Akibat Pernikahan Dini - Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (2)

Billy yang ada di sana berbicara sambil berdecak, nada bicara nya sangat percaya diri, Helbert memejamkan matanya sekejap, dengan nada dingin berbicara: “Baik! Aku bisa memberikan nya padamu, ku harap kamu menyelesaikannya dengan cepat!”

Mendengar Helbert dengan cepat menyetujuinya, Billy yang ada disana dengan senang dan segera menyetujui: “Tidak masalah, tidak masalah, aku jamin akan memberikan pembalasan yang memuaskan, kalau begitu, Jerry disana, ingin menyelesaikan nya bersama?”

Raut wajah Helbert menjadi gelap, nada bicaranya sangat dingin membunuh, “Dia tidak perlu di pedulikan, jika kamu masih mempunyai tenaga ekstra maka terserah padamu, yang penting tolong selesaikan masalah Kirana!”

Selesai berbicara, tidak menunggu balasan dari Billy, Helbert menutup telepon dengan bunyi “krak…”, sudut bibir Billy tertarik senyum tipis, Helbert ini, sangat temperamen!

Mendengar nada bicaranya, langsung terbaca dia dengan Jerry ada masalah, jika tidak, juga maklum, orang yang mendengar berita yang menyangkut tentang istrinya, jika tidak emosi barulah aneh!

Dia juga merasa aneh, manusia berdarah dingin ini, bahkan dengan itu, dengan dia yang selalu menginginkan projek penggabungan perusahaan dan menjadikan itu sebagai persyaratan, dulu, bagaimanapun dia memerasnya, tetap tidak di setujui!

Kali ini, tidak disangka demi seorang wanita, walaupun istrinya, tapi dia tahu, Helbert adalah pria tak berhati, sampai bisa melakukan hal ini, jika di pertimbangkan lagi, wanita bernama Kirana ini, terhadapnya, tidak ada apa-apanya!

Menarik, benar-benar menarik!

Di dalam rumah sakit, Kirana yang tersiksa oleh banyak hal itu pun akhirnya membuka dua matanya, memandang langit-langit yang terlihat familiar itu, dan juga tercium aroma antiseptic, Kirana langsung tahu, dia selama hidupnya ini, berjodoh dengan rumah sakit!

Sambil memegangi kepala nya yang terasa sakit, Kirana perlahan memutar kepalanya, tapi dia merasakan ada tatapan dingin yang terkunci padanya.

Saat melihat tatapan sedingin es Helbert itu, Kirana perlahan memutar kepala nya kembali, tidak melihatnya lagi, melihat raut wajahnya yang seperti itu, langsung tahu apa yang akan dia katakan!

Helbert menatap dingin wanita yang ada di atas ranjang itu, melihat dia sudah sadar, kemudian melihat diri nya sendiri sekilas, kemudian memutar kepala nya tidak melihat diri nya sendiri lagi, mencoba meredam emosi yang meluap dalam dirinya dalam diam.

Helbert dengan dingin berkata pada Kirana: “Nanti, kamu harus berpura-pura memasang wajah sedih karena keguguran, jangan sampai ketahuan!”

Kirana mengerutkan alisnya, keguguran anak? Apa yang dia bicarakan? Kalau begitu, Keluarga Helbert pasti akan merasa sedih.

Tidak mendapat balasan dari Kirana, Helbert hanya menutup rapat bibirnya dan tidak berkata-kata lagi, hanya saja atmosfir di dalam ruangan tiba-tiba menjadi canggung, ada rasa sunyi yang aneh.

Helbert memandang sebelah wajah Kirana sebentar, lalu bangkit dan pergi keluar, suhu ruangan menjadi sedikit hangat, Kirana bisa merasakan langkah Helbert meninggalkan ruangan, kemudian dengan perlahan memutar kembali kepalanya.

Dia akhir-akhir ini, sebenarnya apa yang terjadi, mengapa begitu banyak masalah, semua nya mencarinya!

Benar, Jerry! Kirana tiba-tiba teringat, Jerry melindunginya, pasti terluka parah juga, Jerry, kamu tidak perlu seperti ini!

Baru saja Kirana ingin beranjak dari ranjang pergi melihat Jerry, tapi pintu sudah di buka, Ibu Kirana dan Ayah Kirana, Daniel, dan Yesi semua nya masuk ke dalam.

Pergerakan Kirana terhenti, orang di luar ruangan melihat dia tersadar, langsung bergegas masuk ke dalam.

“Kirana, cepat berbaring, kondisimu masih lemah, untuk apa buru-buru bangkit.” Ibu Kirana berbicara dengan nada memerintah, kemudian bergegas menuntun Kirana kembali berbaring.

“Ibu, aku sudah tidak apa-apa!”

Kirana sebenarnya ingin menolak, tapi Ibu Kirana menatapnya tajam, “Kamu ini selalu membuat orang khawatir, cepat berbaring!”

Yesi menatap Kirana dengan sedikit tidak, “Kirana, semuanya salahku, jika bukan karena aku memintamu pergi…”

“Yesi, jangan salahkan diri sendiri! Ini tidak masalah, ini kecelakaan, tidak ada hubungannya denganmu, jangan salahkan dirimu!”

Yesi belum selesai bicara, Kirana langsung memotongnya, melihat wajah Yesi yang penuh rasa bersalah itu, Kirana tersenyum tipis mencoba menghibur Yesi.

Melihat senyum Kirana, Yesi malah merasa lebih tidak enak hati, Kirana dia, jika tahu anaknya sudah gugur, saat itu pasti sangat menyedihkan!

“Kirana, ada masalah, aku katakana padamu, kamu jangan terpancing dulu, juga jangan sedih, kamu tenang dulu.” Ibu Kirana dengan tatapan ragu-ragu menatap Kirana, kata-kata anak itu sudah tidak ada, tapi tetap saja tidak bisa terucap.

“Aku tahu, anak sudah tidak ada, benar kan.”

Tapi yang membuat semua orang terkejut adalah, Kirana sudah tahu, tidak disangka begitu tenang sambil mengucapkan kalimat itu, Ibu Kirana semakin khawatir melihat Kirana.

Detik itu, pintu kembali terbuka perlahan, tangan Nenek Yang sedang membawa termal, di pintu masuk, dia juga sudah mendengarnya, ucapan Kirana ini, terlalu tenang, dan semakin membuat orang khawatir.

“Nak, jika kamu merasa sedih, menangislah, jangan di pendam begini.” Nenek Yang meletakkan perlahan kotak termal itu di atas meja, dengan raut wajah yang sangat khawatir menatap Kirana yang tak berekspresi.

“Kirana…”

“Nak Kirana…”

Semua orang dengan nada khawatir bersuara, Kirana masih juga sangat tenang, kacau, dari awal memang sudah tidak ada anak, bagaimana dia bisa menangis!!

Tapi, seakan dia terpengaruh oleh semua kata-kata mereka, Kirana membayangkan anak yang belum lahir di dalam perutnya, berangan-angan cukup lama, hari ini, akhirnya dia tidak perlu berpura-pura lagi sedang mengandung “nya”.

Wajah Kirana tiba-tiba di basahi oleh air mata yang mengalir, tapi tangisannya, bukan karena anak yang sudah gugur, tapi, akhirnya dia tidak perlu menderita berpura-pura hamil lagi.

Jika mereka tahu alasan sebenarnya dia menangis, akankah ada keinginan ingin membunuhnya?

Semua orang melihat ekspresi “sedih” Kirana itu, hati mereka semakin tidak bisa menerima, terutama Yesi, melihat Kirana menangis, dia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis.

Dan Daniel juga merasa sakit hati melihat adik kandung nya yang pucat itu, menghela napas ringan, atmosfir di seluruh ruangan sangat canggung dan penuh tekanan.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu