Akibat Pernikahan Dini - Bab 50 Suasana Yang Aneh (2)

"Kakak, kakak sudah punya pacar? Kalau begitu, aku sudah akan punya kakak ipar, dong? Kakak ipar cantik tidak? Apa secantik aku? Lalu, lalu, dia ..."

Helbert benar-benar tidak berdaya. Dia memberi Herlina tatapan dingin, "Kamu bisa melihatnya sendiri nanti!"

Ayah Herbert yang sedang mengapit sayur langsung berhenti. Akhirnya, anaknya sudah punya pacar. Sebagai orang tua, mana ada orang tua yang tidak khawatir dengan pernikahan anak mereka. Terutama anak yang sudah membanggakan tetapi juga yang membuatnya tidak berdaya ini ....

Dulu, dia selalu khawatir kalau Helbert tidak menyukai wanita. Selalu berpikir apa yang harus dilakukan kedepannya. Tetapi ketika mendengar Helbert menyukai wanita, rasanya Helbert seperti tidak benar-benar menyukai, hanya untuk bermain-main saja.

Selalu membuat ayahnya ini khawatir. Sekarang setelah mendengar Helbert mengatakannya sendiri, ayah Helbert menyunggingkan senyumnya.

"Kalau begitu sangat baik, kapan-kapan kita janjian, agar kedua keluarga bisa bertemu."

Setelah ayah Helbert bicara, Helbert hanya dengan muka tak berekspresi, melanjutkan makannya. Nenek Helbert memberi kode melalu tatapan pada ayah Helbert, menyuruhnya jangan terlalu buru-buru!

Ayah Helbert terbatuk ringan, lalu meneruskan makannya tanpa bicara lagi. Fanni seperti hendak mencari topik obrolan, berkata, "Wanita itu ya, harus dicari yang sekasta dengan kita, kedepannya, juga akan lebih ..."

Belum selesai akan perkataanya, tatapan Helbert yang dingin sudah tertuju ke arahnya. Fanni langsung tersadar, menyunggingkan senyum canggung lalu meneruskan makannya tanpa berkata apapun lagi.

Nenek Helbert menyadari kekesalan Helbert. Karena jujur saja, dia juga merasa tidak puas terhadap menantunya ini. Orangnya sombong, tidak bisa mengukur kemampuan diri sendiri, selalu protes pula, persis seperti wanita bodoh yang tidak pernah melihat dunia luar!

Kalau saja bukan putranya yang saat itu ngotot ingin menikahi wanita ini, nenek Helbert tidak akan dengan begitu mudah membiarkan wanita itu masuk ke keluarganya! Nenek Helbert berkata dengan datar pada Fanni, "Apanya yang harus satu kasta! Terlalu kuno! Sekarang sudah zaman apa, melihat wanita cukup dilihat dari sifatnya saja, apa gunanya mengurusi latar belakang seseorang?"

Fanni pada awalnya berniat untuk membalas, namun ditahan oleh ayah Helbert. Fanni memelototi ayah Helbert, lalu hanya bisa menelan kembali perkataannya tanpa berkata apa-apa.

Acara makan ini, dijalani dengan sangat aneh. Suasana yang suram, ditambah dengan perasaan masing-masing orang yang beragam ....

Di sebuah tempat biliar, seorang pria tampan sedang fokus memainkan bola. Tiba-tiba dari belakangnya muncul pria lain yang memakai jas hitam, dan berkata dengan suara penuh hormat, "Tuan Jiang! Sudah ketemu! Wanita itu bernama Kirana. Perusahaan ayahnya bangkrut karena suatu insiden gugatan perkara. Kakak laki-lakinya sekarang adalah seorang komisaris dari suatu perusahaan. Kirana karena alasan tertentu, mengundurkan diri dari sekolah. Ia sekarang sedang bekerja di perusahaan Metro Cipta!"

Pria yang sedang main biliar ini berhenti sejenak, lalu dengan suara 'phak' keras mendorong satu bola, yang membuat bola-bola lain ikut masuk ke dalam lubang, all kill!

Orang ini adalah Marco Jiang. Ia lalu membereskan stik, dan mengambil saputangan yang diulurkan untuk mengelap tangannya. Bibir Marco menyunggingkan senyum licik.

"Wanita ini, latar belakang keluarganya cukup rumit juga, ya! Perusahaan Metro Cipta? Helbert?" Marco bertanya dengan maksud dalam. Pria yang memakai jas lantas menjawab dengan hormat, "Betul!"

Marco tertawa ringan, Helbert? Wanita ini sungguh bisa memilih orang-orang besar. Menarik, permainan ini, semakin lama semakin seru ....

Di dalam Sekolah Bangsawan Elston.

Bryan sedang bermain bola basket dengan beberapa laki-laki lain. Di bawah terangnya sinar matahari, gayanya yang keren ditambah tembakan bola yang akurat, membuat perempuan-perempuan di sekeliling lapangan berteriak histeris.

Setelah permainan selesai, keringat Bryan mengucur deras seperti hujan. Saat hendak keluar lapangan, di hadapannya tersodor handuk dan botol mineral. Bryan menoleh, lalu terlihatlah Kystal Lee yang sedang menyodorkan barang-barang itu sambil tersenyum lembut.

Bryan hanya bisa menghela napas pasrah, kenapa dimana-mana selalu ada perempuan ini!

"Ambil, dong! Tanganku sudah pegal, nih!" Krystal mengingatkan. Bryan dengan malas mendorong barang yang ada di tangan Krystal. Ia lalu melihat adanya tatapan kepo dari orang-orang di sekeliling lapangan yang tidak ingin diladeninya.

Saat hendak berbalik dan pergi, Krystal dengan langkah kesal berjalan ke arahnya. Perempuan itu menahan langkahnya, lalu dengan wajah penuh amarah, bertanya pada Bryan, "Kamu kenapa tidak mengambil barang pemberianku!"

Bryan merasa perempuan sungguh merupakan makhluk hidup yang paling menakutkan, sama persis dengan emosi buruk yang dimiliki Kirana, "Krystal! Sudah kukatakan berapa kali, jangan menghabiskan waktu di diriku!"

"Yang penting aku tidak merasa sedang menghabiskan waktu! Kuberitahu, ya, Bryan, satu hari saja kamu belum mempunyai pacar, kamu belum menikah, maka aku akan terus mengejarmu! Aku, Krystal Lee, menaruh perkataanku di sini, di hadapan banyak orang!"

"Wah ..."

"Cepat, cepat, foto moment ini, ada berita heboh lagi, nih ..."

"Betul, betul. Kelihatannya berita primadona sekolah yang mengejar kasanova sekolah itu benar-benar terjadi, ya. Seru juga!"

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu