Akibat Pernikahan Dini - Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (2)

Mendengar kejadian tersebut, pelayan lain pun tak berani keluar, Kirana mengerutkan alisnya lalu mengarahkan pandangannya ke arah pelayan yang tak hentinya merengek meminta tolong.

Lalu melemparkan pandangannya ke arah orang yang diam seribu bahasa teraebut, ia hanya memandang dengan dingin ke arah pelayan yang merengek memohon belas kasihannya, dari sudut bibir Kirana terukir sebuah senyum dingin lalu ia mengumpat, dasar binatang berdarah dingin ya binatang berdarah dingin aja, gak peduli mau nyamar gimanapun, gak bakal merubah wujud aslinya.

"Helbert, kau tak perlu sampai begini kan, bukannya itu hanya sebuah piring, gak seharusnya kan!" Kirana melihat kearah pelayan yang masih saja merengek memohon, ia tak dapat lagi menahan kesal lalu menatap orang yang berada di lantai atas dengan alis yang mengerut.

Helbet Han dengan dingin melirik ke arah Kirana, "Mau mewakilkan ia untuk memohon? kamu nurut saja, selesai sudah masalah."

"Kau....."

Kirana menatap pria kejam dan tak ada malu tersebut dengan tatapan melotot, ia tetap saja tidak ada malu, taunya hanya mengancam!

"Tolong saya nyonya, tolong saya nyonya....." Sekarang pelayan tersebut menjadi meminta ampun kepada Kirana, kemudian pandangan dari kedua matanya menjadi dingin.

Yang benar saja, dia dan Helbert Han si binatang berdarah dingin itu berbeda!

"Sudah, berdirilah!" Kirana dengan wajah kesusahannya berbicara kepada pelayan yang memohon tersebut, kemudian dengan dingin menatap tajam pria yang juga sedang menatapnya dengan tatapan dingin itu.

Ia meletakkan gelasnya, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang atas, pelayan tersebut perlahan bernafas lega, dan sesampainya Kirana di ruang atas, ia langsung melewati Helbert Han dengan dingin.

Ia telah sampai ke perpustakaan pribadinya dan menunggu, sudut bibir Helbert Han terukir tersenyum sinis, kemudian memalingkan badan lalu pergi menuju perpustakaan pribadinya.

Setelah duduk, Helbert Han hanya menatap amplop berisi data informasi yang berada di atas meja.

Dan bagi Kirana, ia seperti sedang di abaikan, dengan erat Kirana mengepal tangannya, sialan, tadi menyuruhnya untuk masuk, lalu sekarang ia di abaikan begitu saja melihat ia kerja?

Ketika Kirana hampir saja kehabisan kesabaran dan akan segera meledak, akhirnya Helbert Han membuka pembicaraan, tetapi kata-kata yang di keluarkan membuat Kirana mengerutkan alisnya.

"Ketika seorang kaisar ingin menyerang musuhnya, akan tetapi tak ada bantuan dari para prajurit, bagai mana nasib kaisar tersebut?"

Selesai Helbert Han bertanya, kemudian ia menatap Kirana dengan wajah penasaran, kerutan di alis Kirana semakin dalam, bangsat, ia seorang perempuan! ngapain sampai mengajukan pertanyaan yang begitu dalam!

"Aku bukan dia, bagaimana aku bisa tau!" Kirana menjawabnya dengan setengah hati, dari wajah Helbert Han tergambar sebuah senyum yang menyeramkan, layaknya seperti orang yang menaruh kembang api di malam hari.

Mengagumkan dan bersinar, Kirana seketika tergegun, tetapi senyum di wajah Helbert Han sekejap menghilang, seakan hal langkah yang hanya terjadi sekali saja.

Seketika ia merubah raut wajahnya menjadi suram, "Jikalau kamu berada dalam kesulitan dan ketidak lancaran, bagaimana caramu mengeluarkan diri dari kesulitan tersebut?"

Kirana menatap Helbert Han yang sudah seperti orang tidak waras, orang ini hari ini beneran gak normal!

Selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang aneh, jangan-jangan otaknya sedang mengalami gangguan?

"Aku masih normal, jangan memandangiku dengan wajah seperti itu!" Helbert Han melihat ekspresi wajah Kirana yang sedang memandanginya, semakin terlihat aneh, seketika sepertinya ia menebak sesuatu, ia menjelaskan dengan raut wajah yang semakin terlihat suran.

Sudut bibir Kirana sedikit bergetar, hal seperti ini juga dapat di tebak?

Kalau saja Helbert Han mengetahuinya, pasti ia sudah membelah otak wanita ini dan nelihat-lihat, Otaknya seharian di isi apa saja, semua telah terlihat dengan jelas dari raut wajahnya!

Semuanya telah tertulis jelas di wajah!!!

"Mati lalu terlahir kembali!" otak Kirana tidak melewati penyaringan lagi, apa yang di pikirkannya itulah yang ia ucapkan, sudut bibirnya bergetar, apakah dia bisa menebak ini?

Sepasang mata gelap Helbert Han perlahan menyipit, dengan teliti memikirkan kembali kata-kata tersebut, "mati lalu terlahir kembali?"

Melihat Helbert Han yang larut dalam pikirannya seperti itu, wajak Kirana seketika berubah menjadi canggung, ia hanya sembarangan berbicara hei!

Tetapi ia melihat Helbert Han yang melambaikan tangannya, "Siang ini kamu aku liburkan, jam enam malam nanti, kamu harus tepat waktu memperlihatkan wajahmu kepadaku!"

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu