Akibat Pernikahan Dini - Bab 45 Ulang Tahun (1)

Asisten Leo dengan perasaan takut memasuki kantor Helbert hanya untuk menemui Helbert sedang duduk di atas sofa, entah sedang memikirkan apa. Setelah mendengar pintu dibuka, mata Helbert yang dingin itu menatap ke arah Leo.

Ditatap begitu oleh Helbert, Leo bergetar ketakutan, tapi bukannya memarahi, Helbert malah bertanya dengan datar, "Ada masalah apa?"

"Hah?"

Leo bengong. Tatapan Helbert yang datar dan tidak ada emosi apapun, tidak kelihatan ada perasaan marah.

Helbert melihat Leo yang hanya bengong menatapnya, dalam matanya terpancar rasa tidak sabar.

Leo langsung tersadar, sedikit gagap melaporkan, "Di .. direktur Helbert, ja ... jadi Komisaris Han dan rombongan, kembali lebih awal, kabarnya telah ... turun dari pesawat ..."

Helbert mengerutkan dahi, dari tatapannya terpancar kedinginan dan sindiran, "Urusan dia, untuk apa memberitahuku!"

Leo tergagap, sambil berkeringat dingin, ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Setelah ditelpon oleh orang suruhan nenek Helbert, ia sibuk sehingga melupakan bahwa hubungan direktur Helbert dan ayahnya tidaklah baik.

Tatapan direktur Helbert saat ini sangat dingin yang bahkan bisa membuatnya beku. Dalam hati, Leo sangat menyesal, seharusnya ia banyak memakan buah kenari untuk menjadi lebih pintar. Kenapa akhir-akhir ini ia selalu melakukan hal bodoh yang membuat bosnya marah ....

Asisten Leo hanya bisa menundukkan kepala pasrah sambil menunggu amarah dari direktur Helbert. Tapi setelah berlalu sekian lama, tidak juga terdengar perkataan apapun dari bosnya. Dengan hati-hati, Leo menengadahkan kepala menilai ekspresi direktur Helbert.

Wajah Helbert masih sama datarnya, hanya saja tampak sedang berpikir, "Mereka, kembali ke paviliun?"

"Eh? Benar ... benar ..." Leo segera menjawab. Helbert menyergitkan dahinya, dalam tatapannya terlihat sedikit kegeraman. Jika ada Helbert, biasanya ayahnya tidak akan kembali ke paviliun, kecuali kalau mendapat perintah dari nenek!

"Keluar!" ucap Helbert dengan datar tanpa melihat ke arah Leo. Leo bengong, sudah selesai? Direktur Helbert tidak marah?

"Kenapa, perlu kuantar kamu keluar?" Helbert yang menyadari bahwa Leo hanya berdiri di sana, bertanya dengan tatapan dingin. Leo terkejut untuk sejenak, lalu segera melangkahkan kaki keluar ruangan.

Suasana ruangan kembali hening. Sisi samping muka Helbert terlihat tampan tapi juga tersirat sedikit keanehan.

Terutama ketika ia mengeluarkan tawa dingin yang menohok, semakin membuatnya terlihat seperti monster.

Kirana dengan wajah pucat kembali ke rumah. Ia menemukan ayah, ibu, dan Daniel sedang duduk bertiga di atas sofa, tak disangka Yesi juga ada. Melihat kepulangan Kirana, perhatian semua orang teralih pada dirinya.

"Kirana! Kamu sudah pulang, kangen padaku tidak?" tanya Yesi begitu melihat kepulangannya. Ia memasukkan tangan pada lengan Kirana, sedangkan Kirana menahan perasaannya, dan memaksakan seulas senyuman.

"Kenapa kamu datang?"

Yesi dengan pandangan tak percaya menjitak dahi Kirana, "Bodoh ya, hari ini kan ulang tahunmu, kamu lupa ya!"

Ayah, ibu, dan juga Daniel melihat Kirana dengan tatapan tak berdaya, perempuan ini, tidak pernah menganggap penting ulang tahunnya sendiri!

"Benar, anakku, aku dan ibumu juga karena hal ini, baru membawamu pulang lebih awal dari rumah nenekmu!" Ayah Kirana tersenyum dan tatapan dengan penuh kasih sayang.

Melihat mereka menatapnya dengan tatapan seperti itu, Kirana baru sadar, kalau ternyata hari ini adalah ulang tahunnya, dia lupa!

Baiklah, sepertinya benar, dia tidak pernah menaruh masalah ini dalam hatinya. Karena menurutnya, ulang tahun itu tidak memiliki arti yang berarti.

"Kirana, bagaimana kamu ingin merayakannya?"

Ibu Kirana bertanya dengan suara halus sambil tersenyum. Kirana melepaskan pegangan Yesi pada lengannya, lalu mengacak-acak rambut Yesi. Setelah mendapat tatapan marah dari Yesi, ia baru tertawa senang.

"Bagaimana merayakannya? Ya lewati saja, bagaimana kalau, melewatinya di atas kasur? Aku sangat ngantuk!"

Selesai berkata, Kirana berkali-kali menguap sambil menutup mulutnya. Semua orang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Hanya Daniel yang tertawa mendengar jawabannya, adiknya ini, selalu begitu semaunya.

"Bagaimana jika kita ajak Samuel dan Bryan pergi karaoke bersama!" kata Yesi dengan suara kecil di samping Kirana. Setelah Kirana mendengar nama Bryan, ia berhenti sebentar, lalu menggeleng-gelengkan kepala.

"Bryan belum tentu mau melihatku, lebih baik jangan ajak dia."

Kirana menjawab juga dengan suara kecil di samping Yesi. Tiga orang lain melihat mereka berdua lalu tertawa, "Kalian sedang bisik-bisik apa!"

"Eh? Hmm, kita sedang berdiskusi, mau merayakan ulang tahun dimana, betul!"

"Iya, betul, betul."

Kirana dan Yesi yang merasa ditanya, segera menjelaskan.

Ayah dan ibu Kirana berpandangan dengan pasrah, "Sudahlah, dunia anak muda, kita tidak bergabung lagi. Ingat saja untuk pulang lebih awal, jangan gila sampai larut malam."

"Baik, sudah mengerti." Kirana mengedipkan-ngedipkan mata ke arah Yesi. Saat hendak menarik Yesi naik ke lantai atas, tiba-tiba suara ibu menghentikan langkahnya.

"Kirana, lehermu kenapa?"

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu