaja melakukan itu?

Jangan pedulikan dia, hal semacam ini, kalau kalah juga tidak bisa menyalahkan Kirana, lagipula, dia memang tidak bisa memasukkannya!!

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu