Akibat Pernikahan Dini - Bab 26 Pertemuan

Jerry terkekeh sambil memandang sisi muka Kirana, dengan tenang dan sedikit memancarkan sebuah keeleganan, "namaku Jerry!"

Kirana melirik kearahnya sebentar, "Kirana!"

Namamu kirana? Artinya cantik dan indah. Pasti karena ibumu terlihat begitu cantik, sehingga ayahmu memberikan namamu Kirana agar kamu tumbuh besar dengan cantik seperti ibumu. Suara Jerry yang lembut dan juga di barangi dengan sebuah senyuman, Kirana sedikit tercengang, ia menarik sudut bibirnya dan memberi sebuah senyuman, semua orang yang mendengar namanya, dapat menyanyakan pertanyaan yang sama.

"Mungkin saja." Kirana tertawa kecil.

Jerry menyengritkan dahinya, ia merasa wanita dingin yang berdiri di depannya ini ada sebuah daya tarik tersendiri, meihat ekspresi Kirana,Jerry tertawa sejenak, sepertinya ia tak mengenali Jerry.

"Kamu, Kenal sama aku?"

Kirana terdiam sejenak, memiringkan kepalanya dan memandangi Jerry sebentar, lalu berfikir dengan keras, ia menggelengkan kepalanya: "gak kenal."

Benar saja, Jerry terkekeh, melipat bibirnya ke dalam dan tak berkata kembali, Kirana dengan sedikit keraguan bertanya: kenapa? kamu kenal aku? apa kita pernah ketemu di suatu tempat?

Jerry tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "gak kok, cuma sekedar nanya aja, nanti stop di Hotel Paradise aja, terima kasih buat bantuannya, ini nomor aku, kalu ada keperluan, boleh telfon nomor ini.‘’

Jerry tak tau sedang menulis apa di sebuah kertas, perlahan ia menyerahkannya kepada Kirana, Kirana peelan-pelan memberhentikan mobilnya, lalu mengambil kertas tersebut, di kertas tersebut terukir beberapa huruf yang sangat cantik.

Nama dan nomor telfon Joe tertulis di atas kertas tersebut, Kirana mengerutkan dahinya, tulisannya lumayan, ia melempar pandangan ke arah Jerry, senyumannya Jerry yang sedari tadi seperti angin di musim semi.

Senyumnya yang lembut seakan memberikan orang sebuah kehangatan, Jerry dengan ringan memakai kaca mata hitamnya, senyuman di matanya sekarang terhalang oleh kacamata hitam tersebut.

"okay." Kirana berfikir menimpannya juga mungkin akan berguna,sembari menerima, yang penting gak perlu keluar uang, Jerry yang melihat ia memasukkan selembar kertas tersebut ke dalam kantong pun perlahan tersenyum.

"Sampai jumpa lagi." setelah Jerry menundukkan kepalanya ke arah Kirana, sambil membuka pintu mobil dan segera turun, Tubuhnya yang tinggi dan besar membuat Kirana berfikiran, kalau saya dia ini model, pasti punya masa depan yang cemerlang.

"Sampai jumpa." Kirana dengan dingin mengangguk ke arah Jerry, melihat ia telah turun dari mobil dan menutup pintu, Kirana menginjak pedal gas, sekilas pergi.....

Jerry yang memakai kaca mata hitam tak lepas memandang ke arah mobil Kirana yang melaju pergi, tak lama kemudian, ia terkekeh, sangat jarang bisa liat wanita yang dapat bersikap dingin seperti itu ketika melihatnya.

Yang lebih uniknya lagi, ia masih gak tau nama Jerry, Jerry memegangi dagunya sebentar, bagaimanapun, ia sepertinya sudah menjadi artis yang sangat terkenal, walaupun namanya belum begitu melonjak di seluruh panca negara, tapi di dalam negri, sedikit banyak namanya juga terkenal.

Di sisi ini, sepertinya ia terlalu percaya diri, akan tetapi melihat reaksi wanita tadi itu, kalau bukan tak tertarik pada dunia hiburan, paling-paling ia sama sekali tak peduli sama yang semacam ini.....

Jerry menyengritkan dahinya, menarik...... Ia tersenyum lalu memasuki hotel.....

Sebenarnya tebakan Jerry sangat tepat, Kirana sangat tak tertarik pada hal seperti itu, walaupun anak-anak idiot di kelasnya setelah bel pulang berbunyi langsung membahas oppa oppa ganteng, brondong manis......

Ia yang mendengarnya merasa sangat risih, ia merasa menggemari artis sampai menjadi idiot, beneran bak orang sakit parah yang sudah memasuki stadium empat......

Hanya terkadang ia juga sedikit mendengar cewek-cewek yang duduk membentuk lingkaran dan bergosip, barulah ia sedikit tau mengenai dunia hiburan, sifat Kirana memang seperti itu, sangatlah jarang ia dapat menyimpan suatu hal di dalam hatinya......

Baru saja ia mengendarai mobil dan pulang, suara HPnya yang berbunyi seakan mengguncang jiwa, Kirana perlahan berjalan menuju ruang tengah, sambil menekan tombol terima panggilan.

Baru saja ia menempelkan telfon di telinga, suara menusuk telfon dari seberang membuat gendang telinga seakan bergetar dan menyengritkan dahi.

Suara Bryan dari seberang telefon sedikit tidak jelas dan di tambah dengan nada suara yang semakin membesar berteriak kearah telfon, "Kirana!!! dasar kamu!!! kan sudah bilang mau datang rayain ulang tahun aku! batang hidungnya mana hah!!!"

Kirana mengerutkan alisnya, lalu sedikit menjauhkan telfon dari arah telingannya, dengan segera Kirana menjawab dengan nada lucu: "ia ia udah tau, udah tau, telingaku belum tuli, ingatanku juga masih bagus, sebentar lagi aku akan datang kesana, idiot!"

Musik di tempat Brayn sangat besar, tidak dapat mendengar jelas suara Kirana sedang bicara apa, hanya mendengar secara samar-samar sepertinya Kirana ada ngomong sesuatu, "kamu bilang apa, makan? tenang, ada makanan di sini, di jamin kamu bakal kenyang! cepatlah datang kehadapan tuan!"

Kirana yang kehabisan kata-katapun langsung menutup telfonnya, dasar menusia idiot ini, ia berkata tanpa suara, lagi-lagi belum selesai ngomong udah di matiin sama Kirana, Bryan melotot ke arah layar HP yang telah berubah menjadi gelap.

Dasar perempuan ini!

Kirana baru saja mengijakkan kaki ke ruang tengah, lalu hanya melihat Daniel yang duduk di sofa seorang diri tak tau sambil merenungkan apa, Kirana mengangkat alisnya, "kak Daniel, kak Daniel!!!"

"Ah? oh, eh....... Kirana udah pulang, kenapa?"

Daniel yang mendengar Kirana bertanya mengenai masalah bisnis, sepintas cahaya berkilau dari matanya, ia tertawa sejenak dan berkata: "yah lumayan, tak lama kemudian mungkin sudah bisa berjalan!"

Kirana merasa kakaknya hari ini agak sedikit aneh, tapi juga tak bisa mengatakannya, teringat nanti akan di telfon lagi sama si busuk itu, Kirana pun tak banyak berfikir, sembari berlari menaiki anak tangga, sembari melambaikan tangan ke arah Daniel.

"Oh, baiklah kalau begitu, nanti aku mau pergi buat bantu teman rayain ulang tahun, kalau ayah dan ibu tanya, bilang saja aku pulangnya agak maleman."

"Oke." Daniel melihat sejenak kearah Kirana yang sedang terburu-buru menaiki anak tangga, lalu ia kembali masuk ke dalam renungannya.

Sesampainya Kirana ke kamar, ia membuka lemari dan mengambil HP yang kemarin ia pilih untuk Bryan kemarin di toko HP, sangat cocok dengannya, bingkai hitam, tetapi di atas bingkainya ada sedikit gambar animasi.

Kirana sengaja membuatnya kesal, terlebih lagi HP ini sangat cocok dengan sifat keanak-anaknya, iapun tertawa jahat, Kirana mengambil kotak hadiahnya dan memasukkanya ke dalam tas, dan berjalan keluar.

"Kak Daniel, aku pergi dulu ya!"

Melihat kakakya yang kembali bengong, Kirana yang kehabisan kata-kata melambaikan tangan sambil bersuara, seketika Daniel yang kebingungan menjawab, Oh, cepet pulang ya Kir, hati-hati di jalan!"

Melihat bayangan Kirana yang perlahan menghilang, Daniel memiringkan kepalanya dan melanjutkan lamunannya.......

Sesampainya ke alamat yang di berikan oleh Bryan, Kirana pun mengerutkan dahinya, lagi-lagi semacam tempat diskotik, Kirana menekan gejolak di dalam hatinya sendiri, lalu berjalan masuk.

Baru saja masuk ia langsung mendengar musik yang sangat besar dan hal itu membuatnya kembali mengerutkan dahinya, "hei orang bodoh! di sini!" Bryan dari arah private room mengarahkan lambaiannya, Kirana menyengrit.

Saat ini, ia tiba-tiba tertahan di dalam pelukan hangat, Bryan tertawa lalu merangkulnya, sembari memeluknya, sembari ia melindunginya dari desakan orang lain.

Di dalam lindungan Bryan, Kirana tak merasakan desakan apapun, malahan dengan sangat santai berjalan menuju ka arah luar, ia mengarahkan pandangannya ke arah Bryan, Bryan menundukkan kepalanya ke arah Kirana dan melempar senyum kearahnya.

Mungkin sinar lampunya terlalu gelap, membuat kirana berhalusinasi, senyum di wajah Bryan tampak sangat menawan, tak ada senyum jahat dan sebagainya, bagaikan angin yang berhembus di musim semi.

Kirana sedikit tergegun, Bryan, bagaimana bisa ia menjadi laki-laki lembut dan penuh perhatian seperti ini?

Akan tetapi setibanya ia di private room, Brayn masih belum melepaskannya, ia tetap tersenyum menghadap Kirana dan mengedip-ngedipkan matanya, "gimana, bukankah sangat lembut dan perhatian? bukankah kamu menyukainya?"

Kirana melototkan matanya ke arah Bryan, tak pernah serius barulah ia yang sebenarnya, Kirana menyikutinya, memaksa Brayn mau tak mau melepaskannya.

"ckck, perempuan tak berperasaan! hari ini adalah hari ulang tahunku! gak bisa manis sedikit kek!!"

Kirana menjelitkan matanya, "aku ya aku, gak sama dari yang lain, bukannya dari awal kamu sudah terbiasa?"

Bryan tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan menunjukan bahwa ia setuju, "hm, benar juga, aku suka sifatmu yang seperti ini!"

Kirana sedikit terpana, Brayn langsung menariknya masuk ke dalam private room.

Tetapi ketika sesampainya mereka ke dalam ruangan, di luar kamar mandi yang gelap, wajah Helbert yang suram tampak di bawah bayangan gelap, tatapan mata yang dingin yang berbahaya menyempitkan matanya, Bryan sepanjang jalan melindungi Kirana, dan juga melihat Kirana menatap Bryan menggunakan tatapan yang tak pernah ia pakai untuk memandang lelaki manapun sebelumnya.

Helbert merasa hatinya sedikit kesal, suda lama tak bertemu, ia sangat bisa memikat orang! melihat ia bersama lelaki itu sangat dekat dan intim.

Kedua mata Helbert di penuhi kabut, seolah barang miliknya di rampas oleh orang lain, Helbert dengan kesal menaikkan alisnya ke atas, dan menacengkramkan kedua tangan rampingnya ke atas pinggang.

Sebuah tubuh yang gemulai memeluknya dari belakang, dengan suara manja berkata, "hei baby, kenapa gak balik ke ruangan, orang-orang yang nungguin udah pada keburu layu nih~"

Helbert tiba-tiba memuramkan wajahnya, dengan sinis memonyongkan bibirnya yang tipis, lepas!"

"Apa, dear, kamu....." Wanita di belakangnya dengan pandangan terkejut dan tak habis fikir memandangi punggung keras dan dingin Helbert.

"Jangan suruh aku buat ngomong dua kali!" muka Helbert yang sangat dingin dan tak ada ekspresi sama sekali membuat wanita yang berdiri di belakangnya sangat kebingungan, dengan wajah sedih melepasnya, berputar depan hadapannya dan dengan manda berkata: "kenapa? apakah aku membuatmu kesal?"

Tapi Helbert melihat seakan tak melihat Kirana, hatinya sangat kesal, "pergi!"

"Bert, kamu..... Kamu ngomong apa....." Perempuan itu sampai sekarang pun tak jelas, sebenarnya ia membuat kesalahan apa, dengan susah payah mengundangnya datang kemari, awalnya malah berniat untuk menggodanya, tapi bahkan tidak sedikitpun ia berfikiran untuk menerima maksudnya, tak peduli ia telanjang di depannya atau bagai mana merangsangnya.

Akan tetapi Helbert seperti tetesan air yang membeku, ia bahkan tak sedikitpun melihat kearahnya! ia berkata ingin ke toilet tapi sudah pergi begitu lama tetap tak kembali, dengan susah payah menemukannya, ia malah menyiramnya dengan seember air dingin, membuat hatinya dingin dan membeku.....

Beberapa hari yang lalu masih sangat akur, walaupun ia tak pernah menyentuhnya, tapi bisa dengan menyenangkan ngobrol dengan dia, kenapa hari ini emosinya membeludak seperti itu!

Ini adalah pacar baru Helbert, seorang wanita pengusaha yang kaya raya, Alice.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu