Akibat Pernikahan Dini - Bab 54 Membuat Jatuh (1)

Kirana bingung, tubuhnya ditimpa oleh badan Helbert yang berat. Dalam keadan yang gelap ini, Kirana tidak dapat melihat ekspresi muka Helbert dengan jelas.

"Inisiatif sekali?" suara Helbert yang dingin seperti mengandung maksud tersembunyi.

Kirana menggertakkan giginya dan berkata, "Siapa yang inisiatif! Ini karena aku tidak sengaja menarikmu hingga jatuh, cepat berdiri!"

Mata Helbert bersinar dalam keadaan gelap itu, menatap lama pada wanita dengan wangi tubuh menggoda yang berada dibawahnya.

Kirana melihat Helbert belum bangun, memberontak ingin bangun. Tapi karena tidak hati-hati, paha Kirana sepertinya mengenai suatu benda yang keras. Helbert dengan suara serak menghentikan gerakan Kirana, "Kalau kamu berani bergerak lagi, aku tidak jamin tidak akan menghabisimu di sini!"

Kirana langsung mengetatkan badannya, tidak berani bergerak lagi. Ia menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, kamu bangun!"

"Jangan mengewacakan inisiatifmu ini, oke?" Helbert berkata dengan pelan. Belum mengerti akan apa yang dikatakan Helbert, bibir Kirana sudah dibungkam oleh bibir dingin Helbert.

Dicium dengan ganas oleh Helbert membuat Kirana terkejut. Tangan Kirana yang terletak di depan dada Helbert, segera mendorongnya. Tapi malah diangkat oleh tangan Helbert yang satu lagi dan ditahan di atas kepala.

Berbeda dengan ciuman sebelumnya, ciuman Helbert kali ini, dimulai dengan membara namun dilanjutkan dengan kelembutan yang mendadak, berulang-ulang kali membalikan dan mengisap lidahnya.

Karena kedua tangan Kirana ditahan di atas kepala, ia hanya dapat menggunakan kekuatan terbesarnya untuk menutup gigi rapat-rapat, tidak membiarkan serangan Helbert masuk. Tapi Helbert dengan satu tangannya tiba-tiba memegang payudaranya.

Kirana terkejut dan mulutnya sedikit terbuka. Helbert mengambil kesempatan untuk membuka paksa bibirnya dan menyelipkan lidah ke mulutnya, menjlati kemanisan bibir Kirana.

Seolah-olah tidak pernah cukup dengan ciuman Kirana, setiap bibir Helbert menyentuh bibir Kirana, maka seperti telah memakan narkoba, tergila-gila dan tidak bisa berhenti ....

Didalam kegelapan ruang penyimpanan, suasana berangsur memanas. Tubuh Helbert yang bergairah panas seperti akan membakar Kirana, dan Kirana merasa dia seolah-olah berada diantara air dan api.

Tiba-tiba, Kirana merasa ada tangan dingin menyelinap masuk kedalam bajunya. Sentuhan itu membuat Kirana bergeliat sedikit. Payudaranya tiba-tiba digenggam kasar oleh tangan Helbert, Kirana dengan kaget menjerit, namun karena bibirnya ditahan oleh Helbert, suara jeritan itu teredam dalam ciuman keduanya.

"Tidak ... jangan ..." Kirana berjuang keras untuk melepaskan diri dari Helbert, tetapi Helbert seperti sedang menyiksa Kirana, ia menyubit sedikit payudara Kirana, yang membuat Kirana tanpa sadar mengerang.

Mendengar erangan Kirana, Helbert tidak lagi bisa menahan diri, ia menciumi bibir Kirana dengan panas.

Kirana merasa dia sudah hampir mati kehabisan napas, dicium seperti ini membuat kepalanya berputar pusing. Kirana berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri, agar tidak lagi mengeluarkan suara memalukan itu.

Kirana merasa seolah-olah sedang berdiri di awan-awan, Kebingungan dan kenikmatan ini membuat dia melupakan perjuangannya. Helbert hampir kehilangan kontrol dan sudah ingin menghabisinya di sini.

Setelah bertahan cukup lama, Helbert melepaskan bibirnya dari Kirana. Helbert terengah-engah di telinga Kirana dan menarik nafas dalam-dalam sehingga ia dapat meredakan nafsu yang menggelora tadi.

Setelah dilepas Helbert, Kirana tiba-tiba tersadar dan langsung mengambil napas, hampir saja ia mati kehabisan napas.

Helbert bernapas di telinga Kirana selama beberapa saat, dan berkata lembut dengan penuh gairah dan suara parau, "Dasar perempuan yang membuat orang tergila-gila!"

Tubuh Kirana menjadi kaku dan Helbert menyemburkan hawa panas ke telinganya, membuat telinganya terasa gatal, rasanya telinganya dibuat merinding karena kehangatan itu.

Mendengar Helbert bicara begitu, Kirana segera tersadar dan mendorong tubuh Helbert kesamping dengan kuat tanpa ampun, tetapi tetap saja tidak berhasil. Kirana menggertakkan giginya dan berkata, "Tidak tahu malu! Biarkan aku berdiri!"

Namun Helbert hanya terkekeh dan melanjutkan mengembuskan hawa panas ke telinga Kirana, lalu berkata, "Kamu lanjut bicara saja, percaya atau tidak, aku menginginkanmu sekarang!"

Merasakan tubuh Kirana segera kaku, mulut Helbert menyungging sedikit. Apakah karena dia sudah tidak bersentuhan dengan wanita dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan dirinya seperti orang kelaparan!

Atau apakah, karena ini adalah Kirana, satu-satunya wanita yang ia inginkan dengan sangat?

Karina mencoba keras untuk menahan amarahnya yang sudah mau meledak. Tahan! Dia tahan! Sekarang posisinya memang berada dalam keadaan agak rugi. Dia tidak akan perhitungan dengan pria tak tahu malu ini!

Helbert tiba-tiba dan dengan tepat menemukan bibirnya lagi, mengigit bibir Kirana sebagai hukuman dan segera menariknya kembali.

Karina mendesis kesakitan, lalu diikuti dengan suara mengamuk Kirana, "Helbert!!!"

Helbert tertawa ringan, "Ini adalah inisiatifmu sendiri, tidak ada urusannya denganku."

Setelah mendapat keuntungan itu, Helbert langsung menghentikannya. Dia segera berdiri, dan hendak menarik Kirana, "Ulurkankan tanganmu".

"Tidak usah pura-pura berbaik hati," sambil menggertakan gigi, Kirana berdiri sendiri. Berjalan beberapa langkah, dia segera melihat cahaya, dan tidak menoleh lagi pada Helbert. Dia merapikan pakaiannya yang berantakan dan berjalan keluar dengan wajah dingin disertai langkah tergesa-gesa.

Helbert melihat punggung Kirana yang dipenuhi kemarahan, lalu memegang bibirnya dengan pelan. Rasanya bibirnya seperti masih mengandung wangi bibir Kirana. Helbert tiba-tiba menarik senyumnya, senyum itu seperti bunga, yang hilang seketika ....

Begitu Kirana keluar, ia melihat dua orang sedang berdiskusi dengan semangat. Yesi melihat Kirana yang berjalan keluar segera berjalan menghampirinya, "Kirana, kenapa kamu sendirian? Oh, dia datang!"

Yesi hanya melihat Kirana keluar sendirian, dan bertanya penasaran, tetapi melihat belakangnya, tubuh Helbert yang tinggi semampai perlahan berjalan keluar.

"Kakak, bagaimana? Seru tidak?" setelah Helbert keluar, Herlina langsung bertanya dengan senang. Tetapi Helbert tidak memberinya ekspresi baik, Herlina juga sudah biasa menghibur dirinya sendiri.

Herlina yang tiba-tiba menyadari wajah dingin Kirana, bertanya dengan ragu-ragu, "Kakak Kirana, apa karena terlalu menakutkan, kamu jadi terkejut? Kenapa wajahmu kelihatan tidak senang?"

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu